"huuuuuh.... Lapar sekalii." sindir Tristan pada Vincent yang sibuk bertelepon dengan mitra bisnisnya sedari 15 menit yang lalu.
Bukannya marah, Vincent justru menahan senyum sembari melirik Tristan dari ekor matanya.
"baiklah... Nanti coba saya rundingkan tuan."
"....."
"sama-sama tuan, terimakasih juga untuk tawarannya." putus Vincent lalu mendekati Tristan saat sambungan telponnya berakhir.
"lapar sekalii...." kata Vincent mengikuti ucapan suaminya sembari memeluknya dari belakang dan Tristan hanya diam.
"mari makan diluar, ada yang ingin aku bicarakan." Tristan menengok ke sisi kanan, menatap penuh selidik pada suaminya."sangat penting?" Vincent mengangguk.
"tentang?""nanti kita bicarakan saat sampai ditempat makan." kata Vincent melepas pelukannya.
"katakan sekarang, jangan membuatku mati penasaran."
"kita bicarakan nanti, kau lapar kan?"
"tidak, aku tidak lapar. Katakan sekarang." tuntut Tristan dan Vincent hanya membuang nafas kasar karena sifat keras kepala suaminya.
Vincent duduk di sofa dekat tempat tidur dan Tristan menyusul duduk ditepi ranjang.
“mitra bisnisku barusaja memberi kabar jika dia membutuhkan seorang pelukis yang bagus untuk melukis wajah suaminya.” jelas Vincent.
“kak Axel.” celetuk Tristan dan Vincent mengangguk.
“kau punya pikiran yang sama kan?” Tristan mengangguk. “apalagi dia memiliki Chai bersamanya, pasti dia membutuhkan biaya lebih untuk hidup berdua.”
“bagaimana kalau kita jemput mereka untuk sarapan bersama sekaligus membicarakan ini?"
“ide bagus.” ujar Tristan beranjak dari duduknya, menangkup pipi Tristan lalu mengecupnya singkat.
“mari jemput mereka.” ajak Vincent dan mereka segera bersiap-siap untuk menuju tempat menginapnya Axel dan Chai.
••••
Sepasang pengantin yang sedang dimabuk cinta barusaja menyelesaikan acara mandi bersama dan mereka tengah bersiap-siap untuk makan di luar motel sekaligus melanjutkan acara jalan-jalan mereka. Dan lelaki cantik tampak menimang-nimang pakaian yang ingin ia kenakan.
“apa yang kau cari, um? Pakai mantel barumu sayang." ujar Axel menatap Chai.
“aku bingung warna apa yang harus ku pakai.”
“kau cocok mengenakan semua warna.” jawab Axel menghampiri Chai yang berdiri didepan lemari. Merengkuh pinggang Chai dari belakang lalu mengecup lehernya singkat. “kenakan warna coklat, itu cocok untukmu.” lanjut Axel lembut.
Chai melirik sekilas lalu menatap mantel hangat yang dimaksud Axel.
“baiklah aku akan memakainya.” putus Chai dan Axel tersenyum lebar lalu mengecup pipi Chai dan kembali menuju sofa panjang.
“kau mau makan apa?” tanya Axel yang baru duduk.
“eemmm… apapun yang___”
Tok tok tok
Suara ketukan pintu terdengar dan sepasang pengantin itu saling pandang.
“kau pesan cleaning service?” Chai menggeleng.
“kenakan mantelnya, aku akan membuka pintu.”Axel beranjak dari duduknya, lalu bergegas membuka pintu kamar inap.
“dimana kak Chai? Kalian sudah sarapan? mau sarapan bersama?” tanya Tristan setelah pintu terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY || JOONGDUNK🔞
Fiksi PenggemarSeorang putra bangsawan di kucilkan di sebuah paviliun area belakang mansion sejak dia berusia 12 tahun karna insiden yang tak di sangka. Sang ayah memberi kabar tuan muda akan di jodohkan dengan putri seorang bangsawan yang lebih tinggi derajatnya...