Bab 5: Deteksi

673 90 24
                                    


Happy reading

.

.

.

Kini Cahaya terbaring lemah di tempat tidur, badannya terasa panas. Petir menjaga Cahaya sementara Tanah memasak makan malam. Untung saja besok adalah hari libur sehingga mereka tidak perlu berangkat ke sekolah

"Tidak...tidak...maaf...hiks...hiks...maaf...hiks...hiks...kakak" ucap Cahaya dalam tidurnya sambil berlinang air mata. lanjutnya dan lengan serta kakinya meronta, membuat Petir sedikit panik

Petir mendekat dan mencoba membangunkan Cahaya namun gagal. Cahaya memprotes namun ditahan oleh Petir. Ia dengan lantang memanggil Tanah karena ia tidak tahu harus berbuat apa dalam situasi ini kecuali memegang erat Cahaya.

" Apa yang telah terjadi?" Tanah kini sudah berada di depan kamar Cahaya. Setelah mendengar panggilan kakak sulungnya, Tanah pun berlari dengan panik tanpa melepas celemek dan sendok berwarna merah muda di tangannya.

Melihat keadaan Cahaya, Tanah langsung berlari menghampiri dengan ekspresi khawatir dan ketakutan sambil berkata "Cahaya bangun!" Kata Tanah sambil mengguncang adik bungsunya namun sia-sia. Cahaya masih meronta sambil menangis dan bergumam namun mereka tidak bisa mendengar dengan jelas.

Tiba-tiba Cahaya berhenti meronta, tiba-tiba ia membuka matanya dan segera duduk. "Hah...hah..." Cahaya tersentak saat ia terbangun, air matanya jatuh membasahi selimut yang ia tutupi.

"Ada apa, kamu baik-baik saja?"Tanya Tanah cemas sementara Petir hanya diam mengamati keadaan

"Hiks...hiks...kakak...hiks..." Cahaya memeluk Tanah sambil terisak-isak, sedangkan orang yang dipeluknya merasa bingung dan khawatir

"Ada apa denganmu? Apa kamu bermimpi buruk, Cahaya?"

"Tidak ada yang serius, itu hanya mimpi buruk yang bodoh," kata Cahaya dengan air mata berlinang

"Tidak serius? Kamu menangis, apa yang kamu impikan?" Kata Petir kesal

"Benar Cahaya, bisakah kamu ceritakan apa yang kamu impikan? Mungkin itu ada hubungannya dengan kekuatan kita seperti Api dulu" kata Tanah sambil menatap tulus ke arah Cahaya bingung

Tanah melihat kebingungan Cahaya dan melanjutkan "Lagipula, kamu tidak seharusnya menanggung beban ini sendirian. Beritahu kami karena kami adalah keluarga, bukan?"

"Ya...kita...adalah keluarga" dua kata keluarga membuat pertahanan Cahaya bergetar, dia hendak mengatakan bahwa dia berasal dari masa depan tapi...

BOOM

"Muahahahaha BoBoiBoy aku datang lagi"

Terdengar suara dari luar rumah, menyebabkan Tanah dan Petir habis, hanya menyisakan Cahaya yang tercengang di dalam kamar

"A-aku... hampir bilang aku dari masa depan."

"Aku hampir menambah beban mereka"

"Aku sangat tidak berguna, mereka mati karena aku, sekarang giliranku... karena mereka, karena saudara-saudaraku" pikir Cahaya

"Mulai besok aku harus membuat rencana, aku sudah membuang banyak waktu, tidak banyak lagi yang tersisa"

"Mataku sakit sekali." Cahaya menggosok matanya sambil berdiri, dia mengeluarkan kotak lensa kontak dan memasukkan 2 buah lensa kontak ke dalam kotak tersebut

Penyebab mata Cahaya sakit karena sehari sebelumnya saat dia pingsan, lensa kontaknya masih menempel di matanya, ditambah lagi dia baru saja menangis membuat matanya agak perih

Kembali ke masa lalu (BoBoiBoy Solar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang