Chapter 8 | Kontrak Hati

154 11 5
                                    

Sharon melebarkan netranya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sharon melebarkan netranya. Ini pasti menyangkut rival-nya. Ia pun buru-buru mengecek hot news online hari ini.

Begitu membaca headline news berikut foto yang terpampang di sana, Sharon langsung menaikkan satu sudut birainya. "Mangsa yang empuk," batinnya seraya melirik kecil dokter Aisha.

"Suster, bisa tolong tinggalin saya dengan Dokter Aisha sebentar saja. Ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengannya," pinta Sharon sesopan mungkin.

Namun, pernyataannya tersebut membuat sang dokter mendelik. "Sus, jangan," ucapnya cepat. Suster itu pun mulai kebingungan.

Sharon menghela napas berat. Ia terpaksa harus sedikit mengancam kali ini.

"Saya akan melaporkan ini pada tuan muda Shaka kalau saya nggak nyaman di sini. Suster harus tahu kalau saya ini orang kepercayaan tuan muda Shaka. Tahu 'kan seberapa killer-nya bos saya?" seru Sharon yang mulai mengarang cerita.

Dokter Aisha balas menghembuskan napas frustrasi dengan tangan masih sibuk melakukan hecting di bawah sana. Belum sampai satu jam ia sudah kewalahan menghadapi pasien satu ini.

"Dok?" Suster itu meminta persetujuan sang dokter cantik.

"Iya, boleh, Sus." Dokter mulai pasrah.

Sharon tersenyum smirk sekali lagi saat suster itu terburu-buru menyibak tirai pemisah brankar pasien IGD itu lalu pergi.

"Okay, sekarang apa yang ingin kamu bicarakan, orang kepercayaannya tuan muda Shaka?" tanya dokter Aisha kemudian. Berusaha sabar.

"Gitu dong, Dok. Aku senang dokter nggak formal kayak tadi. Panggil aja aku 'Sha'. Jangan yang lain. Okay?" seru pemuda itu.

Dokter Aisha hanya diam tanpa menatapnya. Hal ini membuat Sharon semakin percaya diri untuk mengungkapkan apa yang ia rencanakan beberapa menit lalu.

"Jadi … acara pertunangan Dokter tiga hari lagi ya? Wah, beruntung sekali pak Zidan Sulthan Dirgansyah ya," ucap Sharon mencoba menahan tawanya.

Dokter Aisha melebarkan sepasang netra coklat terangnya. Tampak bergetar.

"Aku mau nawarin benefit cukup besar untuk dokter. Pertunangan Dokter dengan Zidan batal dan perjodohanku dengan putri teman orang tuaku juga batal. Kita akan saling menguntungkan. Gimana?" tambah Sharon.

"Tolong jangan berpikir sampai ke sana. Saya bukan seorang anak yang durhaka yang akan melawan orang tua saya," seru dokter Aisha dingin dengan fokus tak teralihkan dari proses hecting yang ia lakukan. Beruntung ini bukanlah operasi besar seperti yang biasa ia lakukan sebelumnya.

"Oh, come on, Dok. Aku tahu dokter nggak suka sama rencana pertunangan dokter meskipun media Line sudah heboh mengeluarkan berita panasnya hari ini. Aku tahu itu. Udah terbaca jelas." Sharon menarik sudut birainya. Ia terkekeh devil di dalam hati.

Kontrak Hati CEO Berandal | ✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang