Evan dan Maria saling bertatapan dengan hidung mereka yang bersentuhan. Jantung keduanya berdetak kencang dan perlahan Evan memiringkan kepalanya, kemudian...
Cup, Evan mencium bibir Maria, membuat mata Maria membulat."Maaf Bu, tadi itu sengaja kok, hehe...." ucap Evan yang berlari dari situ.
Maria menghela nafas, lalu dia kembali ke tenda,semua sudah mengumpulkan kayu buat api unggun, lalu masing masing kelompok menyiapkan makanan.
Evan terus mencuri pandang sama Maria, tapi saat Maria menoleh ke arahnya, biasanya lelaki itu akan menoleh ke arah lain. Tapi Evan malah tersenyum manis dan mengedipkan sebelah matanya dan menggerakkan bibirnya sedikit maju seperti mencium, Maria jadi salah tingkah dan menundukkan kepalanya.
"Ayo semuanya kita makan, setelah itu kita akan adakan permainan." teriak Maria.
"Yeah...." sorak mereka.
"Ekhem..., aku bantu ya Bu?" ucap Evan.
Maria mengangguk, Evan pun membantu Bu Maria membagikan makanan, tangan mereka sesekali tak sengaja bersenggolan.
"Selesai makan, sampahnya buang di plastik hitam yang sudah tersedia ya a-nak a-nak."
"Iya Bu." sahut mereka serentak.
"Ayo kita berdoa bersama sebelum makan."
Selesai makan semua a-nak berkumpul untuk bermain bersama, mereka sangat senang ikut camping.
Malam sudah larut Evan pun, menyalakan api unggun. Semua a-nak sudah masuk ke dalam kemahnya masing masing. Evan sendiri masih di depan api unggun.Maria menghampiri Evan dan duduk agak berjauhan, Evan tersenyum menatapnya.
"Kamu belum tidur?" tanya Evan.
"Mau gantian sama kamu, barangkali kamu mau temenin Azka tidur." ucap Maria.
"Azka kalau tidur pules sampe pagi, jadi mau temenin Bu Maria tidur aja lah, hehe...."
"Sorry ye...." canda Maria.
Mereka berdua pun tertawa, Evan menatap Maria dengan dalam.
"Kamu cantik saat tertawa dan tersenyum. Kamu sama suami kamu gimana? Apa hubungan kalian bisa seperti semula. Setelah semua yang terjadi."
"Tentu saja tidak, mana ada kaca pecah kembali seperti semula."
"Kamu benar, lalu kenapa kamu tidak minta cerai?"
"Seorang wanita gak sama dengan lelaki dalam mengambil keputusan Van. Lelaki bisa mengambil keputusan tanpa minta pendapat orang lain. Tapi perempuan gak bisa memutuskan sendiri."
"Kenapa tidak? Hidupmu itu kamu yang jalanin. Jadi semua keputusan harus kamu sendiri yang ambil."
Maria menghela nafasnya, mata mereka saling bertatapan, ada kesedihan di mata Maria. Evan mendekat dan menatapnya.
"Aku pinjemin pundak nih buat kamu, apa kamu butuh sandaran? Kemari lah."
Tak terasa air mata Maria menetes, Evan menghapusnya dan mendekap Maria.
Maria pun menyandarkan kepalanya di bahu Evan. Cukup lama mereka duduk terdiam, sungguh nyaman yang Maria rasakan. Evan juga membelai rambut Maria.
"Ya Tuhan, andai saja aku bisa menghentikan waktu. Akan ku hentikan sekarang agar aku bisa lebih lama bersama denganmu." ucap Evan.
Maria mengangkat kepalanya dari bahu Evan, mereka saling bertatapan. Kemudian Evan menyentuh kedua pipi Maria dengan tangannya. Perlahan Evan mendekat dan mencium bibir Maria.
Kali ini ciumannya lebih dalam, tanpa sadar Maria menutup matanya dan membalas ciuman Evan, sehingga bibir keduanya saling berpagutan bahkan lidah Evan berhasil masuk dan saling bersentuhan dengan lidah mati. Evan pun menghisap lidah Maria. Ciumannya semakin dalam hingga membuat milik Evan di bawah sana mengeras.
Keduanya terbuai dalam suasana, lalu mereka saling bertatapan. Maria menyentuh bibirnya dengan tangan.
"Apa yang sudah aku lakukan, tidak ini tidak benar." ucap Maria yang menggelengkan kepalanya.Maria beranjak bangun dan masuk ke dalam tenda, Evan gak mungkin juga mengikutinya masuk ke tenda.
Tanpa mereka sadari seseorang merekam mereka dengan ponselnya. Nafas Maria naik turun. Dia mencoba mengaturnya."Maria, apa yang kamu lakukan. Ada apa dengan diriku." gumam Maria.
Dia teringat kembali ciuman tadi bersama Evan, Maria menggigit bibir bawahnya. Dia merebahkan tubuhnya dan mencoba untuk tidur, agar melupakan kejadian tadi.
"Aku tau kita saling suka Maria, aku tau itu." ucap Evan yang masih terpaku di tempatnya.
Keesokan paginya Maria menyiapkan sarapan untuk a-nak mu rid nya. Dia membagikan burger dan sosis panggang.
"Ayo semuanya kita sarapan dulu, lalu kita beres beres, terus pulang ya." ucap Maria.
"Yah, cepet banget Bu." sahut mereka."
"Kalau lama lama nanti belajarnya gimana? Nanti kita main lagi ya."
Mereka tampak murung karena mau pulang, begitupun dengan Azka. Mereka tampak senang bermain di alam terbuka melakukan permainan a-nak yang sudah di lupakan.
Menjadi pengalaman baru buat mereka agar tidak kecanduan gadget."Nanti habis makan kita main dulu ya a-nak a-nak, setuju?" ucap Evan.
"Setuju...!" sahut mereka serentak.
Semua a-nak sangat antusias, setelah makan mereka melakukan permainan lagi. Sedangkan para guru dan penjaga sekolah membereskan tenda.
Mereka tertawa dan bersorak gembira.
Satu jam kemudian Maria mengajak mereka berbaris dan mengabsen mereka.
"Yang ibu panggil namanya langsung naik ke bus ya sama guru olah raga."
"Iya Bu..."
Semua a-nak sudah di absen dan menaiki bus. Maria mengecek kembali semua a-nak mu ridnya.
Setelah semua lengkap dia pun masuk ke bus dan duduk di kursi depan, Evan menatapnya tanpa berkedip. sedangkan Maria bersikap acuh.Karena Maria tampak acuh Evan pun mengirim pesan WA dengan emot maaf. Tak lama Maria melihat ponselnya dan membuka pesan dari Evan. Tapi dia memasukan ponsel nya kembali ke dalam tasnya.
Sesampainya di sekolah, semua pulang ke rumah masing masing. Brian suami Bu Maria juga sudah menunggu di sekolah bersama put ri mereka.
"Mamah...." teriak Keysha.
Keysha langsung memeluk mamahnya, Brian menghampiri Maria dengan senyuman. Maria pun mencium tangan suaminya.
Evan melihat mereka dari motornya, sungguh Maria wanita yang bisa menyembunyikan perasaannya."Pah, ayo jalan pah pulang."
"Iya..."
Evan menjalankan motornya dan berlalu dari situ, Maria juga masuk ke mobil dan pulang.
Sesampainya di rumah Maria langsung pergi mandi.
Maria menyalakan shower dan membasuh tubvhnya. Maria menggosok setiap inci bagian tubvhnya dengan sabun cair dan sponge.Tiba tiba bayangan Evan muncul tersenyum dan mengedipkan matanya, Maria menggelengkan kepalanya. Kini malah bayangannya yang sedang ber ci um an dengan Evan muncul.
"Kenapa aku kepikiran Evan terus ya?" gumam Maria.
Selesai mandi Maria melilitkan handuk di tubvhnya dan keluar dari kamar mandi, Evan masuk ke dalam kamarnya.
Melihat Maria yang hanya mengenakan handuk membuat darah Brian berdesir dan bagian bawahnya langsung merespon.
Brian pun menghampiri dan memeluk istrinya dari belakang."Mas, aku baru selesai mandi mau pake baju."
"Jangan pake baju dulu sayang. Aku sudah gak tahan melihat tu buh mu yang indah." bisik Brian.
Mohon maaf gak bisa sering up, yuk mampir ke novelku yang udah tamat
*NYI rambut Asih di fizzo tamat
*Brondong Bucin (Mencintai Brondong Setelah Menikah) KBM tamat
*Teror Kek Mail Di Rel Perlintasan Kereta Api di KBM (on going)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bu Guru Cantik Yang Malang / Lanjut Ke KBM
RomanceBu Guru Cantik Yang Malang Sinopsis Maria seorang guru sekolah dasar yang cantik, namun kecantikannya tidak bisa membuat suaminya setia. Saat Maria mengandung anak kedua, dia mendapat kabar suaminya telah berselingkuh. Kabar Itu telah menyebar luas...