Teror

6 4 0
                                    

Angin malam merasuk kaca helm milik Sekar, menjamah lembut pipinya yang tirus. Sementara laki-laki yang dikaguminya, dia tengah fokus mengendarai motor dengan kecepatan sedang.

Tampak sinar lampu jalanan seolah tak mau mengalah dengan titik sinar putih di gelapnya cakrawala yang terbilang indah. Dekapan tangan Sekar dilepasnya manakala David membelokkan motor ke samping kiri, menghampiri cafe yang mengusung tema Rustic Industry dengan desain klasik.

Suasana cafe malam ini seakan menambah keserasian Sekar dan David yang menyukai sesuatu beraroma klasik. Ketika menghampiri tempat duduk cafe, langkah Sekar terhenti sejenak. David menggandeng tangan halus gadis di sampingnya, membuat Sekar tertunduk malu dengan pipi yang menampilkan warna merah merona.

Laki-laki berparas rupawan itu memandang pasti ke arah Sekar yang kini tengah salah tingkah dibuatnya, kemudian menuntaskan langkah mereka ke tempat duduk cafe.

"Sorry, ya, gue nggak langsung ngantar lo pulang," kata David.

"Iya, enggak apa-apa kok. Yuk makan, perut udah bunyi tuh," ucap Sekar, gadis itu menampilkan senyum manisnya.

"Pengertian banget," sahut David, dia melempar senyum untuk Sekar yang kini tertawa geli.

Kebahagiaan seketika merebak berkat bluberry cheese cake di hadapan mereka yang sukses merekatkan keakraban David dan Sekar. Empat puluh menit terasa berlalu begitu cepat bagi David dan Sekar yang tengah menikmati manisnya bermadu kasih malam ini.

Dengan perut yang damai tanpa suara gemuruh, David siap menancap gas, berpacu dengan waktu agar tiba di kediaman Sekar tanpa larut malam.

Jalanan Bandung malam ini tidak terlalu ramai, membuat gadis kejawen itu menatap kosong seraya memutar otaknya yang kalut dengan sosok yang menyerupai Bi Imah tadi pagi.

Kini motor David berhenti di depan gerbang rumah Sekar, membuyarkan lamunan tentang sesuatu yang berbau mistis. Sekar turun dari motor David, kemudian melepas helmnya.

"Thanks, ya, udah antar gue ke rumah sakit," ucap Sekar.

"Iya, sama-sama. Kalau butuh bantuan, panggil gue aja," jawab David, dia tersenyum gagah pada gadis yang disayanginya.

"Oh iya, panggil nama gue di doa lo juga dong," ucap David lagi, senyuman itu kian melebar, menampilkan deretan giginya yang rapi.

"Apaan sih, udah sana pulang. Udah malem," jawab Sekar malu-malu.

Sekar seraya melirik jam tangan hitam yang menunjukkan pukul 21.00.

"Iya ... iya. Nanti jangan tidur larut malam, ya!" pinta David, penuh perhatian.

"Okay bosku!" 

Sekar bersemangat sambil memperlihatkan dua jempol tangan kanan dan kirinya.

David melajukan motor. Menyibak angin malam di perjalanan pulangnya, sementara Sekar berdiri di depan gerbang, masih betah untuk memandangi David dari kejauhan.

Beberapa detik berlalu, Sekar membalikkan tubuhnya 180° ke arah belakang kemudian memandangi rumah megahnya dengan mata yang menyelidik. Gadis kejawen itu melangkah masuk ke rumahnya yang gelap tanpa pencahayaan lampu.

"Kok lampu rumah belum nyala? Apa benar sosok tadi pagi bukan Bi Imah?" gumam Sekar dalam batinnya.

Bulu kuduk Sekar meremang ketika sudah menapakkan kaki di depan pintu rumah. Perasaan takut berhasil merasuki Sekar, membuatnya ragu untuk melangkah masuk. Dia berusaha menepis ketakutannya, mengambil kunci rumah dari totebag-nya untuk membuka pintu.

Dengan cahaya dari ponselnya, dia menuju saklar lampu rumah. Ada sedikit ketenangan ketika cahaya menembus ruangan. Sekar menuju kamar dengan langkah yang cepat melewati tangga, tidak peduli dengan trauma masa kecil ketika dia terjatuh. Kini dia harus membuka pintu kamarnya, menerobos masuk lalu meraba dinding untuk mencari saklar.

Kamu Bisa Melihat Hantu? [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang