"Sial!"
Yechan yang baru masuk ke dalam kamar sedikit tersentak saat mendengar Jaehan mengumpat. Ia pun mendekat. "Ada apa?"
Mengikuti kemana arah mata Jaehan pergi, Yechan melihat mobil tamu-tamu mereka baru saja meninggalkan kediaman Kim malam ini.
"Seumur hidupku, aku tak pernah merasa terhina ini." tangan Jaehan terkepal. Yechan sendiri cukup merasa bersalah karena ini semua juga karena dirinya.
"Kau menyesal menjadi omega?"
Sayangnya, sisi kekanakan Yechan tak bisa ditahan bahkan oleh Kim Yechan. Pada akhirnya, Kim Yechan pun memilih untuk tak bersuara. Ia pura-pura tuli dan tak akan ikut campur tentang ini.
Omega.
Resiko menjadi yang terbawah dalam hierarki adalah akan selalu dipandang sebelah mata, bahkan suara dan eksistensinya seringkali tak dianggap ada. Bagi Jaehan yang biasa menjadi pemimpin, tak pernah dilanggar apapun yang ia perintahkan, malam ini tentu adalah sebuah pukulan.
Mau bagaimana lagi, setidaknya ada Yechan yang melindungi. Walau tetap saja, perasaan direndahkan bukanlah sesuatu yang bisa Jaehan hadapi dengan mudah kali ini.
"Bukan begitu, aku hanya-"
Yechan menghela, lalu menarik Jaehan ke dalam pelukannya. "Sudahlah ... lebih baik kau mandi dan istirahat setelah ini."
Meski banyak yang ingin Jaehan katakan, tapi ia memilih untuk mengangguk dan menuruti. Lagi pula, ia memang merasa lelah jujur saja.
"Kau mau kemana?" tanyanya saat Yechan hendak keluar lagi.
"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan Hyuk. Tidurlah dulu, jangan menungguku."
Pulang dari kediaman Kim, Jehyun mengundang Junghoon untuk bertandang ke rumahnya. Selain perihal kesopanan, ada juga yang ingin mereka bicarakan.
"Enigma ... bagaimana mereka bisa mengubah Alpha sekelas Kim Jaehan dan Kim Sebin menjadi omega yang tak ada artinya seperti ini?"
Jehyun menyuguhkan teh hijau, asapnya masih mengepul, dan pertanyaan Junghoon membuatnya sejenak tertegun.
"Apa ayahmu tak pernah mengatakan apapun tentang itu?"
Junghoon menggeleng. Ayahnya selalu hanya menegaskan bahwa ia tetap harus membiayai apapun proyek yang Jehyun jalankan.
Junghoon sendiri tahu jika Jehyun memiliki hubungan yang cukup dekat dengan keluarganya, walau ia tak tahu apa yang melatarbelakangi. Mungkin, ia harus mulai mencari tahu soal ini.
"Begitu?" Jehyun duduk, menyilangkan kaki, dan mengirup harumnya teh yang berada dalam genggamannya saat ini.
"Enigma adalah nama yang Antella berikan pada Alpha yang menjadi kelinci percobaan kami selama ini. Kami bereksperimen, bagaimana caranya membuat dan memicu agar racun yang alpha miliki menjadi lebih kuat lagi."
Junghoon masih tak mengerti.
Jehyun lagi-lagi menghela. "Konsep mate, banyak yang tak menyukainya. Termasuk diriku."
"Elder-"
"Kenapa Alpha harus selalu berpasangan dengan omega? Saat memiliki mate selain omega, mereka tak akan mendapat keturunan sekuat apapun keinginan yang mereka miliki. Bukankah itu sebuah ketidakadilan yang dewa berikan?"
Junghoon terdiam. Merasa bahwa tak ada yang salah dari apa yang Jehyun katakan. Bahkan bagi dirinya yang seorang beta, memiliki mate tak pernah menjadi keinginan utama dalam dirinya.
Jika memiliki mate seorang omega, itu sebuah keberuntungan, namun jika ia mendapat Alpha, segalanya menjadi tak berguna.
"Apa ini ada hubungannya dengan ayahku?" tanya Junghoon saat menyadari sesuatu.
Sialnya, Jehyun tak mengatakan apa-apa, yang artinya mungkin memang benar dugaannya.