Tok... tok... tok...
"Fana, bukalah pintunya"
Terdengar suara Katrina jelas tepat diluar pintu kamar mereka. Namun, aku tidak membukakan pintunya. Karena aku tahu, bahwa yang aku dengar itu bukanlah Katrina melainkan suara tiruan yang dilakukan oleh makhluk lain.
"Fana, jangan buka pintunya" Kata Anggun, wajahnya khawatir.
"Aku tahu, tenang saja" Kata ku, untuk menenangkan Anggun yang terlihat khawatir.
"Dia memang iseng, namanya Aldo"
"Nama kalian sangat bagus ya, benar-benar bagus untuk seorang hantu" Ucap ku, sambil menyalakan dupa.
Anggun kemudian memberi salam pada kedua wujud Tuhan yang ada dihadapannya. Dari sanalah aku tahu bahwa Anggun merupakan hantu dengan aura dan energi positif. Ia tidak memiliki keinginan untuk mengganggu orang lain, namun karena berbeda alam, ia pastinya akan ditakuti oleh siapapun yang melihatnya.
"Oh ya, katakan juga dong, pada Aldo itu, jangan ganggu aku dan teman ku Katrina, kami disini kan hanya akan tinggal selama 1 tahun" Ucap ku pada Anggun.
"Ah aku akan coba bilang padanya" Jawab Anggun, ia terlihat sedikit khawatir.
Apa sebaiknya aku kulik saja sedikit informasi tentang Aldo ini? Baru saja ingin menanyakan hal tersebut, Anggun malah pergi menghilang, bersamaan dengan itu Katrina yang asli muncul dan mengetuk pintu.
Tok... tok... tok...
"Shalom, Fana, apa kau didalam? Bisakah aku masuk?" Ucap Katrina.
"Ya, buka saja, tidak ku kunci"
"Hei Fana! pintunya kan automatis terkunci kalau ditutup, buka dong dari dalam"
Oh iya lupa, ini kan bukan rumah.
6 Bulan berlalu, kegiatan kami sebagai mahasiswa sudah mulai membosankan, saat ini kami sudah semester 2. Aku dan Katrina merupakan bagian dari orang-orang yang memang tidak kembali ke rumah masing-masing karena tidak ingin kompensasi istimewa menjadi sia-sia.
Tiba di malam KRS, pertama kalinya kami terjaga hingga larut malam, berperang dengan berbagai macam provider wifi untuk memperebutkan kelas, mata kuliah, agar tetap bisa sekelas dengan teman-teman yang diinginkan.
Aku sibuk mengobrol di telpon bersama dengan 7 teman satu jurusan, 2 diantaranya adalah teman-teman dekat ku. Mereka, Reva dan Deni. Teman yang paling dekat sejauh ini.
Kami kemudian mendapat beberapa mata kuliah yang sejadwal, setidaknya aku tetap sekelas dengan teman-teman yang ku inginkan. Sementara aku menunggu konfirmasi dari teman-teman yang lain.
Katrina yang sibuk mengobrol melalui Google Meet dengan teman-temannya untuk merencanakan malam KRS mereka. Salah satu dari mereka memulai cerita horror yang cukup klasik, membahas gossip mengenai dormitory yang sedang kami tinggali.
"Kau tahu kalau dormitory yang kau tinggali itu berhantu, Kat?" Kata seorang Perempuan dengan eyelashes extensionnya yang cetar itu.
"Aku tahu, tapi tidak peduli, toh aku disini tidak pernah diganggu, jadi ku anggap hal itu hanya rumor" Ucap Katrina, sembari mengoleskan face masknya.
"Katanya, ada sepasang kekasih yang meninggal tidak wajar tepat diatas tanah dormitory itu, mending kau ngekos saja Kat, serem loh itu" Jelasnya lagi.
"Ah kau ini kalau cerita horror terlalu klasik, sudah ku bilang aku merasa nyaman saja disini" Ucap Katrina.
Sementara mereka bercengkrama membahas rumor mengenai sepasang kekasih yang meninggal tidak wajar di atas tanah dormitory ini. Reva dan Deni kemudian ikut menanggapi yang mereka dengar.
"Fan, kau kan Indigo, apa yang mereka katakan benar?" Tanya Reva, dengan volume suara yang sedikit berbisik.
"Entahlah, aku tidak begitu menelusuri hal tersebut Rev"
"Kalaupun itu benar, pasti hal tersebut hanya segelintir cerita, pasti hanya Sebagian benar dan salah" Sahut Deni.
Setelah selesai melakukan Malam KRS khusus jurusan Komunikasi, 2 hari kemudian, giliran jurusan Psikologi, Katrina sibuk mengisi KRS bersama teman-temannya secara online.
"Fan, bagi hotspot dong, bisa?" Tanya Katrina, wajahnya terlihat panik.
"Untuk apa? Kan bisa pakai wifi dormitory" Jawab ku singkat.
"Ah iya sih, tapi entah kenapa ini tidak ada sinyal sama sekali, bisa tolong aku sebentar?" Tanyanya lagi.
"Baiklah, ini passwordnyaya"
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA FANA: The Adventure Ft. Ghosts
AdventureHidup dengan julukan "Indigo" tidak selamanya selalu tentang kejadian horror. Fana Semestaria, seorang gadis remaja terlahir dengan kondisi dimana ia bisa melihat dan berkomunikasi dengan mereka yang tak kasat mata sudah menjadi makanan sehari-harin...