Chapter 4

1.3K 105 13
                                    

Semenjak kejadian seminggu yang lalu, Soohyun dan Jiwon menjadi dekat, bahkan mereka bisa akur, walau terkadang masih ada perdebatan konyol disaat mereka bersama. Panggilan 'kau' pun kini diganti menjadi 'kamu' dengan alasan agar lebih akrab, entahlah siapa yang mengusulkannya. Yang jelas mereka sangat menikmati kebersamaan mereka setiap harinya.

Dan minggu pagi ini, Jiwon sudah bersiap menunggu Soohyun di ruang keluarga, pemuda itu sudah berjanji untuk mengantarnya ke supermarket.
“Lama sekali,” ujar Jiwon ketika Soohyun menghampirinya.

“Maaf, tadi aku mandi dulu,” jawabnya sembari merapikan jaket yang dipakainya. Hmm.. Pergi sekarang?” lanjutnya dan langsung diangguki oleh si gadis.

###

“Serius mau ikut turun?” tanya Jiwon memastikan.

“Ya,” singkatnya.

“Tapi, bagaimana jika nanti ada yang tau?”

“Tidak akan,”

“Tapi—”

“Sudah, percaya saja padaku,” putusnya, lalu mengenakan topi juga kacamata hitamnya. “Ayo kita keluar,” lanjutnya dan keluar dari mobil.

###

“Semua orang memperhatikan kita,” bisik Jiwon pada pemuda yang tengah mendorong troli di sebelahnya.

“Itu karena kamu bersikap seperti ini,”

Jiwon mengernyitkan dahinya. “Kenapa jadi aku? Memang aku bersikap bagaimana?”

“Kamu terlihat gelisah, bersikaplah biasa saja,”

“Bagaimana aku tidak gelisah, aku takut kamu ketahuan,” Soohyun terkekeh mendengarnya.

“Mengkhawatirkan aku? Eh?” mendadak wajah Jiwon terasa panas dan sebelum pemuda itu sempat melihat wajah memerahnya, ia berpaling ke arah lain.

“T-tidak. Tidak seperti itu, jika kamu ketahuan kan aku juga yang akan repot,”

“Repot bagaimana? Kan aku yang akan dikejar mereka. Apa repot karena harus cemburu?” tanya Soohyun kemudian dengan nada menggodanya.

Oppa, hentikan pertanyaan konyol itu,”

“Kalau tidak mau bagaimana?”

Oppa...!” Soohyun terkekeh melihat gelagat gadis itu, belum lagi wajah kesalnya yang menggemaskan, selalu membuatnya ingin melihatnya.

“Baiklah-baiklah,”

###

Selesai berbelanja bahan makanan, juga kebutuhan lainnya. Mereka pun langsung pulang ke apartemen. Tiba di apartemen, Soohyun langsung menyimpan belanjaan mereka di atas meja makan, lalu melangkah kembali ke ruang keluarga dan ikut duduk di samping Jiwon.

“Ternyata berbelanja itu sangat melelahkan,” ujar Soohyun sembari meregangkan otot-otot tangannya.

Jiwon terkekeh mendengarnya, sebelum akhirnya bersuara. “Ya begitulah, memang kamu belum pernah belanja untuk kebutuhan sehari-hari?” Soohyun melirik ke arah Jiwon, lalu menggeleng.

Eomma yang selalu mengurus kebutuhanku, sebulan sekali beliau menyuruh supir keluarga kami untuk mengirimkannya kemari,” jelasnya kemudian dan sekarang giliran Jiwon yang menjawabnya dengan gerakan kepala, yakni, mengangguk. “Kamu sendiri bagaimana? Apa bocah manja sepertimu biasa belanja seperti ini?”

“Sudah kubilang jangan panggil aku 'bocah manja' lagi, dan walaupun aku manja, aku kan tetap seorang perempuan. kamu pasti tahu sendiri jawabannya,”

Hope!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang