Lisa melompat dari anak tangga, berlari membuat sang ibu, Luna, yang tengah menyiapkan sarapan langsung menoleh karena terkejut dengan gerakan itu. Dia memberi tatapan peringatan secara langsung pada putrinya yang hanya bisa menyeringai menanggapi itu.
“Jangan melompat seperti itu, Lisa, berbahaya.” tegur Luna, lalu berjalan ke arah Lisa dan memberi ciuman di pipi Lisa. “Selamat pagi, sayang.”
“Kau mencium putrimu dengan penuh semangat tapi kau selalu sulit ketika aku meminta ciuman darimu.” Arlo, ayahnya berkomentar.
“Kalian sudah tua, bersikaplah sewajarnya.” Cibir Lisa sambil berjalan ke arah ayahnya lalu memberi ciuman kecil di pipinya.
“Lihat?” Ayahnya berkata pada sang istri, mengabaikan cibiran Lisa sebelumnya. “Dia saja bisa menciumku. Tapi kau? Sulit sekali, astaga…”
“Kau tidak malu merengek seperti itu di depan Lisa?”
“Itu salahmu sendiri. Jika saja malam kau tidak menolakku ketika aku berusaha menciummu, aku tidak akan seperti ini.” Cibir ayahnya itu pada ibunya yang hanya menggelengkan kepala.
Luna mengabaikan Arlo sepenuhnya dan terfokus pada Lisa yang mengangkat satu alis memperhatikan interaksi kedua orang tuanya. Lisa lalu mengambil roti dan telur buatan ibunya, mengambil saus untuk di oleskan di atasnya dan mengambil selembar keju dan sayuran, tentu saja.
Menggigit sarapannya, Lisa menyeringai melihat ayahnya yang masih murung.
“Ayah, kau sudah tua. Jangan murung begitu hanya karena tidak mendapatkan satu malam seks.” Ujar Lisa mengedipkan mata dengan nakal.
“Lisa! Sudah kubilang ratusan kali, untuk tidak mengatakan kata itu terutama di meja makan.” Tegur ibunya melotot lalu melemparkan selembar keju yang jatuh tepat di wajah suaminya. “Dan kau! Perbaiki sikapmu terutama di depan Lisa. Lisa benar, kau sudah tua. Dasar tidak tahu diri.”
“Memangnya jika sudah tua tidak punya nafsu? Aku masih bugar dan—”
“Oke, ayah! Hentikan!” Lisa tertawa terbahak-bahak ketika ibunya sudah siap melempar kembali suaminya dengan selembar keju.
Arlo lantas menyeringai. Wajahnya dan nakalnya begitu mirip dengan Lisa dan terkadang, Luna hanya bisa menggelengkan kepala menghadapi kedua orang di depannya ini.
Jika suatu hari Lisa mengajak seorang wanita yang di perkenalkan sebagai pacar ke keluarganya, Luna hanya berharap pacar Lisa memiliki mental yang kuat seperti dirinya. Karena Arlo dan Lisa jika di persatukan, itu adalah kombinasi yang sangat gila.
“Kau sudah baik-baik saja, Lis?” Tanya ibunya setelah beberapa saat kemudian.
“Hmm.”
“Kenapa dia?” Giliran Arlo bertanya.
“Patah hati.” Jawab Lisa asal.
“Kenapa? Jennie punya pacar?” Tanya Arlo sama asalnya yang mendapatkan tatapan mematikan baik dari Lisa maupun dari Luna. “Apa? Aku hanya bertanya.”
“Tidak. Dia menyukai sahabatnya.” Lisa menggigit lagi sarapannya dengan kasar. “Dan sahabatnya gila. Dia melakukan sesuatu dengan sahabatku. Aku hanya berusaha menyelamatkan dia dari rasa patah hatinya kemarin tapi bukannya berterima kasih, dia malah kesal dan melemparkan kata tidak menyenangkan padaku.”
Lisa masih mengingat dengan jelas kejadian itu. Dia akhirnya pulang dengan murung dan tentu saja, ibunya langsung melihat ekspresi itu. Dia ditanya. Pada mulanya, dia enggan bercerita karena suasana hatinya sangat buruk.
Tapi akhirnya dia bercerita.
“Sudah tiga tahun, kenapa tidak kau lupakan saja dan cari wanita lain?” Komentar ayahnya dan ibunya kembali menatap tajam pada ayahnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - STORY ABOUT US [GIP || HIATUS]
Fiksi Penggemar[21+] Hei, apakah kalian ingin membaca sepenggal cerita kisah cinta klasik tentang aku dengannya? Tidak berbeda dengan kisah cinta klasik lainnya. Tapi disitulah letak indahnya cinta.