Musala Bandar Udara International Soekarno-Hatta Banten yang sepi itu menjadi saksi, bagaimana seorang pemuda tampan berkulit putih bersih dengan surai cokelat itu berdoa setelah menunaikan salat subuh dalam kerinduan hatinya saat ini."Jika dia memang jodohku maka dekatkanlah kami, tetapi jika ternyata bukan dia yang Engkau pasangkan denganku dalam kitab lauhulmahfuz-Mu, ikhlaskan hatiku ini, ya Rabb. Aamiin."
Mengusap wajahnya pelan, ia lantas bangkit dari sajadah umum milik musala airport tersebut.
Laki-laki itu kembali memakai backpack besar hitamnya dan menyeret koper yang tak kalah besar itu meninggalkan musala.
"Aku pergi untuk melupakanmu, tetapi kenyataannya ... hatiku malah ingin mengingatmu. Sekarang aku kembali bersama cintaku. Selamat tinggal, Singapore. Aku kembali, Indonesia. Dan aku … kangen kamu, Shahnaz Hanindya.”
Sharon Darendra terkekeh sendiri kala mengatakan semua itu. Tiba-tiba tawanya terhenti ketika telepon pintarnya bergetar signifikan.
Sharon segera merogoh backpack-nya dan berakhir menghela napas panjang. “Pasti dia udah sampai,” gumamnya dan segera menyampirkan benda pipih itu pada rungu kanannya, setelah menggeser ikon hijau pada layar.
“Assalamu'alaikum, Bro. What's up?” seru Sharon seraya menyeret kembali kopernya untuk meninggalkan musala airport.
“Wa’alaikumsalam. What's up … what’s up apaan? Nih, gue udah berjamur nungguin lo di lobby bandara. Lo jadi landing nggak, sih? Lama bener.”
Suara bariton cempreng yang sangat khas itu sukses membuat Sharon meringis hingga menjauhkan telepon pintarnya.
“Etdah, lo itu udah kayak Mami gue kalau lagi marah, padahal kesalahan gue cuma lupa mandi doang,” timpal Sharon.
“Elah, cuma mandi doang lo kata? Astaga, Sha. Lo udah kayak kebo yang malas mandi.” Bian tergelak di seberang sana.
“Wah, baru juga gue sampai di Jakarta lo udah ngajak gelut aja. Oke, sekarang gue ke sana. Siap-siap lo bakal gue jitak. Eh, lo datang ke bandara bareng siapa, sih, Bro?” berondong Sharon yang mulai gemas dengan sahabatnya itu.
“Oh, gue ke sini bareng Alando. Teman kampus gue. Gantengnya nyaingin lo.” Bian lagi-lagi terpingkal. Begitu senang menggoda sahabat berandalnya.
“Dih, nggak ada yang bisa nyaingin Sharon Darendra. Pangeran kedua Papa Reyyan dan Mama Hanna. Putra kesayangan Papi Rama dan Mami Shela. Catat itu. Eh, gue sekarang ke sana. Lo tungguin, ya. Setelah itu kita langsung ke rumah Papa Reyyan. Gue kangen banget sama keluarga gue di Jakarta.”
“Oke-oke, buruan … Alando juga harus balik ke Diamond Ent. Ada rekaman,” sahut Bian.
“Rekaman apaan?” Sharon sudah memicing penasaran.
“Alando itu solois pop muda yang lagi viral di Indonesia. Masa lo nggak kenal?”
“Astaga. Gue di Singapura, Bi. Gue mana sempat puterin playlist mp3. Gue sok sibuk.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontrak Hati CEO Berandal | ✔️ [END]
أدب المراهقينTakdir mempertemukan seorang mahasiswa berandal sekaligus CEO muda nan obsesif pemilik nama Sharon Darendra (21 tahun) dengan seorang dokter cantik bercadar bernama Aisha Rania Syathir Alvaro (25 tahun). Awalnya, Sharon kembali dari Singapore ke Ja...