Sejak kehamilan Zayna kesehatan Jasmine seperti terabaikan, meski Gus Agam tetap dengan rutin mengantar Jasmine untuk melakukan kemoterapi dan selalu mengingat jadwal pemberian obat pada Jasmine, namun ada satu yang terlupakan yaitu perhatian yang dahulu semata-mata untuk Jasmine kini terbagi juga untuk Zayna dan calon bayinya.
"Zayna hari ini jadwalnya ke dokter kandungan kan untuk kontrol kehamilan" ucap Gus Agam setelah menyeduh teh hangat, "Iya bener Mas" jawab Zayna yang sedang berdiri mencuci piring. "Jasmine tidak apa-apa kan ditinggal di rumah sendiri?" tanya Gus Agam pada Jasmine yang berdiri di samping Zayna menyusun piring cucian Zayna, "Iya Mas, enggak apa-apa, lagian Jasmine juga enggak mungkin ikut, Jasmine mau istirahat aja di rumah" jawab Jasmine sambil tetap menyusun satu persatu piring pada rak.
Setelah menyelesaikan mencuci setumpuk piring kotor Zayna segera mengelap tangannya pada celemek yang dia pakai, "Ya sudah kalau gitu Zayna siap-siap dulu Mas, takutnya kalau kesiangan nanti malah lama disana lagi terus Mbak Jasmine kelamaan ditinggal" ucap Zayna seraya membuka celemek yang dia gunakan, "Iya Zayna" jawab Gus Agam yang duduk dengan setelan rapi di depan meja makan.
Sepergian Zayna Gus Agam segera bangkit dari tempat duduknya, didekati Jasmine yang memunggunginya karena masih asik mengelap rak-rak dapurnya. "Sayang, beneran enggak apa-apa ditinggal sendiri?" tanya Gus Agam yang tiba-tiba sudah memeluk Jasmine dari belakang, "Ahhhh" bukannya menjawab pertanyaan Gus Agam Jasmine malah meringis kesakitan saat sepasang tangan Gus Agam melingkari perutnya.
"Ada apa Sayang?, sakit ya?" tanya Gus Agam panik segera membalikkan tubuh Jasmine mencari bagian mana yang membuat Jasmine meringis kesakitan, namun bukannya mendapat jawaban Jasmine justru menunjukkan ekspresi kesakitan. "Kita duduk dulu yang Sayang" ucap Gus Agam menuntun Jasmine untuk duduk di kursi makan, "Sayang masih sakit ya?, yang mana sakitnya Sayang?" tanya Gus Agam yang berjongkok dilantai sambil mendongakan kepala menatap Jasmine yang tertunduk kesakitan di kursi makan. Lima menit lamanya Jasmine masih meringis kesakitan sambil menekan perut bagian bawahnya, dengan ekspresi yang masih menunjukan sedang menahan sakit Jasmine menjawab Gus Agam, "Enggak apa-apa Mas, Jasmine enggak apa-apa" Jasmine menggeleng-gelengkan kepala untuk memastikan dia tidak apa-apa pada Gus Agam.
"Tapi wajahmu pucat begini Sayang" ucap Gus Agam mengusap wajah Jasmine, "Iya bener Mas Jasmine enggak apa-apa tadi sakit bentaran aja, ini udah hilang sakitnya Mas" ucap Jasmine sambil berusah menyembunyikan sakitnya karena jika dia sampai menyampaikan ke Gus Agam kalau sakit perutnya sedang kambuh lagi otomatis Gus Agam akan membatalkan untuk mengantar Zayna ke dokter kandungan, sedangkan Jasmine tidak mau jika Zayna sampai kecewa karena Gus Agam membatalkan untuk memeriksa kehamilan Zayna.
Belum sempat bertanya lagi mendadak suara lembut Zayna terdengar, "Zayna udah siap Mas". Jasmine segera bangkit dari kursi makan lalu memutar badan menatap Zayna yang sudah rapi dengan setelan kebaya dan hijab berwarna cream yang dipadukan dengan niqab hitamnya, "Masya Allah cantik banget" Jasmine berucap sambil melempar senyumnya pada Zayna. "Loh Mbak Jasmine kenapa?, muka Mbak pucat banget" tanya Zayna sambil melangka mendekati Jasmine karena menyadari wajah Jasmine yang baru dia tinggalkan sekitar 45 menit sudah sepucat itu.
"Mbak Jasmine enggak apa-apa Zayna, ya sudah Zayna pergi sana keburu siang nanti" ucap Jasmine mengalihkan pembicaraan agar Zayna dan Gus Agam tetap pergi ke dokter kandungan tepat waktu. "Tapi loh Mbak pucat gini gimana mau ditinggal sendiri" alis Zayna mengkerut menandakan bahwa dia benar-benar sedang khawatir dengan kondisi Jasmine, "Mbak enggak apa-apa Zayna beneran" sekali lagi Jasmine menyakinkan Zayna agar tidak mengkhawatirkannya dan segera berangkat ke dokter kandungan.
"Mas gimana?, apa kita tetap pergi kalau kondisi Mbak Jasmine begini?" tanya Zayna pada Gus Agam yang sudah berdiri di belakang Jasmine, "Kita tunda dulu cek kandungannya enggak apa-apa kan Zayna?" tanya Gus Agam pada Zayna. "Iya tentu aja enggak apa-apa Mas dari pada nanti malah Mbak Jasmine kenapa-napa lagi pas kita tinggal sendiri. "Pokoknya kalian harus pergi cek kandungan, kalau kalian enggak mau Jasmine kecewa" ucap Jasmine bersih kekeh menyuruh Gus Agam untuk mengantar Zayna pergi memeriksa kandungan Zayna.
Jasmine melakukan itu bukanlah tanpa alasan, namun semua hal itu dia lakukan karena trauma dengan kejadian yang pernah menimpahnya, Jasmine tidak mau kejadian naas yang pernah terjadi padanya terulang kembali pada Zayna, sebab itu lah meski dalam keadaan sakit Jasmine selalu mengutamakan Zayna, berpura-pura baik-baik saja meski sebenarnya dia merasakan sakit.
"Oke, kalau gitu Mas sama Zayna bakalan pergi, tapi Jasmine harus janji dulu sama Mas kalau terjadi apa-apa kalau merasa sakit atau apapun itu pokoknya langsung telepon Mas ya, kalau nomor Mas enggak aktif atau apa Jasmine bisa hubungi nomor Zayna, setuju?" ucap Gus Agam tegas berusaha meminta kesepakatan dengan istrinya yang cukup keras kepala itu, karena mustahil jika dia ingin membatalkan ke Rumah Sakit jika Jasmine sudah berkata sedemikian. "Iya Mas setuju, Jasmine janji bakalan langsung hubungi Mas kalau terjadi apa-apa atau Jasmine merasa enggak enak" jawab Jasmine ingin cepat menyudahi perdebatan itu agar Gus Agam dan Zayna segera berangkat ke Rumah Sakit.
"Ya sudah kalau gitu Mas sama Zayna berangkat ya, Jasmine baik-baik dirumah, Mas usahain pulang secepatnya kok" Gus Agam berpamitan sambil menyodorkan tangan kanannya agar dicium oleh Jasmine, setelah itu dengan lembut Gus Agam mendaratkan kecupan yang cukup lama di ubun-ubun Jasmine yang bisa dirasakan ada doa yang Gus Agam ucapkan saat itu. "Iya Mas juga hati-hati ya bawa mobilnya, jangan ngebut-ngebut, kasian nanti Zayna lagi hamil gitu masa suaminya bawa mobil ugal-ugalan" pesan Jasmine setelah lepas dari kecupan Gus Agam. "Zayna juga pamit ya Mbak, kalau terjadi apa-apa pokoknya langsung hubungi nomor Zayna ya Mbak, ini baterai Zayna juga masih full kok, kuota juga aman, Insya Allah bakalan aktif terus ini" ucap Zayna sebelum benar-benar meninggalkan Jasmine sendirian di rumah. "Iya Mbak Jasmine bakalan jaga diri kok, Zayna juga ya baik-baik Mbak doain si dedek sehat ya" jawab Jasmine sambil mengusap lembut perut Zayna yang sudah sedikit membuncit. "Iya Mbak kami pamit ya Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh". "Assalamualaikum Warahmatullahi Wabaratuh Sayang" Gus menyusul mengucapkan salam sambil memandang Jasmine dengan tatapan tidak tega meninggalkan Jasmine sendirian. "Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh" jawab Jasmine sambil tersenyum dan melambaikan tangan pada Gus Agam dan Zayna yang berjalan menjauhi Jasmine.
Meski terlihat tenang namun wajah khawatir Gus Agam tidak bisa berbohong, beberapa kali dia memastikan pada Zayna kalau setelah cek kandungan nanti mereka akan langsung pulang tanpa mampir kemanapun lagi seperti kebiasaan Zayna yang selalu minta mampir membeli bermacam-macam makanan untuk dirinya dan Jasmine. Gus Agam juga menyetir mobil lebih cepat daripada biasanya, seakan-akan dia ingin cepat sampai dan kembali lagi ke rumah untuk memastikan bahwa Jasmine tidak apa-apa, "Mas pelan-pelan" Zayna berusaha mengingatkan Gus Agam, "Iya Zayna ini Mas hati-hati kok" jawab Gus Agam tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan raya.
Dalam pikiran Gus Agam terbayang-bayang wajah pucat Jasmine, hatinya berdebar-debar memikirkan hal-hal buruk akan terjadi pada Jasmine, entah kenapa kali ini dia benar-benar berat hati mau meninggalkan Jasmine sendiri di rumah, tidak seperti biasanya jika Jasmine sudah menyakinkan dia akan tenang selama perjalanan namun kali ini disepanjang perjalanan pikirannya malah dipenuhi rasa khawatir pada keselamatan Jasmine yang tadi mengiringi kepergian mereka dengan senyum.
"Zayna coba cek ponsel Mas, siapa tahu Jasmine ada ngirim pesan atau nelpon" perintah Gus pada Zayna sambil tetap menyetir mobilnya, padahal baru 15 menit dia meninggalkan rumah namun dia ingin memastikan lagi bahwa Jasmine tidak apa-apa. "Tidak ada Mas, kita kan baru jalan 15 menit, di ponsel Zayna juga Mbak Jasmine enggak ada ngirim pesan apa-apa ataupun menelpon" jawab Zayna setelah mengecek kedua ponsel yang ada ditangannya. "Ya sudah selagi Mas menyetir tolong ya Zayna pantau dulu, kalau Jasmine nelpon langsung diangkat ya" perintah Gus Agam pada Zayna. "Baik Mas" Zayna mengiyakan dan menganggukan kepala tanda siap menerima telepon Jasmine kapanpun.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
AR-RAHMAN BUKAN UNTUK JASMINE (ON GOING)
RomanceSeorang bergelar Ning namun memiliki kehidupan yang bebas, itulah hidup yang sedang dijalani oleh Ning Jasmine Alleya putri dari Gus Agam Syarif Husein dan Zayna Shafiyyah. Jasmine memilih jalan berbeda dari halayak Ning pada umumnya, Jasmine memil...