Satria bermain dengan agres dilapangan, kakinya dengan lihai menggiring bola dan saling mengoper dengan temannya, melewati lawan dengan lihai. Hinga sebuah tendangan langsung dari Satria membuahkan sebuah gol pertama untuk tim mereka.
"Gooollllll" Teriak Satria dan teman teman nya gembira.
Satria melihat kearah Rian di bangku penonton dengan senyuman yang cerah, penuh kebanggaan atas gol yang di ciptakannya.
Rian bertepuk tangan dengan senyuman manis. Mengapresiasi gol yang di cetak Satria. Setelahnya pertandingan itu di lanjutkan lagi.
Ponsel Rian berdering, menunjukkan nama papanya berada di layar ponselnya. Tanpa menunggu lama Rian mengangkat telponnya.
"Halo pa" Ucap Rian pelan, karna dia malas jika papa nya marah marah lagi padanya.
"Rian kamu dimana?" Tanyanpapanya Rian dari ukung telpon.
"Di lapangan futsal" Jawabnya singkat.
"Mm Rian, ini mama kamu mai ngomong" Ucap papanya Rian, Rian hanya diam menanggapi ucapan papanya.
"Halo dek" Suara wanita lembut dari ujung telpon memanggilnya dengan halus.
"Iya ma, ada apa?" Jawab Rian lembut.
"Kamu dimana sekarang ini?" Tanya mamanya Rian.
"Rian di tempat futsal ma" Jawab Rian untuk kedua kalinya.
"Kamu main futsal?" Tanya mamanya.
"Cuma nonton, sebenarnya ada apa ma?" Tanya Rian lagi, karna tidak biasanya orang tua Rian menelpon di Siang hari, di jam kerja seperti ini, kecuali jika akhir pekan.
"Mama sama papa mau dengar cerita kamu, tentang kejadian yang kemarin di kampus. Kemarin kan kamu belum sempat cerita karena papa udah keburu emosi" Ucap mama Rian
"Oh itu" Ucap Rian, kemudian dia menjelaska apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu. Rian menceritakan semuanya mulai dari awal kejadia foto, hingga pelabrakan senior yang dialaminya, hingga kejadian di kelas tanpa ada yang di kurangi. Mamanya hanya diam mendengarkan tanpa ada intrupso sedikitpun saat Rian bercerita dari awal hingga selesai.
"Mama senang kamu ga luka sedikit pun, tapi kamu harus belajar kontrol emosi kamu lagi" Ucap mamanya
"Iya ma" Jawab Rian.
"Sama satu lagi, kamu sama Raiki kenpa putus?" Tanya mamanya Rian
Rian terdiam sejenak atas pertanyaan mamanya, dia bingung harus menjawab apa.
"Apa Raiki selingkuhin kamu, atau kamu yang selingkuh?" Tanya mamanya lagi.
" Engga ma, ga ada yang selingkuh. Kita ngerasa udah saling ga cocok aja. Apa lagi jarak yang udah jauh sekarang. Jadi kita putus baik baik kok kita tetep temenan kok" Ucap Rian menutupi fakta sebenarnya bahwa Raiki lah yang memutuskan sepihak.
"Bener karena itu aja?" Tanya mamanya lagi menyelidik karna dia merasa Rian menutupi alasan sebenarnya.
"Iya ma, bener" Jawab Rian meyakinkan
"Yaudah kalo gitu, papa kamu ga jadi bekuin aset kamu. Jadi kamu bisa pake uang lagi. Tadi papa kamu mai bilang itu tapi gengsinya ketinggian" Ucap mamanya menjelaslan.
"Ya kayak papa biasanya lah" Jawab Rian. Kemudian mereka tertawa bersama.
Mamanya merasa lega Rian nya kemabali tertawa, tidak terdengar depresi seperti hari hari sebelumnya.
"Yaudah kalo gitu, kamu jangan bandel disana" Ucap mamanya Rian.
"Iya ma" Jawab Rian singkat dan kemudian mamanya Rian menutup telponnya.
Rian merasa lega di harinya, bukan hanya karna uangnya tidak jadi di bekukan. Tapi karna papanya mau mendengarkan apa yang sebenarnya terjadi, dan Rian mendapatkan kembali kepercayaan papanya.
Seperti beban yang di tanggungnya hilang entah kemana. Rasanya begitu ringan hingga membuatnya senyum senyum dari tadi. Tanpa di sadari Rian pertandingan futsal itu sudah berakhir, dan sedari tadi satria dan seorang temannya memperhatikan tingkah laku Rian.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGORITMA
Fiksi Umum⚠ WARNING ⚠ . . Tulisan mengandung kata kata Kasar, Makian,alur yang lambat, bl content dan hal hal absurd yang dapat menyebabkan sakit tenggorokan, kepala pusing, dan mual mual. . Its about a boy call RIAN dan kelakuannya yang sangat biasa dan kisa...