Kehidupan baru dimulai yang dulunya hanya ada Gus Agam Syarif Husein dan Jasmine Zara, kini kehidupan mereka berubah menjadi Gus Agam Syarif Husein, Jasmine Zara dan Zayna Shafiyyah. Sebelum pernikahan Gus Agam dan Zayna, Gus Agam dan Jasmine sudah membicarakan bagaimana nantinya kehidupan mereka, apakah Zayna akan tinggal terpisah atau mereka akan hidup satu atap bertiga, setelah mempertimbangkan rumah mereka yang lumayan besar juga dengan 3 kamar kosong, selain itu mengingat keadaan Jasmine yang tidak memungkinkan Gus Agam akan meninggalkan sendiri saat menginap dengan Zayna, akhirnya mereka sepakat untuk hidup bertiga dalam satu atap.
Zayna juga bukanlah wanita jahat, saat mendengar permintaan Gus Agam untuk hidup bertiga dalam satu atap dia langsung menyetujuinya tanpa basa basi atapun permintaan apa-apa, bahkan dengan inisiatif sendiri Zayna bersedia untuk merawat Jasmine yang sedang sakit dan menemani Jasmine disaat Gus Agam keluar rumah, Zayna bahkan menyarankan pada Gus Agam agar kembali mengajar di Pondok Pesantren karena kini ada dirinya yang bisa merawat dan menemani Jasmine saat Gus Agam mengajar. Mendapat respon positif dari Zayna tanpa pikir panjang akhirnya Gus Agam memboyong istri keduanya itu untuk tinggal bertiga dalam satu atap bersama Jasmine.
Jasmine yang kesehatan berlahan mulai membaik sibuk menyiapkan masakan untuk menyambut kedatangan Zayna, meski tidak mahir memasak berkat bantuan internet dan suaminya Gus Agam kini Jasmine sudah bisa memasak bermacam-macam menu. "Semoga Zayna suka dengan masakan, Jasmine" lirih Jasmine sambil menatap dengan bangga beberapa makanan diatas meja makan. Tangan kurusnya terangkat dilihat jam pada pergelangan tangannya yang menunjukkan sudah pukul 9 pagi, sejak kepergian Gus Agam pukul 7 tadi Jasmine sudah asik di dapur menyiapkan menu makanan. "Satu jam lagi mereka pasti sampai, Jasmine mandi dulu deh" ucap Jasmine sambil mengusap keringatnya dengan ujung tangan baju yang dia kenakan, untuk rumah tidak perlu dia bersihkan lagi karena Gus Agam sudah terlebih dahulu membersihkan rumah sebelum berangkat menjemput Zayna.
Jasmine masih asik merapikan jilbab panjang yang sedang dia pasang, sudah berkali dia membongkar pasang jilbab itu karena belum merasa pas pada wajahnya. Saat masih menatap lekat wajahnya yang dibaluti hijab sebuah suara yang tidak asing terdengar mengucapkan salam dari luar, "Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ya Humaira". Jasmine yang menyadari kehadiran Gus Agam segera meninggalkan cermin dalam kamar dan melangka menuju sumber suara itu sambil menjawab salam dari Gus Agam, "Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabatakatuh".
Jasmine membuka daun pintu rumahnya, dihadapannya berdiri Gus Agam dan Zayna yang terlihat kaku di samping Gus Agam. "Assalamualaikum Warahmatullahi Wabaratuh Mbak Jasmine" salam dari Zayna terdengar lirih dan berat. "Waalakumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh Zayna" jawab Jasmine berusaha tersenyum untuk mencairkan suasana canggung antara mereka berdua. "Ya sudah ayok masuk Mas, Zayna" ajak Jasmine yang reflek meraih tangan kanan Gus Agam untuk dicium punggungnya sebelum masuk ke dalam rumah, setelah mendapat perlakuan itu sama seperti Jasmine yang reflek Gus Agam juga seketika mendaratkan sebuah kecupan di ubun-ubun Jasmine. Sebuah pemandangan yang tentunya membuat hati kecil Zayna terluka, "Apakah ini akan menjadi pemadangan yang harus aku saksikan setiap hari" bisik Zayna di dalam hatinya sembari mengikuti langka Gus Agam dan Jasmine yang berjalan sejajar didepannya.
Gus Agam segera duduk di sofa, sedangkan Jasmine segera meraih bawaan Gus Agam, "Sini Mas biar Jasmine" Jasmine meraih koper yang tadinya di tarik oleh Gus Agam. "Ayo Zayna, Mbak antar ke kamar" ajak Jasmine yang kini menarik tangan Zayna agar mereka saling bergandengan. Berbeda dengan Zayna yang pendiam, Jasmine memang lebih ceria dan mudah akrab dengan orang lain. "Disini ada tiga kamar kosong, diatas ada dua kamar dan dibawah ada satu nih, jadi kamu mau tinggal dimana?" tanya Jasmine sambil menunjukkan kamar bawah yang bersebelahan dengan kamarnya. Zayna terdiam melihat kamar yang dimaksud Jasmine, didalam hatinya memikirkan bagaimana bisa dekat dengan Jasmine dengan memilih kamar itu nantinya kalau Jasmine butuh apa-apa dia bisa dengan cepat membantu Jasmine. "Zayna mau tinggal disini aja Mbak" jawab Zayna lembut. "Serius?, enggak mau lihat kamar atas dulu?, iya sih kamar atas lebih kecil daripada ini tapi emangnya Zayna benar udah mau pilih yang ini aja?" tanya Jasmine sambil memandang Zayna. "Iya Mbak, Zayna mau disini aja biar bisa deketan sama Mbak, jadi kalau Mbak butuh apa-apa bisa langsung panggil Zayna, kalau diatas kan pasti repot belum lagi kalau Zayna sampai enggak dengar kalau Mbak manggil kan" jawab Zayna sembari duduk diatas tempat tidur yang sudah dibersihkan oleh Gus Agam pagi-pagi buta. "Masya Allah hatinya secatik wajahnya" ucap Jasmine sambil tersenyum seperti mendapatkan saudara perempuan.
"Ya sudah barangnya ditinggal aja dulu ya, kita makan sama-sama, Mbak tadi sudah masak banyak, Mbak belum tahu Zayna suka makan apa jadi Mbak masak kesukaan Mas Agam aja deh, semoga Zayna suka ya nanti masakan Mbak soalnya Mbak masih belajar masak ini hehe" ucap Jasmine sambil menarik tangan Zayna untuk menggandengnya lagi keluar dari kamar.
"Mas ayo makan" ajak Jasmine saat mendapati Gus Agam yang menunggu di ruang tamu. "Gimana Zayna mau tinggal di kamar mana?" tanya Gus Agam. "Kamar di samping kamar kita Mas" jawab Jasmine mendahului Zayna menjawab pertanyaan yang harusnya ditujukan untuknya. Lagi-lagi Zayna tersenyum kecut mendapati dirinya yang hanya seperti orang asing diantara Gus Agam dan Jasmine.
Mereka bertiga makan dalam satu meja yang sama, dengan cekatan Jasmine menyendokkan nasi dan lauk pauk untuk Gus Agam, Zayna yang baru hadir diantara mereka hanya bisa menjadi penonton antara Gus Agam dan Jasmine. "Gimana Mas enak enggak?" tanya Jasmine pada Gus Agam dengan wajah ceria. "Enak Sayang" jawab Gus Agam sambil mengusap singkat kepala Jasmine. "Oh iya, gimana Zayna masakan Mbak enak enggak?" Jasmine segera mengalihkan pandangan pada Zayna untuk mendapatkan komentar dari Zayna tentang masakannya. "Enak kok Mbak" jawab Zayna singkat sambil menunduk.
Tidak bisa Zayna pungkiri meski dia adalah istri kedua namun suasana yang dia rasakan dihari pertamanya sungguh menguji hatinya, tidak bohong jika Zayna mengatakan bahwa dia cemburu, bagaimana tidak cemburu kehadirannya dalam sepasang suami istri itu hanya bagaikan orang asing, Jasmine bersikap manja pada Gus Agam bahkan di depannya sedangkan Gus Agam bersikap begitu hangat pada Jasmine dan dia Zayna hanya bisa duduk kaku menyaksikan itu semua. Namun Zayna tetaplah wanita sabar mana mungkin dia memilih jalan itu jika tidak ingin merasakan apa yang dia rasakan saat itu, tidak masalah namanya juga masih baru seiring berjalannya waktu Zayna yakin dia akan terbiasa dengan kondisi itu, Zayna juga selalu mengatakan pada dirinya sendiri dia hanya pelengkap disana, tidak boleh menuntut lebih selain bertugas untuk menemani Jasmine dan Insya Allah akan memberikan Gus Agam keturunan. Meski dalam hatinya dia juga menginginkan cinta Gus Agam walau hanya sekecil pasir di pantai, dan keinginan itu diam-diam tetap dia langitkan setiap sepertiga malamnya, mengharapkan kemurahan Allah untuk mengabulkannya, karena dia bukan lah ingin merebut Gus Agam dari Jasmine namun hanya mengharapkan sedikit cinta dari Gus Agam untuknya juga.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
AR-RAHMAN BUKAN UNTUK JASMINE (ON GOING)
RomanceSeorang bergelar Ning namun memiliki kehidupan yang bebas, itulah hidup yang sedang dijalani oleh Ning Jasmine Alleya putri dari Gus Agam Syarif Husein dan Zayna Shafiyyah. Jasmine memilih jalan berbeda dari halayak Ning pada umumnya, Jasmine memil...