SPM 9. Misteri Monumen

1.7K 125 4
                                    

Assalamu'allaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Follow akun lain authornya juga:
Instagram: @wattpad_ilustrasi
Tiktok: @Ilustrasi

Happy Reading
_____________________________

Perjalanan jauh memang sangat melelahkan, tapi jauh melelahkan jika menganggap diri sendiri bodoh. Dan tidak memiliki rasa penasaran untuk mencari tahu apa yang tidak diketahui.

Darren meletakkan hoodie abu-abunya di badan kursi belajarnya. Setelah itu, ia melempar tubuhnya di atas kasur. Nyamannya kasur ditambah suasana kamarnya membuat matanya berat.

Mata Darren terbuka kembali mendengar suara ketukan pintu. "Mas, ini Ummi."

"Nggih, Ummi. Mlebet mawon mboten dikunci." Darren bangkit dari tidurnya menjadi duduk. ("Iya, Ummi. Masuk saja tidak dikunci.")

Wajah itu sangat menenangkan untuk dipandang. Setiap kali Darren melihat umminya hatinya menjadi lebih tenang.

Senyum itu sangat tulus sekali ia berikan kepada putranya. "Baru pulang, Mas?"

Darren berdiri mendekati umminya lalu mencium punggung telapak tangan umminya dengan khidmat. "Nggih (Iya), Ummi. Tadi sepulang dari monumen masih ada urusan lagi."

Ummi Jahidah mengusap bahu kanan putranya dengan lembut. "Ya udah makan dulu ayo, sudah salat magrib belum tadi."

"Alhamdulillah sampun (sudah), tadi sudah mampir ke Masjid."

"Ya udah ayo makan dulu. Ummi tunggu di meja makan."

Darren mengangguk. "Nggih (iya), Ummi."

Laki-laki dengan rambut sedikit menutup matanya, menatap punggung umminya keluar dari kamarnya. Ummi Jahidah adalah wanita yang sangat sabar, selalu membuat keluarganya terasa seperti di taman surga.

Darren segera lari ke kamar mandi untuk mencuci muka sekaligus membersihkan tubuhnya. Tidak membutuhkan waktu lama ia sudah berada di ruang makan.

"Bagaimana tadi di Monumen Kresek?" Ummi Jahidah bertanya sembari menuangkan nasi di atas piring kosong itu.

"Sangat menyenangkan, Ummi," jawab Darren. "Cukup, Ummi. Jangan banyak-banyak nasinya." Perutnya belum terlalu lapar, sehingga membuat Darren belum ada selera makan banyak.

"Lauknya ambil sendiri ya."

Darren mengangguk sebagai balasan. "Oh iya, Ummi. Anak-anak itu, sejak tadi di sini? Apa baru?"

Hampir lupa. Darren masih ada murid lesnya. Kesibukan Darren selain menjadi mahasiswa, saat di rumah dia juga menjadi guru les untuk anak SD-SMP.

"Baru saja datang. Ummi suruh kerjain tugasnya sebisanya dulu. Soalnya kamu baru datang juga, pasti sangat lelah."

"Lelah sedikit, tapi nggak apa-apa."


¶¶¶

Suara alunan musik gending Jawa menemani gadis dengan model rambut dicepol, di mana ia tengah melamun di kursi belajar. Memori ingatannya saat di monumen membuatnya senyum-senyum sendiri seperti orang salah tingkah.

Selama ini, dia mengenal laki-laki itu sangat galak, dingin, irit bicara. Akan tetapi, terkadang terhanyut dengan perhatian laki-laki itu yang ditunjukkan tanpa sadar. Dia pikir-pikir lagi, laki-laki itu ada sisi positifnya. Wajar saja, setiap manusia pasti memiliki sisi negatif dan positifnya. Sebab itu, jika memandang seseorang jangan sebelah mata, perlunya menyelam lebih dalam.

Sang Pelindung ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang