22

45 8 0
                                    

⬛⬛⬛

Nara dan Hao sudah berpamitan pulang pada Chandra waktu orang tua Chandra tiba, lalu setelahnya Lily mengajak Rena untuk pulang bareng karena Lily sudah memesan go-car, dan akhirnya mereka berpisah.

Dan sesuai janji Hao, dirinya mengajak gadis itu ke kedai bakso, tapi sebelum itu lelaki itu sedang mencari tempat parkir yang aman, karena biasanya Hao memarkirkan vespa-nya di tempat yang agak jauh dari kedai baksonya.

Setelah sudah memarkirkan vespa-nya di tukang parkir dan membayar beliau, Hao menghampiri Nara yang terlihat menunggu Hao tak jauh dari daerah parkir tersebut.

"Ayo" ujar Hao dan Nara mengangguk.

"Kok parkir-nya jauh banget?" tanya Nara.

"Ah, gue lebih nyaman kalo ada yang jagain sepedanya, gue udah kenal lama sama tukang parkirnya" jelas Hao dan Nara manggut-manggut.

Karena parkiran-nya dekat dengan taman kota jadinya banyak orang-orang yang juga sedang jalan-jalan bersama kekasih, Nara jadi sedikit geli melihat beberapa pasangan terlihat mesra-mesraan di tempat umum, kalo lihatnya dari drakor atau film, masih okelah, tapi kalo di lihat nyata gini, merinding.

"lo pernah kesini??" tanya Hao buat basa basi aja sih

"ndak, baru kali ini gue kesini kak, biasanya cuma lewatin aja" Jawab Nara sambil megangi beberapa tanaman yang berjajar di jalan setapak ini.

"ternyata lumayan juga.." ujar Nara melihat pemandangan tamannya yang cukup bagus.

"Mau gue fotoin?" tawar Hao dan Nara langsung menolak.

"Ah nggak kak, malu gue"

"Nggak apa-apa loh, ngapain malu, ayo coba sana di deket situ" Ujar Hao dan menyuruh Nara agar berpose di tempat yang di maksud Hao.

Nara pun berpose sebisanya sedangkan Hao sedari tadi sudah nge-candid Nara entah udah berapa foto yang ia ambil.

"Udah kah kak?" tanya Nara dan Hao tersenyum sambil mengangguk.

"Yaudah nanti kirim aja ya kak" ujar Nara.

"lo gamau lihat dulu hasilnya?" tanya Hao.

"Gamau kak, gapapa kok nanti gue lihat sendiri hasilnya, kak Hao kirim aja" ujar Nara dan akhirnya Hao menurut dan keduanya lanjut berjalan menyusuri jalan setapak itu hingga sampailah mereka di tempat kedai bakso itu.

Singkat cerita Bakso yang di pesan sudah datang dan keduanya segera menyantap baksonya.

"gimana? enakkan?" tanya Hao dan Nara mengangguk-angguk setelah mencicipi kuahnya.

"Enak banget ini" ujar Nara dan lanjut makan, sedangkan Hao senang melihat Nara yang puas.

Keduanya lanjut makan dan sesekali juga bercanda bertukar cerita-cerita lucu dan juga membahas perihal tentang keluarga.

"Owalah kak Hao ternyata punya kakak toh" ujar Nara kala Hao bilang kalo lelaki itu memiliki seorang anak laki-laki.

Hao nampak mengangguk,
"Iya, tapi gue ga terlalu deket sama kakak gue, entah dia yang membatasi atau gue yang tanpa sadar jauhin dia." ujar Hao.

"Jauhin? kenapa? apa dia pernah nyakitin kak Hao?" tanya Nara.

Hao nampak menggeleng,
"enggak pernah, tapi ayah ibu selalu bandingin gue sama dia, emang gue tau niatnya biar gue termotivasi tapi rasanya gaenak aja di banding-bandingin kayak gitu" ujar Hao sambil tersenyum miris, tidak seperti senyuman yang biasanya.

Nara yang melihat raut wajah Hao berubah sedih itu, sedang memutar otak kira-kira apa yang bisa menghiburnya, Nara melihat pangsit miliknya yang ia sisakan untuk terakhir, tapi akhirnya gadis itu memberikan untuk Hao.

Hao yang melihat itu langsung menatap Nara kebingungan.

"Nikmati saja, kak Hao udah hebat loh, banyak orang-orang yang sangat kagum bahkan iri sama pencapaian kakak, cuma karena kakak belum nyapai apa yang di inginkan kedua orang tua kakak, bukan berarti kak Hao itu gagal ataupun kurang, tapi kak Hao masih bisa lebih hebat dari apa yang kakak kira, jadi semangat ya kak!" Ujar Nara panjang lebar dan Hao menatap Nara sambil cengo.

Melihat Hao yang terdiam Nara jadi canggung,
"Ah ma—"

"Makasih. Makasih banyak ra, itu kata-kata paling bagus yang pernah gue denger.." ujar Hao sambil tersenyum.

Nara balas tersenyum,
"Sama-sama kak"

"Omong-omong ra, boleh minta nomer lo ngga?" tanya Hao dan Nara sempat kaget.

"Oh kan buat ngirim foto lo yang tadi" lanjut Hao dan Nara langsung ber-Owalah.

"Ini kak," ujar Nara sambil memberikan kode QR WhatsApp-nya, dalam hati Hao bersorak bahagia karena akhirnya ia mendapatkan nomor pujaan hatinya.



Zrashhhhhh!

Nara sama Hao tidak menyangka akan hujan malam ini, keduanya kini sedang berjalan di bawah payung yang di pinjami oleh pemilik kedai bakso itu, sungguh baik orang itu.

"Maaf, gue ga nyangka bakalan hujan, tau gitu gue parkirnya deket kedainya saja." ujar Hao merasa bersalah kepada Nara.

"Aih, siapa yang tau rencana tuhan kak, toh ngga masalah, kan kak Hao bawa jas hujan, jadi tidak apa" ucap Nara.

Tetap saja Hao merasa bersalah, lelaki itu mencoba agar Nara tidak terkena air hujan tapi sebagai gantinya bahu kanan Hao terkena air hujan.

Nara jadi teringat perihal perjodohan itu, dirinya memberanikan dirinya untuk bertanya,
"Anu, kak Hao tau soal... perjodohan itu tidak?" tanya Nara dan Hao nampak tersenyum canggung.

"Ah, i—itu.. g—gue tau, tapi cuma gue anggap bercandaan kok hahaha, tenang saja, biasaa ibu sama ayah gue doyan bercandaa" ujar Hao dan terdengar Nara menghela nafasnya perlahan.

"Syukurlah" batin Nara.

Namun waktu sudah dekat dengan parkiran, angin berhembus sangat kencang hingga akhirnya payungnya terbang entah kemana.

"EH?!" kaget keduanya dan reflek Hao langsung menarik tangan Nara agar berlari dari hujan menuju parkiran itu.









⬜⬜⬜

“Aku baru tau kak Hao punya sisi yang seperti ini..”

⬜⬜⬜

⬛⬛⬛

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⬛⬛⬛

THANKS FOR READING ❤️

D i a m - D i a m   ⚫  Choi Beomgyu [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang