Bab 9 (Perubahan Keysha dan Regan)

131 2 0
                                    

Bismillah

Happy Reading ...

***
Pukul 19.00 

Aira sudah sampai di kampusnya tepat waktu. Ia bergegas berjalan menuju kelasnya. Tiap kali ia melewati orang, pasti bisik-bisik mengenai dirinya terdengar. Namun, Aira mencoba untuk tak mempedulikannya.

Ceklek!

Aira membuka pintu kelasnya, sontak semua mata tertuju padanya. Ada yang langsung memalingkan wajah, ada yang melihat sinis bahkan ada yang menatap tajam.

Namun, mata Aira langsung terfokus pada Keysha. Teman yang selama satu bulan ini tidak ada. Ia segera menghampirinya.

"Assalamu'alaikum, Key," ucap Aira. Ia tersenyum sumringah.

"Wa'alaikumussalam," jawab Keysha datar. Ia tidak menatap Aira.

Raut wajah Aira berubah. "Lo apa kabar, Key? Kenapa lo izin sampai sebulan?" tanya Aira.

Keysha melirik sekilas. "Gue rasa itu bukan hal penting yang harus lo tau." Keysha berdiri membawa tasnya kemudian pindah dari tampat duduknya sekarang. Dimana tempatnya bersebelahan dengan Aira.

Aira menghela nafas pelan. Ia menatap sekeliling. Ia baru sadar kalau semua orang memperhatikannya. Ada yang langsung pura-pura tak melihat, bahkan ada yang saling berbisik dan tertawa sambil menatap dirinya. 

Aira tak sengaja bersitatap dengan Regan. Lelaki itu langsung memalingkan wajah dan menatap buku didepannya.

Regan juga berubah. Meski Aira tak mengharapkan perhatian, tetapi ia sadar kalau Regan menjauhinya. Regan juga sudah tahu kalau Aira tinggal di apartemen yang ternyata sama dengannya.

Aira duduk. 

"Enak, ya. Beasiswa dicabut, tapi tetap bisa lanjut kuliah karena dibayarin," sindir perempuan yang duduk tepat dibelakang Aira.

Aira mengepalkan tangannya. Ia memejamkan mata sembari beri-istighfar.

Matanya berkaca-kaca. Ini tidak seberapa. Yang paling parah ketika berita itu tersebar, Aira hampir di bully kalau Regan tak mencegahnya. 

Aira mengatur nafasnya tatkala dosen masuk ke kelasnya.

***

Indra berada di kantor ayahnya. Hampir saja ia stress karena berita itu mengancam reputasi keluarga bahkan perusahaan. Beberapa rekan bisnis Andra juga sudah ada yang membatalkan kontrak kerjasama. Ada juga yang kembali menarik saham di perusahaan Andra karena mereka tahu kalau Indra merupakan penerus tunggal.

Dengan bukti-bukti yang ada, Andra dan Indra berusaha meyakinkan rekan kerjanya. Ada yang percaya dan ada yang tidak. Tentu saja, mereka geram terhadap pelaku yang membuat ini semua.

"Kamu punya musuh, Nak?" Entah sudah berapa kali Andra menanyakan itu.

"Indra nggak tahu, Yah." Hanya itu jawaban yang terus Indra katakan.

"Kita selesaikan masalah ini pelan-pelan. In syaa Allah ada jalan. Ndra, gimana istrimu?"

"Dia baik-baik aja, Yah."

"Kamu nggak KDRT, kan?" gurau Andra setelah beberapa waktu ini tegang dan serius.

"Ya enggak, lah. Indra nggak begitu, Ayah," balas Indra sedikit sewot.

"Kamu yakin dia baik-baik aja?"

Kedua lelaki berbeda usia itu sedang duduk di sofa setelah tadi rapat yang memakan waktu lama.

Indra menatap Andra. "Mmm ... Indra juga kurang tau. Kelihatannya dia baik-baik aja. Di rumah, Aira selalu ceria dan kelihatan baik. Ya ... mungkin di kampus tetap ada problem kayak Indra," jelas Indra.

Indra AiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang