Bab 1. We'r here Za!

68 37 34
                                    


"Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran."  
Amsal 17:17

꣑ৎ
꣑ৎ
꣑ৎ
꣑ৎ
꣑ৎ
꣑ৎ

Langit di atas desa kecil itu selalu memikat, terutama ketika sore mulai beranjak malam. Cahaya senja yang lembut merayap di antara bukit-bukit hijau dan hutan yang melingkari danau besar di tengah desa.


Hari itu, seperti biasanya, enam sahabat yang tak terpisahkan duduk di tepian danau, menikmati pemandangan yang menenangkan jiwa. Mereka adalah sekelompok anak muda yang tumbuh bersama sejak kecil diikat oleh kenangan, canda tawa, serta kesedihan yang telah mereka lalui bersama.

Di antara mereka adalah Mira, gadis cerdas dengan mimpi besar. Ia bercita-cita menjadi dokter, seseorang yang bisa menyembuhkan luka, tidak hanya fisik tetapi juga hati. Namun, jalan menuju impian itu terasa jauh, penuh hambatan finansial yang tak pernah ia bayangkan.

Namun, Mira selalu penuh harapan. Setiap kali mereka berkumpul, dia kerap berkata, “Suatu hari, kita semua akan menemukan tempat di mana kita bisa bahagia, tanpa perlu memikirkan beban dunia.”

Lalu ada Luna, gadis yang selalu memancarkan ketenangan di tengah badai. Kehidupannya tidak pernah mudah ibunya meninggal ketika ia masih kecil, dan sejak saat itu, Luna hidup bersama ayahnya yang bekerja keras sebagai petani.

Meski kesedihan sering menggelayuti hatinya, Luna tetap menghadapi hidup dengan senyum. “Hidup selalu memberikan kita alasan untuk bertahan, bahkan ketika segalanya tampak gelap,” begitu katanya suatu hari saat mereka berbicara tentang masa depan.

Zeora, sosok pemimpin dalam kelompok itu, adalah seorang pemuda tangguh yang dipaksa dewasa sebelum waktunya. Ayahnya meninggal dalam kecelakaan tambang beberapa tahun silam, meninggalkan Zeora sebagai tulang punggung keluarga.

Ia bekerja keras untuk menghidupi ibunya dan dua adik perempuannya, meski sering merasa kewalahan. Namun, ia tidak pernah membiarkan teman-temannya melihat sisi lemah dirinya. “Aku tak bisa berhenti,” katanya, “keluarga adalah segalanya. Kalian juga keluarga bagiku.”

Serena adalah seorang pemimpi. Di antara mereka, dialah yang paling sering tenggelam dalam lamunan, membayangkan dunia yang lebih indah dan penuh keajaiban. Dalam mimpinya, hidup selalu cerah, dan tidak ada rasa sakit. Namun, kenyataan sering memukulnya lebih keras daripada yang ia harapkan.

Ibunya menderita penyakit yang tidak kunjung sembuh, dan kondisi keuangan keluarganya semakin memburuk. Namun, Serena selalu menemukan pelarian dalam imajinasi dan harapan yang ia tanam dalam hatinya.

Amara, yang paling pendiam, selalu menjadi pendengar yang baik. Ia tidak sering bicara, tetapi setiap kata-katanya selalu memiliki makna. Hidup Amara penuh liku ia dibesarkan oleh neneknya setelah kedua orang tuanya pergi entah ke mana.

Meskipun hidupnya sepi, Amara menemukan kedamaian dalam kesunyian dan sering kali memberikan nasihat bijak yang membuat teman-temannya merasa tenang. “Kita semua mencari sesuatu,” katanya suatu hari. “Tapi kadang, kita harus berdamai dengan kenyataan bahwa tidak semua yang kita cari akan ditemukan di sini.”

Dan akhirnya, Celina, gadis yang selalu ceria dan penuh energi. Kehidupannya mungkin terlihat bahagia di luar, tetapi di dalam hatinya tersimpan luka mendalam. Kehilangan saudara perempuannya karena kecelakaan beberapa tahun lalu meninggalkan bekas yang tak hilang dalam dirinya.

Cahaya TerpisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang