shani sedang membeli air mineral di mini market dekat rumahnya juga beberapa cemilan. ia belum pulang ke rumah dari kegiatan ospek. hari ini dia off bekerja, jadi ia hanya ingin belajar dan harus ada cemilan yang menemaninya.
setelah membayar ia keluar dari mini market, tidak sengaja ia melihat seseorang amat dikenalnya. bisa menemukan dhafin disini seperti takdir yang sudah direncanakan, shani sedikit geli dengan ucap batinnya.
"permisi ka dhafin." dhafin mendongak rambutnya yang tebal tersingkap, memperlihatkan wajah sendu dhafin.
shani terusik, ingin tahu apa yang terjadi pada dhafin.
"hmm.. ka dhafin sakit?" shani lebih menyukai dhafin yang banyak bicara daripada menghadapi dhafin yang pendiam. bahkan dhafin tidak segera menjawab pertanyaannya.
"engga kok." jawab dhafin, terdengar ditelinga shani suara dhafin yang parau.
"ada perlu apa, shani?"
"ini." shani menyodorkan buku agenda dhafin. "tadi saya menemukan di ruang aula, punya kakak kan?"
"oh iya, thanks." kemudian mereka terdiam. dhafin sama sekali tidak mempersilahkan shani untuk pergi atau menetap di sini.
shani jadi bingung untuk bersikap bagaimana selanjutnya.
"kakak kenapa?" tanya shani, jika dhafin tidak memintanya untuk pergi lebih baik ia sejenak menemani kakak tingkat yang sepertinya sedang ada masalah.
shani jadi teringat tentang wawancara kemarin, ia bersikap kurang ajar saat itu. terlalu menyinggung hal pribadi dhafin.
"kak soal kemarin....," ada jeda di kalimat shani. "saya minta maaf, tidak bermaksud menyinggung kehidupan kakak, saya siap menerima hukuman atas kelancangan saya." ucap shani. dhafin tersenyum membalasnya. dhafin sadar, dengan atau tidak dengan shani sebagai pemicu hal ini akan terjadi nantinya. cepat atau pun lambat pasti para mahasiswa baru akan mengetahuinya.
"ga usah minta maaf, gue udah lupain kejadian itu." ucap dhafin. keduanya kembali terdiam.
"hari ini hari yang berat bagi gue, hari ini gue seperti kehilangan harga diri gue, gue lihat sendiri pacar gue selingkuh." keluh dhafin tanpa diminta, shani masih diam, takut mengeluarkan pendapatnya.
"eh, maaf. kok gue jadi curhat." ucap dhafin. shani tersadar tidak ada kalimat formal yang di pakai dalam kosa kata dhafin.
"gapapa ka, aku paham kok rasanya." ngomong apa sih gue.
"gue ga tau deh gimana hadapin hari esok. gue kehilangan rasa percaya diri gue."
shani bingung bagaimana merespon kalimat dhafin. sekarang ia merasa bersalah. "sebentar ya ka," shani menaruh tasnya di kursi samping dhafin, lalu masuk ke minimarket. tak lama kemudian shani keluar dengan tangan kanan ia disimpan di balik punggungnya.
"ini ka, ada coklat. kata orang, coklat bisa membuat mood kembali membaik." coklat itu mengambang, belum dhafin terima. shani menjadi salah tingkah ia mengusap belakang lehernya.
"thanks." dhafin tersenyum menghargai usaha shani dalam menghiburnya.
"kenapa? kaget liat gue senyum?"
"hehe sedikit." ucap shani jujur.
"kirain emang muka kakak di setting seperti itu.""Lo pasti tau kan segala hal yang menyangkut ospek itu settingan, apalagi komdis harus bersikap tegas."
"iya aku tau kok ka."
"maaf ya, tadi gue curhat sama lo. lo pasti mikir gue ini cowok yang menyedihkan sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
time distance rapsodi
Teen Fiction"maaf telah membuat mu menunggu lama..... " dhafshan