Roh Nyai Rukmo

8 4 0
                                    

Kicau burung bertamu di gendang telinga sepasang sahabat, menambah anggun bisikan angin pagi ini. Sekar dan Felicya menghempaskan pantatnya ke kursi taman dengan seragam sekolah yang sudah menempel di badan ramping mereka. Sekar menatap kosong, entah objek apa yang dipandang, kejadian semalam masih membuatnya sedikit takut untuk pulang.

"Lo masih takut?" tanya Felicya, dia menatap wajah Sekar yang terlihat lesu.

"Iya, Fel. Sosok semalam tuh serem banget Fel, lehernya hampir putus!" jawab Sekar dengan badan membungkuk kemudian menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Sudah, jangan takut. Mungkin kejadian semalam bakal buat lo jadi cewek pemberani kedepannya," kata Felicya, berusaha menenangkan sahabatnya.

"Iya," jawab Sekar singkat.

"Berangkat yuk," ajak Felicya seraya menarik tangan Sekar menuju mobilnya.

Tidak ada niat sekolah hari ini. Seragam sekolah yang menempel di badannya pun milik Felicya, tak terkecuali tas dan sepatu. Dia tak sempat membawa perlengkapan sekolahnya saat hendak menuju rumah sahabatnya semalam.

Di balik kaca pintu mobil, Sekar melihat sepanjang perjalanan menuju tempat di mana dia menuntut ilmu. Suasana jalanan yang tidak terlalu ramai memunculkan rasa ingin tahu mengenai waktu. Dia melirik jam tangannya. Pantas saja terlihat sepi, rupanya jarum jam masih menunjukkan pukul 06.00.

"Si ganteng kemana? Kok enggak pernah kelihatan lagi?" tanya Felicya memecahkan keheningan.

"Hah? Maksud lo David?" Sekar berbalik tanya.

"Kok David sih. Maksud gue anak kecil penjaga ghaib lo," jawab Felicya, dia membuang karbondioksida dengan kasar.

"Penjaga apa, sih, maksud lo?" Sekar kembali bertanya.

"Jadi lo belum tau ya? Lo tuh punya penjaga ghaib dari mustika yang sempet gue pegang waktu itu," ungkapFelicya sembari melihat layar ponselnya.

"Gue punya penjaga ghaib?" Sekar terus melempar tanya.

"Iya," jawab Felicya singkat kemudian membuka pintu mobil.

Lima belas menit terasa cepat berlalu dengan obrolan seputar hal mistis dengan Felicya. Kali ini Sekar yang menyeret kaki dengan malas, sedangkan Felicya sudah di depannya dengan jarak berkisar tiga meter.

"Sekar," panggilan suara bocah bertamu di telinga Sekar yang tengah malas bersekolah.

Sekar melirik ke samping kirinya, menatap jauh hingga bertemu pandang dengan bocah berpenampilan aneh.

"Siapa bocah itu?" gumam Sekar seraya menyipitkan mata ketika melihat bocah itu kemudian melirik Felicya yang sudah jauh melangkah.

"Fel, sini!" Sekar memanggil Felicya diiringi lambaian tangan.

Felicya berbalik badan, menengok Sekar yang menuju ke arah bocah laki-laki.

"Hey adik, tau nama kakak dari mana?" tanya Sekar ketika sudah di hadapan sang bocah.

"Aku penjaga ghaibmu yang sekarang terkurung. Aku tak bisa berlama-lama di sini, dengan segera aku akan kembali ke sana. Bebaskan aku, hanya kau yang bisa," jawab sang bocah.

"Hey!" ucap Felicya seraya menepuk pundak membuat Sekar tersentak kaget.

Gadis kejawen itu memutar kakinya, membalikkan badan ke arah Felicya.

"Ini penjaga ghaib gue?" tanya Sekar mengacungkan jari telunjuk ke arah bocah tadi.

"Loh, kok nggak ada sih?" gumam Sekar ketika mendapati sang bocah sudah tidak ada di depannya.

Kamu Bisa Melihat Hantu? [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang