19. Nephilim

257 47 5
                                    

ORACLE
Lazy_Monkey2

|||



Vote & komen




-------------------------------🌹---------------------------

-------------------------------🌹---------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
















“Oh, lihatlah. Siapa yang kembali kemari setelah dengan kurang ajar pergi tanpa pamit?”

Kedua mata Jennie terbuka, tak seperti terakhir kali ketika dirinya berada di padang hijau yang menenangkan. Kali ini Jennie berada di dalam goa. Di depannya ada Naum yang duduk tenang sembari melipat kaki dengan gerakan seolah dia tengah bersemedi, cahaya memancar dari lubang diatas kepala gua, tepat ke arah Naum yang menatapnya dengan raut wajah menjengkelkan. Kedua mata Naum yang unik terbuka lebar menatap si Oracle kecil.

Jennie dengan enggan memutar mata jengkel. “Apa tidak ada tetua lain disini?” Melihat sekitar mencari nenek Maria.

Naum menggertakkan gigi. “Anak kecil, tidak ada seorang pun disini selain aku.”

Tak tahu bagaimana caranya mengambil hati si Oracle muda ini. Dia terlihat lucu, tubuhnya yang mungil, matanya yang tajam, Naum ingin menimangnya seperti boneka. Tapi, sungguh sial. Mulut si kecil ini benar-benar suka membuatnya darah tinggi.

“Mengapa begitu?” Jennie bertanya acuh tak acuh, bangkit dari posisi, lalu berjalan mengamati sekitar goa. Memperhatikan setiap bagian dinding yang diukir-ukir beberapa adegan keilahian serta simbol dari wujud mereka, simbol bunga teratai seorang Oracle.

“Karena ini tugasku sebagai tetuamu!”

Oh, rasanya tengkuk Naum mengetat dan mengetat setiap detik. Mengamatk si kecil malah tak bisa diam dan justru asyik melihat sekitar. Ini adalah sesi serius dimana seharusnya Jennie memohon kepadanya untuk menjelaskan apapun tentang penglihatan pertama yang dia alami. Tapi, lihatlah si kecil ini. Dia bahkan tidak peduli. Naum merasa dirinya tidak punya harga diri di depan anak ini.

“Dimana nenek Maria?”

“Berhenti memanggilnya nenek!” bentak Naum galak. Dia mulai tidak senang dengan panggilan nenek ini, mengapa rasanya hanya dengan julukan nenek saja, terasa seolah Maria lebih dekat dengan yang lainnya.

Jennie menoleh lalu cemberut. “Kamu membentakku!”

Naum melotot. Jennie pikir wanita itu akan marah tapi, Naum malah terdiam.

Diam-diam dengan susah payah Naum menggigit bagian dalam pipinya, merasa gemas melihat ekspresi si kecil. Dia ingin pamer pada Maria, karena anak itu mulai berani memasang ekspresi manja padanya.

“Oke, baiklah. Maafkan aku. Ayo duduk kembali. Berhenti memperhatikan sekitar, tetuamu ini ingin bicara.” Suaranya terdengar lembut, sampai-sampai Jennie curiga. Tapi, karena Naum mengatakan hal yang benar, karena penglihatan yang Jennie alami dan dirinya membutuhkan penjelasan. Jennie mengikuti kata-kata Naum dengan patuh, duduk di depan si tetua berambut perak itu. “Bagaimana rasanya mengalami penglihatan pertama?”

ORACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang