9. Brother Issues

1.6K 162 16
                                    

Tiga orang pemuda berlari dengan wajah panik menyusuri lorong lorong ruangan rumah sakit. Mencari nomor pintu yang sesuai. Akhirnya mereka menemukan reangan itu di bagian paling ujung lorong.

Dengan nafas tersengal ketiga pemuda itu berhenti sejenak untuk menarik nafas.

Beberapa detik setelahnya, salah satu dari mereka membuka pintu ruangan itu dengan tidak santainya. Tampaklah dua anak adam lainnya, yang satu berbarin di atas kasur sedangkan yang satunya duduk dengan satu kursi menahan salah satu kakinya untuk tetap berada dalan posisi lurus.

"Lu ga apa?!"

Tanya Tama panik ke Garel tang tampak santai duduk di atas kursi dengan kondisi kakinya yang sedikit memprihatinkan. Garel menggedikkan bahunya acuh, setelah di periksa dokter tadi ia merasa lebih baik.

"Aman aja."

Garel duduk di kursi. Lalu siapa yang berbaring di bangkar rumah sakit?

Tentu saja Reas.

"Lu bener bener ya cil. Udah jelas yang sakit tu Garel, bisa bisanya lo yang nyantai tiduran." Galuh menghampiri bos kacilnya, ia menjitak kecil kepala Reas. Bukannya mengaduh sakit atau kesal, Reas malh nyengir diomelin Galuh.

"Jangan salahin gw dong. Orang Garelnya sendiri yang nawarin kok."

"Kalau Garel mah disuruh tukar nyawa sama lo pun dia bakal lakuin tanpa pikir dua kali." Naren menimpali percakapan mereka. Galuh sendiri mengangguk mengiyakan pernyataan Naren tersebut. Memang wakil ketua mereka ini sangat bucin kepada ketua mereka. No homo konteks, tapi memang Garel sesayang itu kepada Reas.

Reas mencibir atas penuturan Naren

"Udah udah. Sekarang jelasin kenapa bisa kejadian seperti ini?" tanya Tama yang akhirnya menyelesaikan perdebatan diantara mereka. Reas dan Garel saling lirik lirikan. Seakan memutuskan secara batin siapa yang akan menjelaskannya kepada orang terbijak di antara mereka ini. Ibaratnya posisi Tama di lingkaran mereka adalah sebagai penasehat. Semua keputusan yang mereka lakukan itu turunan langsung dari titahnya Tama. Karena Tama sosok yang pemikirannya paling rasional di antara mereka.

"Kroco Adiwijaya berulah lagi," ujar Reas mulai mengadu pada akhirnya.

"Kroco Adiwijaya? Bukannya waktu itu kalian baru pulang dari kediaman Adiwijaya?" tanya Tama heran. Sagara melakukan penyerangan kepada Reas dan Garel saat pulang dari kediamannya? Kenapa.

"Entahlah, gw liat kroco yang sering ngintilin Sagara. Udah pasti itu Adiwijaya. Entah apa yang bunglon itu tengah rencanain." Mood Reas ketika menceritakan itu seketika turun. Entah kenapa ia kadi teringat Sagara yang mengatakan kalau dirinya bukanlah musuh Reas lagi, nyatanya belum genap satu jam perkataan itu sudah dikhianatinya. Reas mengacak rambutnya sendiri kesal. Ia kesal karena kenapa ia terlihat seperti berharap Sagara menepati perkataannya itu. Emang seharusnya dari awal Reas tidak mempercayai perkataan Adiwijaya itu. Karena sejak kapan Adiwijaya pernah memegang perkataannya.

Reas merasa bodoh sendiri.

Helaan nafas terdengar keluar dari mulut Reas.

"Jadi gak ada lagi alasan kita untuk mempercayai Adiwijaya itu kan?" timpal Galuh. Tangannya terlipat di depan dadanya. Jujur ia sangat kesal saat mendapatkan berita kambuhnya kembali luka pada lutut Garel.

Empat prang lainnya didalam ruangan itu mengangguk dalam diam, setuju dengan ucapan Galuh.

"Reas turunlah, biarkan Garel istirahat di sana. Entar gw panggilkan petugas untuk nambahin bangkar tidur buat lo."

Karena Tama yang nyuruh Reas manut manut aja.

Reas ni paling kalem kalau lagi sama Naratama. Tama itu adalah sosok abang untuknya. Sebagai anak tunggal, jiwa adek adek Reas berhetar saat diperlakukan dengan baik oleh Tama. Perlakuan Tama membuatnya merasa seperti benar benar memiliki sosok abang.

"Ini buah." Naren menyodorkan sekantong buah kearah Reas.

Kalau Tama itu sosok abang untuk Reas, maka Naren adalah sosok yang paling royal kepadanya. Naren yang sering memberinya buah, atau memberikan barang barang kesukaannya.

Reas dengan mata berbinar menerima sekantong plastik berisi buah buahan itu.

"Makan buah boleh, Reas. Tapi jangan kebanyakan, entar diare."

Reas menut manut aja, namun tetap melahap buah pemberian Naren.

"Lo juga Ren, jangan keseringan beliin anak itu buah. Kali kali beliin Reas sayur juga."

Kening Reas mengkerut tak senang kala mendengar kata sayur. Sayur sampai kapanpun akan menjadi musuh abadinya. Reas selalu menolak keberadaan sayur.

"Walah, kalo sayur mah biar gw aja yang beliin. Segerobak pun bakal gw beliin untuk dedek Reas tercinta," timpal Galuh.

Nah, kalau Galuh- dia menyebalkan.

Ingin rasanya Reas melempar Galuh dengan benda di tangannya. Tapi sekarang yang berada di dekatnya hanya buah pemberian Naren. Reas tak sudi rasanya jika harus melempar buah ini kepada Galuh.

"Diam lu!"

Galuh terkikik geli. Sungguh membuat Reas kesal adalah kesenangan tersendiri untuknya. "Uluh uluhh, marah marah mulu sih bos kecil."

"Ngomong sekali lagi gw pukul ya."

"Ngomong dua kali boleh dong?"

"Sialan! Sini lo."

Keduanya bermain kejar kejaran di ruangan rumah sakit yang terbilang cukup luas.

Bagi mereka, hal ini adalah pemandangan biasa. Pertengkaran Reas dan Galuh memang terjadi setiap harinya, jadi mereka tidak mengambil pusing akan pertengkaran itu. Namun karena semakin berisik dan ricuh, Tama akhirnya angkat suara.

"Reas duduk."

Seakan bergerak otomatis, Reas dan Galuh yang tadinya saling kejar mengejar kini terdiam di tempat. Keduanya sama sama balik ke tempat awal mereka duduk.

Reas merengut. Kok cuma namanya yang dipanggil, kan Galuh yang mulai duluan.

"Abang curang. Kok aku doang yang dimarahin, padahal Galuh yang mulai." Bibir Reas mengerucut kesal. Ini yang terjadi setiap kali Reas kena marah Tama, dirinya akan bertingkah layaknya bocah.

Kalau dipanggil abang gini Tama bisa apa?

Tama terkekeh, ia mendekat kearah Reas lalu memeluk tubuh kecil yang tengah merajuk itu. "Abang ga marah. Tapi gaboleh lari lari di sini. Kasian Garel, liat tuh Garelnya lagi istirahat. Kalau adek ribut nanti Garelnya makin sakit. Adek mau kalau Garel makin sakit?"

Reas menggeleng.

"Jadi jangan nakal ya?"

"Iya, maaf abang."













***
cung tangannya yg mau double up!! ☝🏻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BERANDAL - Adreas Gea WijayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang