Bab 24 | Penyesalan

38 8 12
                                    

"Gue yakin banget gue pasti pernah ketemu cewek itu! Gue juga yakin kalo dia penyebab hilangnya Riga selama ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gue yakin banget gue pasti pernah ketemu cewek itu! Gue juga yakin kalo dia penyebab hilangnya Riga selama ini."

Dozi menggigiti kuku jarinya merasa cemas dan terus saja mengatakan kalimat itu. Ia terus bersikeras berpikir dimana sekiranya ia pernah bertemu dengan wanita itu.

Setelah pertemuan tempo lalu dengan Prof. Lexa, Dozi dan Gena begitu yakin dan telah mencurigai wanita itu sebagai tersangka utama atas hilangnya Riga dan juga Rellona.

"Coba kita tunggu aja. Biasanya Riga selalu muncul tiba-tiba." Drey berujar.

"Betul tuh." timpal Gena.

"Terus, gimana soal Runa?" kalimat Dozi berhasil membuat kedua temannya bergeming. "Kalo Runa pun ikut ilang, itu tandanya kita gabisa tinggal diam."

"Terus kita harus gimana?"

Dozi seketika teringat sesuatu. "Gen, katanya lo bikin alat baru? udah selesai?"

"Oh, udah." Gena beralih mengambil alat baru yang berhasil ia ciptakan beberapa hari belakangan ini.

"Nih," Gena menyodorkan benda pipih nan minimalis itu pada Dozi dan Drey. "gue bikin lima, biar masing-masing punya."

"Gue belum kasih nama. Alat ini gue ciptain khusus buat kita komunikasi. Jadi, kita bisa saling tukar kabar atau ngasih informasi kalo kita lagi berjauhan. Ini juga udah bisa dipake diluar Basecamp. Untuk alat perantaranya, gue pake sim card. Nanti kita bisa saling tukar nomor buat lebih gampang ngehubunginnya."

"Sim card?" Drey merasa seakan baru mendengar dengan alat itu. "Gimana caranya lo bisa ciptain sim card?"

Gena hanya mengangkat bahunya singkat. "Mungkin.. itu udah jadi keahlian gue." di akhir kalimatnya, ia memberi cengiran seolah merasa bangga pada dirinya.

"Kenapa gue ngerasa gak asing ya sama benda ini?" Dozi merasa heran.

"Lo juga?" Gena tertegun. Ia pikir, hanya dirinya saja yang merasakan hal seperti itu.

"Kalo dipikir-pikir sih.. iya juga ya." timpal Drey.

"Itu makanya gue masih ngerasa bingung kenapa gue bisa ciptain benda ini. Padahal sebelumnya gue belum pernah meneliti alat komunikasi yang kaya gini. Entah kenapa tiba-tiba kepikiran gitu aja di otak gue."

"Tapi bagus. Ini pasti berguna banget." Dozi mulai menyalakan benda itu. "Gimana kalo kita namain.. ponsel? telepon genggam? atau.. Handphone?"

"Handphone kedengerannya keren juga."

"Oke, benda ini namanya Handphone!"

"Terus, gimana caranya kita saling tukar nomor?" Drey bingung.

"Tinggal ketik nomor Handphone lo, terus simpen. Jangan lupa kasih nama, biar lo ga bingung buat siapa yang bakal lo hubungin."

Crazy Life: Another World [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang