Bagian 39 : Istriku Hanya Rumaysha

1.4K 55 7
                                    

"Kamu ngomong apa, sih, Ay?" Kedua alis ayah bertaut. Garis keriput di dahinya sampai kelihatan jelas olehku.

"Em, ya, gapapa. Ay cuman iseng aja tanya," jawabku sambil menyengir kuda.

"Iseng?" Ayah menghembuskan napas panjang.

Aku tersenyum ringan. "Mas Rey itu ... banyak penggemarnya, Yah."

"Penggemar apanya, udah nikah itu ya nggak ada sangkut pautnya," jawab Ayah kelihatan tak senang dengan perkataan ku.

"Mau ada banyak penggemarnya sekalipun tetap aja kalau sampai Rey menduakan mu, naudzubillah! Tidak, Aysha, jangan sampai," geleng Ayah.

Aku langsung memegang tangan ayah karena sepertinya pertanyaan ku barusan amat mengganggunya.

"Ayah. Udah, maafin Aysha, ya. Tadi itu nggak ada maksud apa-apa kok." Aku menjelaskannya agar Ayah berhenti cemas. Itu adalah hal yang belum terjadi, tak sepatutnya aku cemas berlebihan sampai menularkannya pada ayahku sendiri.

"Ayah tau kamu pasti sedih karena sakit. Tapi, jangan mikir yang aneh-aneh. Ayah jadi ikut kepikiran sekarang, kan." Ayah langsung memelukku. "Ayah nggak mau anak ayah dimadu, nggak akan ayah biarkan."

Aku mengangguk cepat. "Iya, Yah. Aysha juga gak mau. Enak aja, emangnya Aysha mau."

"Makanya, kamu jangan mikir kayak gitu lagi. Ayah sendiri yang akan memberi pelajaran kepada Reyhan kalau sampai itu kejadian."

"Pelajaran?"

Aku dan ayah langsung melepaskan pelukan kemudian menengok ke sumber suara.

"Ada apa, Yah? Ya Allah sampai lupa salam. Assalamualaikum," ujar Reyhan yang baru saja muncul di depan pintu sambil membawa tas jinjing di tangannya.

"Waalaikumussalaam," jawabku dan ayah bersamaan.

"Nak Rey udah daritadi di sana?" tanya Ayah cemas. Jangan-jangan Reyhan mendengar, pasti ayah merasa tak enak.

"Barusan kok, Yah. Tapi tadi Rey kalau tak salah dengar ...."

"Mas Rey, aku kangen." Aku mengatakannya berharap Reyhan tak menperpanjang masalah perkataan Ayah yang tak sengaja didengar olehnya itu.

Reyhan terbengong. Sedangkan Ayah malah manggut-manggut.

"Benar, Rey. Aysha katanya udah kangen padahal ayah bilang baru juga sebentar ditinggal," balas Ayah.

Aku menatap Ayah penuh curiga. Padahal tadi ayah kelihatan kesal dengan Reyhan karena pembahasan poligami.

"Iya, Mas." Aku mengangguk juga.

"Ya Allah, Aysha, kamu bikin aku jadi malu di depan ayah. Tapi, aku juga sama, kangen." Reyhan kelihatan tersipu. Ah, lucunya.

Aku tertawa kecil. Ayah pun turut tertawa.

"Ya udah, kamu temenin Aysha, ya, Rey. Ayah cari budemu dulu." Ayah lalu berdiri.

Reyhan pun mendekatiku setelah ayah keluar.

"Butuh apa, Sayang?" tanya Reyhan padaku dengan amat lembut. "Maaf, ya, tadi aku agak lama perginya. Di pesantren ada yang harus kuurus. Em, aku juga sudah membawakan beberapa—"

Aku langsung beranjak lalu memeluknya. "I miss you, Mas Rey. Aku beneran sayang kamu."

Reyhan terpaku, dia tidak bergerak menerima pelukanku yang tiba-tiba itu.

"Aku nggak tau kalau hidupku nggak ada kamu, apa aku bisa berubah jadi lebih baik? Aku beneran butuh kamu, Mas Rey."

Reyhan baru membalas pelukanku dengan mengusap-usap pelan punggungku.

Dijodohkan Dengan Santri (Gus Reyhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang