Rony membuka matanya pelan, ia bangun dengan tatapan kosong, matanya mengarah ke langit-langit dinding kamarnya, ia berbaring dengan badannya yang masih terselimuti selimut.
Mimpi apa gue?-Batin nya
Rony melamun, mengingat mimpinya yang ia rasa aneh.
kok gue bisa fasih gitu baca tulisan arab, eh... itu kitab Islam? Ah, udahlah namanya juga mimpi- ucap Rony dalam hati
Rony mengusap wajahnya dengan gerakan naik turun menggunakan kedua tangannya. Membangunkan dirinya sendiri dari lamunan.
Lalu bangkit dari tempat tidurnya dan segera bersiap-siap untuk berangkat kerja.
***
Sedang di tempat lain, Salma duduk di kursi depan teras rumahnya, sesekali ia menatap jam tangannya. Kakinya bergerak-gerak gelisah, jarinya mengetuk-ngetuk meja. Tangannya kembali memencet nomor seseorang yang berada di layar handphonenya, ia kembali mencoba menghubungi namun tetap tidak ada jawaban.
Salma mendengus kasar, "ck ah, di telpon ga di angkat, di chat juga ga dibales, ni orang kemana si!" Salma menggerutu kesal
"kemaren katanya janji bakal jemput, sekarang? Gua telpon aja ga di angkat" celotehnya terdengar oleh Novia yang baru saja keluar untuk siap pergi ke kantornya.
"Lah, masih di sini aja kau Sal?? Aku kira kau udah berangkat dari tadi." Ucap Novia
Salma menoleh dengan bibir cemberut, dan mata yang sedikit memerah menahan tangis karena kesal, melihat Salma membuat Novia meringis.
"Noov," panggil Salma dengan nada sedikit merengek.
Salma memeluk badan Novia yang sedang berdiri dari samping, "Dimas katanya mau jemput gue, tapi gue hubungin keknya hpnya ga aktif" adunya dengan nada manja
"wah makin-makin ya dia, awas aja kalau dia berulah, bakal ku cabut satu-satu itu kumis sama jenggotnya!" ucapan Novia membuat mood Salma sedikit naik, ia terkekeh.
"Udah Sal, dari pada kau nunggu dia mending kau ku antar ajalah," tawar Novia
Salma melepaskan pelukannya, mendongakkan wajahnya menatap Novia dan berkata, "nanti lu yang telat nop,"
"Pagi ini aku ada meeting, tapi katanya di undur jadi ga apalah kalau telat sedikit" jelas Novia
"Yaudah deh"
~~~~
Dimas melirik handphonenya berdering yang berada di atas dashboard mobil, tertera nama Salma, ia ingin mengangkat panggilan dari Salma namun keadaan jalanan yang sangat ramai membuatnya harus fokus memperhatikan jalanan.
Hp Dimas terus berbunyi membuat Nisa merasa geram.
"Berisik banget sih hp kamu!" Nisa melirik lalu mengambil dengan cepat handphone Dimas yang berada di atas dashboard, ia mematikan handphone Dimas.
Dengan cepat Dimas mencekal tangan Nisa, tapi sayangnya Nisa lebih cepat, ia berhasil memencet tombol non-aktif saat tangan Dimas ingin memegangnya.
"Kamu apa-apaan sih Nis!?" Bentak Dimas saat lampu lalu lintas berwarna merah.
"Kok.. kok kamu bentak aku.." ucap Nisa lirih dengan alis sedikit di turunkan dan tatapan sok sedih
Dimas hanya melirikny tanpa menoleh ke arah Nisa.
"kalau kamu lagi berduaan sama aku, jangan pernah bahas Salma, apalagi telponan sama dia. Aku ngga mau jadi kayak obat nyamuk! gimana pun aku juga pacar kamu, jadi kamu juga harus hargain perasaan aku, kamu paham sayang?..." Ujar Nisa panjang lebar
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih di Hati
FanfictionCinta itu harus diperjuangkan. Meski sekalipun terlihat sangat mustahil untuk bersama. Namun, sebuah perjuangan tidak akan berakhir sia-sia.