Terik matahari menembus kaca jendela bertirai tipis itu, membuat seisi ruangan merasa gerah. ini masih musim kemarau yang menyengat, membuat kita memikirkan menyeruput es jeruk sambil merasakan sepoi angin. Tapi bagi anak-anak kelas 11 IPA 3 mereka harus tertahan dalam pelajaran fisika yang membahas materi termodinamika.
Ya, setelah libur panjang selama dua minggu, kini mereka harus kembali melihat papan tulis, mendengar penjelasan guru, menulis di buku, memakai seragam, dan duduk rapi di bangku. Tapi musim panas ini membuat otak mereka tidak bisa menyerap materi itu. Bukan salah guru yang menerangkan. Sebagian murid menyimak dan tampak paham, tapi sisanya hanya mendengar sambil lalu, tidak tertarik.
Jiana Mika Luna yang sering di panggil Mika duduk di bangku kedua dari deret pertama dari kanan, ia langsung terkena paparan sinar matahari, membuat otaknya meleleh dan tidak bisa berpikir. Ia hanya bisa menandai beberapa rumus di buku pelajaran, tidak sepenuhnya paham. yang Mika pikirkan saat ini adalah ia ingin cepat-cepat istirahat di kantin, lalu es jeruk peras. pasti rasanya segar sekali.
"Mika, panas banget ya." Hanni, teman sebangkunya dari SMP melihat Mika beberapa kali mengangkat tangannya untuk menepis panas. "Nanti istirahat enaknya makan apa ya? mau mie kuah apa bakso aja? Aku gak bekel nasi soalnya."
Mika menoleh ke arah Hanni, "Dua duanya, terus es jeruk peras juga nya dua. Kemarin malam aku gak makan, tadi juga gak sarapan jadi lapar banget." Bisiknya sambil cengir. Hanni cengir juga, memikirkan makanan dikantin langsung bikin senang.
Lihatlah di tengah pelajaran, mereka justru membahas makanan. Untung guru yang sedang menjelaskan tidak menegur mereka.
Sebenarnya Mika bukan tipe siswa yang sering mengabaikan pelajaran, tapi bukan tipe yang serius juga. Intinya ia berada di tengah-tengah. Tapi walau begitu, di semester satu kemarin, Mika berada di rangking 7. Di tengah persaingan yang berbeda dari SMP dan SD, Mika justru sempat tidak yakin dirinya masuk 10 besar. Ia bersyukur atas itu.
Rangking satu sendiri diraih Danila, sahabat Mika juga yang duduk di belakangnya. Sementara rangking duanya, seorang cowok yang duduk sama Danila, namanya Saka. Mereka berdua sahabatan dari TK, katanya.
Selain Hanni dan Danila, Mika sahabatan juga sama Helen dan Erina, mereka berdua duduk di belakang Danila. mereka selalu duduk berurutan dalam deret yang sama, dan selalu kemana-mana berlima. Intinya mereka udah bestie banget. Mereka orang-orang yang asik dan baik, cocok sama Mika. Mereka sering gosip bareng, ngerjain tugas bareng, curhat bareng, liburan bareng, bahkan tidur bareng juga pernah waktu liburan kemarin.
Sepuluh menit kemudian bel istirahat berbunyi. Para siswa pun menghela napas lega, walaupun guru yang mengajar tadi memberi pr untuk di kumpulkan minggu depan.
"Danila, tadi yang di pr in halaman berapa?" terdengar suara Erina dari belakang.
tanpa menoleh Danila menjawab, "105" Erina pun langsung melipat halaman itu sebagai penanda. Tapi Mika yakin Erina tidak akan mengerjakan pr, dia paling lemah urusan fisika dan matematika.
Selepas guru meninggalkan kelas, suasana yang awalnya hening pun jadi ramai oleh suara-suara. Ada yang nyanyi, tertawa bahkan berteriak kayak di pasar karena dijaili anak cowok.
"Ke kantin yuk." Ajak Erina yang sudah duduk di bangku Saka, yang lagi pergi ke toilet.
"Yuk ah buruan laper banget nih, nanti keburu penuh, gak kebagian meja lagi." timpal Helen.
"Len tapi gue pinjem dulu ya, lupa dompet gue ketinggalan." Kata Erina.
"Kebiasan lo Rin. Utang lo udah berapa sama Helen?" Sahut Danila yang lagi beresin buku-bukunya. Sementara Erina cuma tersenyum malu. Teman Mika yang satu itu emang pelupa, untungnya Helen orangnya baik hati. Setiap Erina lupa bawa dompet, pasti dia kasih pinjem.
"Eh hari minggu nanti jadi kan kita lari bareng? Mika gimana?" Tanya Danila.
Mika yang udah beres masukin buku dan alat tulisnya kebawah meja pun menoleh, "Ya jadi dong. Jangan lupa jam 7 udah sampai disana, jangan ada yang ngaret." Jawabnya. "Yuk buruan ke kantin, nanti keburu penuh terus gak kebagian meja lagi. Gue udah laper banget."
"Tunggu dulu guys, aku ada gosip terhot nih." Tahan Hanni sambil menatap layar hp nya.
"Gosip apaan Han?"
Hanni meletakkan hp nya di meja Danila dan mereka melihat sebuah foto. seorang cowok, berada di kantor polisi.
"Hah? itu kan Sakti?" Danila ngambil hp Hanni dan memperbesar foto itu.
"Eh mana liat dong, itu kenapa di kantor polisi?"
"Siniin dulu hp nya." Hanni ngambil hpnya dari tangan Danila, terus dia ngescroll sambil baca-baca chat di grup pribadi miliknya.
"Kenapa Han? kenapa si Sakti apa di kantor polisi? itu beneran?"
Wajah Hanni kelihatan bingung dan kaget, sementara yang lain menunggu Hanni buat ngasih kejelasan.
"Kasus narkoba sama pemerkosaan."
"NNNNJJJIIIIRRR demi apa lo Han? ini beneran? kok bisa sih?"
"Gak mungkin ah Sakti kayak gitu, pasti itu hoax. Lagian lo dapet berita itu mana Han?"
"Lo tau kan kakak gue polisi. Dia ngirim ini ke gue karena tahu Sakti sekolah disini.”
“Hah kok bisa sih? Ini gimana ceritanya Sakti bisa sampai kena kasus kayak gitu?”
“Gue belum tahu, kakak gue belum ngejelasin lebih lanjut. Katanya masih penyelidikan.”
“Gak ngak nyangka banget!”
Dan bukan Hanni yang tahu berita itu, kini seisi kelas pun mengetahuinya karena berita itu dikirim ke grup kelas, entah sama siapa.
Semua orang kaget dan tidak mempercayai berita itu. Bima Sakti, adalah teman sekelas mereka. Dia orang yang paling ramah di kelas. Tak heran dia dekat dengan semua orang, baik laki-laki maupun siswa perempuan. Dan yang paling membuatnya terkenal adalah, dia atlet taekwondo yang sering membanggakan sekolah dengan memenangkan mendali emas. Dengan adanya berita ini, sontak jam istirahat pun berlalu hanya dengan membahas Sakti.
Mika yang sebenarnya kelaparan pun, tidak bisa ke kantin dan justru bergabung dengan teman-temannya untuk menunggu kejelasan berita itu.