52.

549 64 2
                                    

•••••••


°°°°°

Pagi tiba, Gita yang terjaga mulai membangunkan teman-temannya, satu persatu. Chika yang tertidur di sandaran batu, mulai membuka matanya, melihat Gita sedang membangunkan yang lain.

Orang selanjutnya yang bangun adalah Flora, ia melihat Adel yang tidurnya terusik di balik selimut tumpukan daun. Kemudian, Ashel juga mulai bangun, dia berjalan ke arah api unggun ketika Chika akan menyalakan benda tersebut.

Di saat api unggun menyala, Zee dan Christy terbangun, ketika merasakan hangat di pergelangaan tangan mereka. Keduanya terduduk, mengucek mata sebelum mendekat ke arah api unggun.

Saat semuanya bangun, Gita duduk di sebelah Zee yang bersila di dekat Christy. Lalu, mulai membicarakan tentang tujuan mereka untuk pergi ke Kadaman.

Mereka menghabiskan waktu selama satu jam lebih saat berdiskusi, dari Ashel yang mengusulkan untuk bertanya ke Rusi tapi ditolak mentah-mentah oleh Adel, Zee yang berpendapat untuk mengelilingi hutan salju ini namun mendapat gelengan serentak dari teman-temannya, dan Chika yang mengusulkan untuk jalan ke Goa lebih dalam akan tetapi ditolak oleh Gita, karena gadis es itu telah menjelajahi isi Goa tersebut saat mereka ber-enam tidur.

Akhirnya, keputusan mereka untuk mendapatkan informasi soal Kadaman jatuh ke ide Flora dan Christy, yang menyampaikan agar semuanya mengikuti aliran sungai. Mereka berdua berpendapat demikian lantaran melihat arus air serta ikan-ikan yang hidup di sungai tersebut, terlihat subur dan segar. Apalagi ketika Christy mengungkapkan bahwa dia sangat hafal soal mencari jalan, karena mengikuti kegiatan pramuka di sekolahnya, membuat mereka semua menyepakati ide yang disuarakan oleh keduanya.

Ke-7 gadis itu mulai melemaskan badan. Setelah merasa cukup, mereka mulai keluar dari Goa dan langsung diterpa oleh hembusan angin dingin. Tanpa diberi arahan, Zee segera berjalan paling depan dan disusul oleh yang lain.

30 menit berlalu, kabut tebal perlahan terlihat oleh Zee, dia memberi komando untuk memegang erat tudung jubah mereka supaya kabut tebal itu tidak menghalangi pandangan mata. Semuanya menurut dan segera menarik tudung jubahnya masing-masing.

Bagaikan tirai kelabu yang turun, menutupi pemandangan dan jarak pandang. Kabut tebal itu menghantam mereka, menciptakan kegelapan pekat walaupun waktu menunjukkan pagi, seolah-olah menelan cahaya matahari, membuat suasana menjadi gelap gulita. Mereka yang ada di dalamnya, seperti mengalami kebutaan sesaat, sulit melihat dengan jelas, akibat fenomena tersebut.

"Pegang tangan aku!" Zee berseru, mengulurkan tangannya ke belakang. Namun, tidak ada yang merespon tindakannya.

Gadis itu berhenti, membuka tudung jubahnya, melihat sekeliling.

"Zee!"

Zee menoleh, "Kak Chika? Kak Chika! Kakak di mana?!" Ia merespon teriakan Chika, berusaha melihat sekitarnya yang dipenuhi oleh kabut yang tebal serta angin yang dingin.

Tak

"AAA! JANGAN MAKAN AKU!!" Gadis air itu memekik keras saat bahunya dipegang oleh sesuatu. Dia menoleh dan memperhatikan lebih jelas, ternyata hanya ranting pohon kering yang menyerupai jari-jari tangan.

Di sisi lain, Gita yang ada di barisan belakang, menyadari lebih awal bahwa mereka bertujuh terpisah setelah berhasil menerjang angin dingin dan kabut. Dia membuka tudung jubahnya lalu berjalan lurus, mengikuti arah datangnya kabut tebal tersebut.

The Last Protector of Snaga (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang