7《♣︎》Sosok Yang Tak Dikenal Oleh Andi

16 5 8
                                    

       Suara lantunan musik bercampur dengan suara hujan yang menenangkan, tidak lupa dengan suara ketikan dari keyboard dan tulisan dari pena. Dibalik ketenangan yang mahasiswa kutu buku ini impikan, ia hanya tertidur dua jam dan sisanya untuk patroli dan belajar. Walaupun bukan seorang siswa lagi, ujian menjadi hal yang masih ditakutkan oleh Andi.

       Minggu lalu, ia sangat lega karena sudah bisa menggunakan photoshop. Sekarang Andi harus belajar mati-matian tentang strategi media sosial untuk organisasi berita, beruntungnya dosennya sering kali menggunakan organisasi yang terkenal untuk ujian yang setidaknya mudah dijelajahi lebih dalam.

       Banyak kertas berantakan dengan buku biner dan buku-buku tebal yang ia beli di toko bekas sekitar, ia bahkan tidak peduli dengan pandangan sekitar dan fokus memahami strategi yang kompleks itu. Terpaksa ia menumpang di ruang UKM Musik agar tidak diganggu oleh jin, Ayu, Namanya, atau jin penjaga akan memberitahunya jika ada orang.

Tiba-tiba tangan asing menyentuh kepala Andi. "Hei!"

Andi melempar penanya terkejut kemudian menoleh belakang. "Ah…. Kak Ayu!"

"Mau ujian ya?" Tebak Ayu kemudian minum latte matcha. "Kamu tidak boleh kabur"

Andi tersenyum kesal. "Mau bagaimana lagi"

Ayu kemudian duduk di kursi depan meja Andi. "Omong-omong, kamu mulai dekat sama beberapa jin ya?"

"Aku selalu berpapasan dengan jin saat patroli" jawab Andi, itu semua karena kakak tingkatnya yang pemalu. "Lebih baik saling mengenal satu sama lain daripada salah paham"

"Itu bagus, kamu jarang di serang lagi"

"Tentu saja! Andi gitu loh!" Sombongnya cukup keras.

Ayu memaklumi juniornya yang masih pemula disini dan hanya tersenyum.

"Kamu sudah mempraktekkan mantra kombinasinya?" Tanya Ayu teringat tugas yang diberikan Namanya kepada Andi.

Andi terdiam, ia baru teringat tugas yang hampir gagal dari Namanya. "Yah… itu cukup kompleks, beruntungnya aku bisa menyatukan tiga elemen di liriknya"

Ayu memberikan dua jari jempol. "Tingkatkan lagi"

"Kakak tidak mempersiapkan ujian- ah, baru ingat hehe" Andi menggarukkan rambutnya sejenak. "Kakak melukis ya…" ia sedikit iri dengan kemudahan Ayu dalam ujian.

Ayu tetap tersenyum. "Seringkali ujiannya susah untukku, terutama bagian pewarnaan"

Andi menatapnya dengan penasaran, ingin diceritakan lebih dalam.

"Sejak kecil, aku selalu bingung di teori warna. Semenjak masuk kampus, aku cenderung di lukisan abstrak hitam putih" tambahnya tak keberatan.

Di balik berisiknya hujan, kicauan mengerikan dari burung gagak menembus suara hujan. Burung gagak itu menatap tajam dari luar jendela, ia menunggu nyonya-nya untuk membuka jendela itu.

"Tumben sekali" Ayu berdiri dan membuka jendela berembun itu.

Mereka berbicara dengan bahasa yang aneh, itu berlangsung cukup lama.

Andi melanjutkan tulisannya yang tertunda, selagi ada waktu.

"Sungguh!?" Ayu kemudian menatap Andi sejenak. "Kamu bakal tetap disini kan?" Ia memastikan dengan raut wajah sedikit khawatir

Andi tersenyum sedikit dan mengangguk. "Aku juga bisa melindungi diri sendiri kok"

Ayu kemudian keluar dari jendela dan lari bersama dengan burung kesialan yang terbang.

       Andi memandang mereka hingga menjadi kabur di matanya, ia harus kembali belajar. Tiba-tiba terdengar suara gesekan dari arah jendela, ia baru sadar tadi belum ditutup oleh mereka dan sekarang tertutup. Mungkin saja angin kencang, tetapi sekarang hanya hujan berisik bukan angin badai hujan.

Alunan Biola Mistis Di Armonia [ The End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang