'Tidak perlu sebuah pernyataan untuk dapat mengekpresikan perasaanmu'
.
.
" Eomma!!!!!" seru seorang Namja yang tiba-tiba saja berteriak di tengah malam itu. Tidak ada yang mendengar seruannya barusan. Yang ada hanyalah tatapan tajam dari seekor kucing yang kaget mendengar seruan Namja itu. Masih dalam posisi tertidur, Namja itu kembali menidurkan kepalanya di bantal empuk miliknya.
***
Seorang gadis berusia sekitar 18 tahunan memasuki sebuah apartemen yang tak jauh dari rumahnya. Hari masih sangat pagi, bahkan mataharipun masih enggan menampakkan wujudnya di langit Seoul yang cerah pagi itu. Namanya Ohn Ji Ra. Gadis yang masih duduk di Hanrim Art's School tahun kedua itu mencerucutkan bibirnya saat memasuki apartemen yang sama sekali tak terlihat kotor atau berantakan itu. Tanpa banyak bertingkah, gadis berseragam sekolah itu segera berjalan menuju dapur untuk menjalankan rutinitasnya setiap hari. Membuatkan sarapan untuk si tuan rumah. Sementara itu, kita beralih kepada seorang pemuda berusia 18 tahunan yang masih bergelut dengan bantal dan guling kesayangannya. Di sampingnya, selalu setia menemaninya ponsel putih yang siap berdering kapan saja untuk membangunkannya. Dan benar saja, ponsel itu kembali berdering kencang. Tepat pukul tujuh pagi, saat matahari mulai menampakkan wajahnya malu-malu. Bukannya terbangun karena seruan kencang sahabatnya, Namja itu malah mematikannya dengan mata tertutup. Namanya Lee Ji Hoon. Dia bersekolah di Hanrim Art's School tahun kedua. Dan Ji Hoon kembali bergelut dengan dunia mimpinya sampai, aroma makanan mengusik tidurnya. Perutnya terus berbunyi dan membuatnya tidak nyaman. Akhirnya, tanpa banyak bicara ia bangun dan berjalan menuju kamar mandi.
***
Kita beralih pada Ji Ra sejenak, gadis itu masih memainkan teflon yang berpadu dengan spatulanya. Di meja sudah tersaji beberapa potong roti bakar lengkap dengan selai coklat dan strawberry kesukaan si pemilik apartemen, serta segelas susu putih untuk melengkapi menu sarapannya. Yang sedang ia kerjakan saat ini adalah membuat bekal untuk si pemilik. Ji Ra tak perlu repot-repot memberitahukan sang pemilik kalau sarapannya sudah selesai dibuatnya. Setelah selesai ia hanya menuliskan sebuah memo singkat, lalu ia beranjak dari apartemen itu. Sebelum meninggalkan apartemen, ia melepas celemeknya dan merapikan seragamnya kembali. Menyambar tasnya yang ada di sofa lalu berangkat sekolah tanpa menimbulkan keributan. Rutinitas yang membosankan, tetapi itulah rutinitas seorang Ohn Ji Ra.
***
Lee Ji Hoon sudah selesai dengan seragamnya, mandi kilat yang ia lakukan tak sampai 5 menit lamanya. Kini ia sedang berkutat dengan dasinya, sambil sesekali bersenandung kecil. Matanya melirik kearah meja makannya yang berada tak jauh dari kamarnya. Setelah selesai dengan seragamnya, ia kemudian menyambar jas sekolahnya. Ji Hoon segera mencari kaos kakinya dan menyambar tasnya yang ada di balik pintu kamarnya. Saat ia melewati meja makannya, ia mengambil satu lembar roti yang diolesi selai coklat lalu meminum susu putihnya. Matanya yang sipit terlihat semakin sipit saat ia tersenyum membaca sebuah memo yang tertempel di kotak bekalnya. " Arraseo" gumamnya. Lalu ia mengambil satu roti lagi, dan bergegas berangkat sekolah.
***
" Saranghae.."
Lee Ji Hoon tersenyum tipis melihat salah satu adegan drama yang ia lihat di jalan menuju sekolahnya. Sebuah pernyataan cinta dari seorang Namja pada Yeoja yang disukainya. Ia hanya melihatnya sekilas sebelum bus yang akan membawanya kesekolah datang menjemputnya. Dan Ji Hoon hanya menggelengkan kepalanya saat ia masih bisa melihat kelanjutan adegan dalam drama itu. " Manusia.." gumamnya. Bus itu terlihat sangat sepi, bahkan hanya ada dirinya dan seorang yang berseragam sama dengannya yang duduk berjarak dua kursi darinya. Ji Hoon tahu orang itu adalah teman sekolahnya. Namun, ia hanya diam sambil menatap pemandangan kota Seoul yang sepi di pagi hari. Perjalanan dari rumah menuju sekolahnya memakan waktu selama hampir satu jam setengah menggunakan bus. Dan waktu selama itu ia gunakan untuk melihat pemandangan yang dilanjutkan dengan tertidur.
***
Ohn Ji Ra tersenyum tipis saat bus yang ditunggunya sudah datang. Itu artinya ia bisa terbebas dari pemandangan yang menurutnya sedikit tidak enak dipandang. Bahkan dari dalam bus ia masih bisa melihatnya. " Dasar tidak tahu malu!" gumamnya sedikit geram. Karena masih pagi, bus yang ditumpanginya pun masih sepi. Mungkin hanya dirinyalah satu-satunya penumpang bus itu pagi ini. Ji Ra menatap pemandangan dengan senyum tipis. Ia terus saja membuka ponselnya entah untuk apa. Sampai bus yang ditumpanginya berhenti disalah satu halte bus.
Ji Ra tidak peduli siapa yang akan naik bus yang sama dengannya atau siapa yang akan menemaninya menjadi penumpang di dalam bus ini. Bahkan sekalipun orang itu berseragam sama dengannya, Ji Ra masih betah menatap jendela atau ponselnya. Perjalanan sudah memakan waktu selama satu setengah jam, dan itu membuat Yeoja yang tidak berhenti tersenyum itu mengangkat tangannya dan melakukan beberapa gerakan untuk merenggangkan otot-ototnya. Memang selama perjalanan ada banyak orang yang naik dan turun dari bus. Namun, tak semuanya bertahan sampai selama itu di dalam bus yang ia tumpangi. Dan akhirnya ia sampai di halte yang menjadi tujuannya. Setelah turunpun, ia tak menghilangkan senyumannya. Sampai seseorang menggenggam tangannya dan melemparkan senyum pagi harinya seperti biasa.
***
Lee Ji Hoon tidak tahu sudah berapa lama ia tertidur. Yang jelas saat tidur ia mendengar banyak orang yang berlalu-lalang di sekitarnya untuk duduk, bangkit dan meninggalkan bus. Meskipun musik yang teralun lembut melalui earphone yang tersambung pada ponselnya itu menghipnotisnya untuk tetap memejamkan matanya,tetapi ia masih bisa merasakan lalu-lalang orang-orang. Perjalanan satu setengah jam itu diakhiri dengan berhentinya bus di sebuah halte dekat sekolahnya. Namja itu terbangun saat seseorang menempelkan memo di dahinya. Ia tersenyum tipis membaca memo yang tertulis disana. Dengan segera ia beranjak dari duduknya dan turun dari bus. Sejenak ia membetulkan poninya sedikit berantakan akibat tidur saat perjalanan. Matanya yang sipit, semakin sipit saat ia tersenyum seperti itu. Ia semakin mempercepat langkahnya dan menautkan tangannya dengan tangan orang itu. Seorang gadis yang tidak berhenti tersenyum selama perjalanan menuju sekolah mereka.
" Selamat pagi Nona Ohn.. terimakasih untuk sarapan dan bekalnya.. Aku mencintaimu!". Gadis itu tersenyum, masih senyuman yang sama. Hanya saja semakin melebar. " Aku juga mencintaimu Tuan Lee!". Ji Hoon tersenyum membaca kalimat itu. Keduanya tersenyum dan enggan melepaskan tautan tangan masing-masing. Hanya dengan tulisan mereka dapat mengekpresikan perasaan masing-masing. Tidak perlu sebuah pernyataan untuk dapat mengekpresikan perasaanmu. Dan itulah yang dilakukan dua sepasang kekasih itu. Sekali lagi, Ohn Ji Ra tidak mau meluruskan bibirnya. Lekungan manis itu membuat Ji Hoon mau tak mau ikut mengembangkan senyumannya. Pagi yang cerah itu bertambah cerah karena senyuman bahagia mereka.
Fin
Kyaa FF Seventeen pertama Author, sedikit aneh mungkin . Karena mereka baru debut setelah sekian lama, pengen buat FFnya. Bias di Seventeen bukan Woozi sebenernya, tapi dia yang kebayang-bayang diotak. makasih ya yang udah baca apalagi yang udah voment.^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Unvoiced
Fanfiction‘Tidak perlu sebuah pernyataan untuk dapat mengekpresikan perasaanmu’