Part 41

871 95 44
                                    

Suasana di dalam mobil kini terasa hening. Entah kemana ivan akan membawanya, alisha tak berani untuk bertanya. Alisha malu dengan apa yang sudah ia katakan saat menjawab perkataan tak mengenalam dari orang tua annais.

Dalam diam alisha merutuki dirinya sendiri. Kini ia berubah menjadi orang yang pendiam, jika bisa alisha ingin melompat saja keluar lalu berlari agar tidak bertemu dengan ivan. Bukan marah, tapi alisha malu.

"Emang iya gue masa depan lo?"

Detak jantung alisha berdegub semakin kencang. Kenapa alisha tidak biasa saja, karna memang dasar nya alisha menaruh hati pada sahabat nya sendiri.

"Sha?" Panggil ivan lagi membuat lamunan alisha terbuyarkan

"Hm? Apa? Lo tadi ngomong apa?" Tanya alisha pura pura tidak dengar. Berharap jika ivan tak jadi menanyakan pertanyaan yang tadi, karena biasanya di cerita cerita wattpad begitu pikir alisha

"Emang iya gue ini masa depan lo?"

Alisha salah besar. Ia kembali merutuki dirinya sendiri. Kenapa tiba tiba alisha samgat kesal dengan ivan.

"Ngomong apa sih, diem deh" alisha berusaha mengelak menahan detak jantung nya yang semakin kencang.

Ivan melihat alisha yang tengah gelisah sambil meremas-remas jari jarinya
Tangan ivan terulur untuk melerai kedua tangan alisha, agar alisha tidak menyakiti dirinya.

"Sakit nanti jari nya digituin" ucap ivan sangat lembut. Menggenggam satu tangan alisha.
Alisha berusaha untuk melepaskan genggaman tangan ivan.

"Kenapa dilepas? Salah gue genggam tangan masa depan gue?" Ucap ivan dengan santai nya

"Ck sakit nih orang. Lepas ga. Lo lagi nyetir ivan, bahaya tau ga" ucap alisha masih berusaha melepaskan genggaman ivan

"Ga akan bahaya kalau lo ga berontak kaya gini. Gue butuh pelukan lo, tapi susah sekarang jadi gue genggam aja tangan nya. Jangan di lepas lagi sha, hati gue belum tenang" ucap ivan membawa genggaman tangan alisha ke dada nya

Sudah bisa dipastikan kini jantung alisha berasa ingin copot. Alisha berasa seluruh tubuh nya kini melemah.

Jika memang itu alasan ivan, alisha menurut. Karna dengan cara ini biasanya bisa menenangkan ivan. Ternyata sedari tadi ivan berusaha untuk menenangkan dirinya.

Alisha menatap ivan dari samping. Isi kepala alisha kini memikirkan hal hal yang mungkin akan terjadi mungkin juga tidak. Seperti jika dia dan ivan bisa bersatu, jika ivan juga punya perasaan padanya, jika ivan benar benar menjdi masa depannya. Itu lah yang alisha fikirkan saat menatap ivan dari samping.

"Lagi liatin masa depan yah?" Sindir ivan dengan pandangan masih lurus kedepan, dan genggaman tangan nya dengan alisha masih berada di dadanya.

Mendengar ledekan ivan alisha yanh tadi sudah damai, kini kembali kesal mendengarnya. Alisha berusaha menarik tangannya dari genggaman ivanz tetapi ivan malah membawa nya tepat di depan bibirnya. Yaa ivan mencium punggung tangan alisha.

Tubuh alisha menegang. Untuk pertama kalinya ivan mengecuo tangan nya seperti ini. Alisha bingung apakah ia harus senang atau sedih. Ia senang dengan apa yang ivan lakukan padanya tapi alisha juga sedih, mengingat hubungan ivan dan annais kini entah apa statusnya..

"Thanks sha udah selalu ada buat gue. Jujur, setelah lo balas perkataan mama nya annais tadi gue cukup kaget, tapi entah kenapa gue juga seneng lo mengatakan itu sha. Bahkan sampe sekarang gue ga mikirin permasalahan tadi, gue udah gapeduli dengan apa yang akan terjadi sama hubungan gue dan annais. Gue gamasalah sha kalau ga sama annais, tapi akan menjadi masalah besar kalau lo ga ada lagi buat gue"

His World (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang