15. Rafkha Thania

39 3 2
                                    


Hallo!!!
Anyeongg!
Bila disiniiii!!

Apa kabarr ??
Jangan lupa vote ya. Semoga sukaa
Terimakasihh!!

Happy reading!!


Rafkha melihat seorang gadis yang tengah ia cari saat ini. Di taman dekat rumah Rafkha, ya itu adalah Thania.

Rafkha perlahan berjalan mendekati bangku yang di duduki oleh Thania. Rafkha terus saja memandang punggung gadis itu. Gue harus berani! Batin Rafkha. Lalu ia menghela nafas sejenak.

setelah tiba di samping gadis itu, "H-hai Thania," ucap Rafkha dengan pelan.

Yang merasa di panggil pun mulai menoleh kepada Rafkha. Thania sedikit menyerngit, mengapa ada Rafkha disini?

"A-ada apa?" jawab Thania dengan cepat.

"Eh enggak kok tadi cuma kebetulan lewat aja, terus liat ada kamu yaudah aku samperin. Apa aku boleh ikut duduk?" ujar Rafkha.

"Boleh duduk aja gapapa,"

"Thanks,"

Thania hanya mengangguki ucapan Rafkha barusan. Setelah hening beberapa saat akhirnya Rafkha memulai obrolan mereka.

"Than, sebenernya aku mau ngomong,"

"Yaudah ngomong aja,"

Hari ini Thania sangat beda sekali, Ia lebih cuek dan tidak banyak omong. Ia hanya menanggapi ucapan Rafkha yang sekiranya perlu di jawab saja, dan lainnya tidak.

"Aku emang pengecut Than, aku terlalu takut untuk memulai atau mengakhiri semuanya,"

"Tapi satu persatu sekarang udah selesai, ternyata kalo kita mau berusaha akan bisa juga mencapi semuanya," ujar Rafkha.

Rafkha lalu menoleh pada Thania yang sedang asyik bermain ponsel, memakai earphone  dan memilih memutar beberapa lagu yang sering di dengarnya. Rafkha yang melihat itu langsung terkekeh.

"Oh lagi di sumpel kupingnya. Yaudah lah gapapa yang penting aku udah lega bisa mengungkap kan perasaan ku sekarang,"

"Sebenarnya aku suka sama kamu, waktu awal kelas 7 itu. Tapi aku terlalu takut buat ngungkapin perasaan ku. Sekarang aku udah berani,"

"Aku nggak tahu kamu suka sama aku atau nggak, tapi aku rasa kamu suka sih sama aku,"

Iya, aku suka sama kamu Rafkha. Jawab Thania di dalam hati.

Thania masih terfokus dengan ponselnya.

"Thania!" Tanpa aba-aba Rafkha meneriakkam nama Thania. Sontak Thania langsung menoleh pada laki-laki itu.

"Apa?"

"Masa dari tadi cuma aku yang nyerocos, sedangkan kamu main hp mulu," ucap Rafkha sambil memberikan ekspresi monyong.

Orang ini kok jadi lucu ya?  Batin Thania.

Thania yang melihat itu, langsung terkekeh. Sebenarnya gadis itu hanya menggunakan  sebelah earphone nya saja. Jadi sejak tadi Thania mendengar ocehan Rafkha.

"Kok malah ketawa sih, tadi ngga denger kan aku ngomong apa?" ucap Rafkha.

"Kata siapa ga denger?" ujar Thania.

Lalu Thania menolehkan kepala ke arah Rafkha dan memperlihatkan telinganya yang tidak terpasang earphone.

Rafkha malu setengah mati. Laki-laki itu pun langsung menundukkan kepala nya. Kenapa gue seberani itu sih.

"J-jadi gimana?" Tanya Rafkha.

"Apa nya?" ucap Thania.

"Bukannya denger semua kamu?" ucap Rafkha, dan langsung menundukkan kepala.

Thania tidak tahan melihat ekspresi Rafkha. Gadia itu langsung tertawa.

"Iya-iya aku denger kok," final Thania.

" Aku harap kamu bisa berubah ya.  Jangan seperti yang sudah berlalu lagi. Mari memulai lembaran baru bersamaku," ucap Thania sambil tersenyum manis.

"Aku janji, aku akan berubah. Untuk yang sudah lalu aku minta maaf ya? Sekarang Rafkha kembali ke cinta pertama nya, yaitu Thania Raqila Semesta,"

"Yang suatu saat nanti akan menjadi semesta nya Rafkha, sama aku tetus ya?" ucap Rafkha dengan mengelus puncak kepala Thania.

"Jadi... sekarang kita?" Tanya Rafkha.

"Iya," jawab Thania di sertai anggukkan kepala dan senyum manis.

"Sejauh manapun aku berpaling darimu, tapi pemenangnya tetaplah kamu Thania,"

"Ya, aku pun sama Rafkha,"

"Kamu akan menjadi wanita kedua yang sangat berarti di hidup ku setelah mama,"

"Aku harap kamu tidak menjadi laki-laki seperti papa ku, aku menyayangi nya namun aku benci akan sifatnya,"

Rafkha menganggukkan kepala dan langsung memeluk Thania. Detik itu pun air mata Thania tak dapat ia tahan lagi, seketika cairan bening itu lolos dari pelupuk matanya.

"Hei, jangan nangis dong. Masa cantiknya Rafkha nangis nanti nggak cantik lagi loh," ucap Rafkha.

"hiks... hiks... A-aku cuma terharu aja, ini pertama kalinya aku di peluk sorang laki-laki yang aku bisa merasakan ketulusannya, terimakasih ya,"

"Iya, sampai kapan pun kalo kamu butuh tempat buat cerita, tempat buat pulang, bahu untuk bersandar, cati aja aku okay?"

Thania langsung mengangguk dan tersenyum "okay,"

Tidak terasa hari pun sudah semakin malam dan gelap, Rafkha pun mengajak sang kekasih untuk pulang.

"Udah jangan nangis, ini udah malem. Ayo pulang aku mau nganterin tuan putri sampai depan rumah dengan selamat!"

Keduanya langsung terkekeh, sambil melangkahkan kaki meninggalkan taman. Rafkha merangkul pundak Thania yang lebih pendek darinya.

Taman ini menjadi saksi bisu tentang kisah mereka berdua, selamanya.

Hallo halloo!!
Gimana sama ceritanya? suka ngga? semoga suka ya.

jangan lupa vote

⚪🔵

Tentang Aku, kamu, dan Putih Biru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang