05. Dinner rumah "ber" hantu

40 22 0
                                    

"Nara, kamu yakin mau kerumah itu?"

"Kenapa enggak?" Nara menjawab setelah menyisir rambutnya rapi, dia segera beranjak dan mengambil kan baju yang akan dipakai oleh suaminya.

"Mau pakai baju yang mana, pilih deh sini."
Nara meraih baju-baju suaminya yang mungkin akan selera dipakai varo untuk hari ini.

Varo hanya memerhatikan baju-baju yang di tunjukkan Nara, dia memasang wajah badmood lantaran tadi istrinya ternyata memang sedang melihat laki-laki lain. Buktinya, sekarang istrinya mengajak makan malam dirumah itu.

"Dia udah beristri sayang, gak mungkin aku beralih dari laki-laki paling ganteng di komplek ini." Nara tersenyum. "Mulai sekarang kamu gak boleh berteman dengan Imran." lanjutnya, dia segera branjak lagi memilah celana yang akan dipakai untuk suaminya.

Varo heran dengan pernyataan terakhir istrinya, Nara boleh berteman dengan tetangga baru sedangkan Varo tidak boleh berteman dengan sesama jenisnya.

"Kenapa gak boleh?" tanya Varo tak terima.

"Imran asik, baik, dia juga bantuin aku benerin jam tangan anti air aku yang kamu kasih terus aku rusakin dan kamu nangis. Dia itu berperan penting dalam komplek ini kata Ravendra juga gitu sayangg."

"Imran itu pemanas rumah tangga. Liat aja nih kamu sekarang salah sangka karna kata-kata sedikit dari Imran tadi, dia gitu karna gamau merasa cemburu sendiri karna hannah juga nyamperin Fahmi tadi. Dia butuh temen biar gak malu kalau cemburu." kini Amarah nara sudah mulai naik, nara pun malas memilihkan celana untuk Alvaro

Nara meletakkan celana dan bajunya sedikit kasar, "Pilih aja yang mana." Nara meninggalkan Alvaro dengan berjalan sambil menghentakkan kaki kencang karna kesal.

Notif dari hp Varo berbunyi, Terlihat sebuah grup bernama "sirkel papa muda rt 04". Imran mengirim chat menanyakan kehadiran mereka di acara makan-makan itu, Ravendra ternyata sudah sampai duluan disitu.

"Makanan nya enak-enak." kata raven di dalam chat sambil pap menunjuk udang asam pedas dan Fahmi yang ikut terpotret.

"Gas"
"Gas"

Imron dan Alvaro yang menunggu teman untuk datang pun segera bergegas karna tau Raven sudah disana.

"Assalamu'alaikum!! sorry ya telat soalnya belum selesai urusan kantor tadi." seru Imran sambil membuka pintu rumah itu kuat. Tampak ruang tamu yang gelap membuat mereka terdiam sejenak.

prang

Suara piring pecah menambah kehororan rumah ini, Imran dan Ravendra sedikit menggigil untuk masuk kerumah ini.

"Aaaa!"

Imran yang mendengar teriakan itu pun berlari histeris kearah datangnya suara, dia segera cepat membuka pintu dan mencari keberadaan suara yang sangat dicintainya.
Dia mendapati hannah dalam keadaan terduduk dan terkejut melihat piring pecah itu. Terlihat istri Fahmi mencoba untuk membantu hannah tapi Imran segera menghampiri.

"Mbak biar saya aja." Imran segera membantu istrinya untuk berdiri dan meminta izin untuk memakai kamar tamu rumah itu dan menenangkan istrinya.

Hannah menatap Imran dengan mata yang berlinang, "Mas aku takut, aku takut itu kejadian lagi." Hannah tampak berusaha menahan tangisannya.

"Nangis aja sayang, gak papa kan ada aku disini kan?" Imran menepuk-nepuk pundak hannah lembut.

Terdengar suara ketukan pintu, pintu itupun segera terbuka.

"Hannah kamu gapapa?" tanya Nara yang juga di buntuti oleh Keyfa di belakang.

Hannah segera bangkit dari duduknya, "Aku gak apa apa, makasih ya Keyfa udah pinjamin kamarnya." Hannah pun mengajak mereka untuk kembali ke ruang makan.

~

Suasana di ruang makan rumah baru Fahmi dan Keyfa dipenuhi candaan ria, mereka tampak mencoba melupakan apa yang baru saja terjadi pada Hannah supaya dia tidak terlalu kepikiran dan akan berbahaya pada bayi kecil di perut nya. Meja makan itu terisi 8 orang dari 9 kursi yang ada, Nara yang kebetulan ada di samping kursi kosong kesembilan itu menjadi bingung.

"Keyfa ini kenapa kursinya ada lebihan?" Nara menepuk kursi kosong itu, dan menunggu jawaban dari Keyfa yang sedang mengunyah.

"Aku fikir ada anak kecil, soalnya tadi dari depan kedengaran suara anak kecil. Maaf ya kalau salah sangka."

Semua berhenti mengunyah, terutama Ravendra dia menjatuhkan sendoknya ke piringnya.

"Anak kecil? disini gak ada anak kecil." Nara berbicara dengan pipi yang sedikit penuh karna nasi yang belum habis terkunyah.

"Fahmi, anda memang harus berjaga-jaga dirumah ini. Memang katanya ada hantunya, jangan-jangan itu tuyul yang mau makan disini juga." bisik Ravendra menunjuk kearah pintu seolah 'tuyul' yang dia maksud berdiri disitu.

Dinda menepis tangan Ravendra yang sedang menunjuk, "Siapa tau anak bu Ria gang sebelah." Dinda tampak kesal dengan suaminya.

"Sayang, gak mungkin anak bu Ria sekecil 2 tahun yang bahkan merangkak aja masih oleng, masa bisa teriak-teriak depan rumah." Ravendra kekeuh dengan pendiriannya bahwa yang didengar itu hantu.

Mereka pun melanjutkan makan yang entah kenapa di sela-sela makan ada suara-suara aneh yang menghantui waktu makan malan mereka, semua merasa tidak aman.

"Ahahahahha."

Terdengar suara tawaan anak kecil yang tadi di dengar keyfa, "Yang itu mas." ucap Keyfa yang juga jadi ketakutan karna cerita itu, dia menarik lengan baju suaminya.

"Aku liat bentar ya." ucap Fahmi yang di barengi oleh Imran ikut melihatnya.

Krieeeettt

"Mas bayar tagihan keamanannya."

"AAAAAA." teriak Fahmi dan Imran karna seorang bapak-bapak berdiri di depan pintu.

"Hah pak rojak?" Hannah terheran setelah menghampiri teriakan itu.

"Nah saya tadi kerumah Pak Imran, Pak Alvaro, Pak Ravendra sepi banget. Saya rasa pada disini nih makanya saya sekalian tagih 3 aja." Pak Rojak selaku bagian keamanan komplek ini ternyata sedang berkeliling untuk menagih iuran keamanan.

"Loh suara anak-anak itu masa suara pak rojak?" heran Nara.

"Tuu ada ponakan saya datang, dia mau ikut liat rumah-rumah katanya."

Ravendra dan yang lainnya pun bernapas lega karna ternyata itu bukan anak kecil jelmaan syaitan yang mereka kira.

"Jadi mana uang tunggakannya, 250 loh per bulan." Pak Rojak segera mengeluarkan buku tagihan.

"Pak kok naik lagi, dua bulan lalu 200 sebulan lalu 225." kesal Imran sambil merogoh koceknya.

"Tidak ada alasan ya, sekarang harus bayar sudah akhir bulan." Pak Rojak tersenyum kesal.

"Sayang uang cash belum aku tarik, tadi abis karna belanja bulanan kamu di minimart." ucap Alvaro dengan penuh rasa bersalah.

"Pak kalau gak bayar dulu gimana? pada gak pegang duit 250 nih." ucap Dinda sambil menunjuk dompetnya kosong melompong.

"Lah mau gak mau harus ikut peraturan."

"apa itu peraturannya pak?" tanya ketiga bapak-bapak bersamaan.

"Kalian harus ikut ronda malam." ucap pak rojak kemudian pergi

"APAA??"

bersambung..



Gara-gara Tetangga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang