16. Alur yang Berubah

1.5K 223 34
                                    

Inget cuman fiksi, Happy Reading!!

*

Jedrick menghela nafas untuk kesekian kalinya. Jika Hylas menghitung sepertinya ini bisa mencapai angka ke 100.

"Berhenti menghela nafas dan bekerjalah dengan benar!!" protes Hylas.

"Apa Rheas sudah bertemu dengan kedua orang tuanya? Apa dia senang? Apa dia sudah makan dengan baik?"

Cukup! Hylas membanting tumpukan kertas di atas meja Jedrick dengan kasar.

"Berhenti bertanya! Aku sudah menjawab beratus ratus kali soal itu!" balas Hylas dengan nada ketus.

"Dia sepertinya sangat senang dan dia bisa makan dengan lahap! Jadi cepat bekerja sebelum Jarvis yang turun langsung untuk mengomelimu!" seru Hylas kesal.

"Kira kira jika aku menemuinya sekarang.. dia akan kembali murung?" tanya Jedrick lagi.

Astaga, muak sudah Hylas. "Aku akan berhenti bekerja!"

"Oh? Baiklah, pesangonnya akan aku siapkan nanti.." balas Jedrick tidak berselera, sekarang bukannya tergerak untuk bekerja dia hanya mencoret coret dokumen.

Sabar Hylas, jika bukan karenamu kekaisaran ini akan hancur di tangan Jedrick.

"Kau sudah mendengar laporan dari gagak hitam? Jalur transaksi itu memang Selena.. Dia memang pelakunya. Apakah.. ada kemungkinan Shermaine memanipulasinya?" tanya Jedrick lagi, kali ini stress Hylas agak berkurang karena melihat Jedrick mulai memegang dokumen pekerjaannya.

"Aku tidak tahu apakah aku gila atau tidak, tapi aku sungguhan melihat aura hitam dari mereka berdua.. Apa kuil suci bekerja dengan baik? Aku merasa ada sihir hitam di kasus ini.." lanjut Jedrick.

"Yang mulia.."

"Tapi, karena Rheas bilang tidak mungkin Selena yang melakukannya.. Ah, sialan.." gumam Jedrick kembali meletakkan pena-nya.

Hylas sudah melotot begitu melihat pena Jedrick terletak tak berdaya.

"Kalau begitu berikan buktinya agar yang mulia Rheas membuka matanya.." balas Hylas, dia menyerah dia akan mengambil cuti segera.

"Tapi.. itu akan membuat Rheas membenciku.." lirih Jedrick.

"TERSERAH! AKU MENYERAH!! AKU MAU MENGAMBIL JATAH LIBURKU!" teriak Hylas frustasi. Sebenarnya, Jedrick mempekerjakannya untuk mengurus administrasi atau hanya untuk mendengar keluhan si kaisar saja? Hylas tahu besok pagi semua dokumen ini sudah terselesaikan dan tersortir rapih. Namun, dia sudah cukup stress mendengar semua keluhan si Kaisar.

"Hylas.. Kira kira apa kesalahanku hingga dia meneriakiku monster ya? Apa.. karena aku pangeran cacat?" kali ini Hylas terdiam cukup lama.

"Anda tidak cacat yang mulia.." sela Hylas. "Anda sempurna dengan apa yang anda miliki.."

Jedrick tidak mengatakan apa apa lagi. "Tapi, aku mungkin memang monster.. Aku terbiasa membunuh sejak lama, aku ini bodoh hanya tahu membunuh saja.." lirih Jedrick.

Hylas menarik nafas panjang. "Saya akan mencoba mengatur pertemuan anda dengan yang mulia Rheas.." putus Hylas akhirnya.

"Tidak perlu, aku.. itu monster.." Jedrick tersenyum kecut.

*

Tubuh Rheas masih belum terlalu baik, tapi dia sekarang sudah berjalan tergesa menuju sel dimana Selena ditahan.

"Hormat say-" belum selesai Selena memberi salam Rheas sudah menarik kerah baju Selena, matanya menatap Selena menuntut.

"Kau- kenapa tidak mengatakan apapun soal ayahku mengangkat seorang selir?!" seru Rheas marah.

I'm not the Original Anti Villain | NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang