°°°Adara membuka pintu kamar deril, setelah itu ia langsung menghampiri kakaknya, adara pun duduk di tepi ranjang. Deril terlihat masih memejamkan matanya. Wajahnya pun terlihat pucat tidak seperti biasanya. Semenjak pulang dari rumah sakit, badan deril menjadi tidak fitt. ia selalu terlihat lemas dan lesu.
Adara mengusap lembut pelipis kakaknya. Perlahan deril membuka matanya. Pandangannya langsung tertuju pada adiknya yang sedang tersenyum ke arahnya. Deril pun juga ikut tersenyum.
"Abang mau makan apa?"
Deril menggeleng. "Ga mau apa-apa."
"Terus kenapa manggil adara?"
"Temenin abang di sini."
Adara mengangguk sembari tersenyum. "Iya, bang. Yaudah, kalo gitu abang lanjutin istirahat ya. Ntar kalo udah waktunya minum obat adara bangunin."
"Jangan pergi." Saut deril.
"Iya, bang deril."
Deril tersenyum. Setelah itu ia langsung memejamkan matanya. Adara pun kembali mengusap lembut pucuk kepala kakaknya.
°°°
Waktu terus berputar. malam ini adara terlihat sudah tampil rapi. ia sedang bercermin di depan kaca rias sembari mengoleskan liptin di bibir mungilnya.
Drtt Drtt
mendengar suara notif tersebut, adara langsung melihat pesan yang masuk. Adara tersenyum girang setelah membaca pesan tersebut.
ia langsung mengambil tas selempang yang ada di cantolan, sebelum keluar dari kamar, adara tak lupa menyemprotkan parfum di seluruh bagian tubuhnya. setelah itu ia langsung keluar dari kamar.
°°°
sesampainya di ruang tamu, adara berteriak memanggil ayahnya. tidak lama kemudian Wijaya pun datang. Wijaya mengerutkan dahinya begitu melihat gadisnya sudah terlihat rapi.
"mau keman? tumben rapi gini."
Adara tersenyum. "Adara izin keluar ya, yah. cuma bentar kok, ga lama."
"kemana? sama siapa?"
"ke pasar malem, sama arhan."
"Mana arhan sekarang?"
"Lagi nungguin di luar, yah."
"Yaudah yok, ayah anter sampe depan." Ucap wijaya.
Adara mengangguk sembari tersenyum girang.
°°°
Begitu keluar dari pintu, pandangan wijaya dan adara langsung tertuju pada arhan yang sedang berdiri di depan teras sembari melihat ke arah halaman rumah.
"Arhan?" Panggil adara.
Arhan langsung membalikkan posisi badannya. Arhan tersenyum melihat ke arah wijaya dan adara, ia pun langsung menghampirinya lalu mencium punggung tangan Wijaya.
"Apa kabar, om?"
"Alhamdulillah baik, Kamu sendiri apa kabar?"
"Alhamdulillah baik juga, om"
"Mau pada kemana?" Tanya wijaya.
"Gini, om. Aku Mau izin bawa adara main ke pasar malem, Ga lama kok, Boleh kan, om?"
"Iya boleh, tapi Sebelum jam sepuluh harus udah sampe rumah lagi."
Arhan tersenyum. "Iya, om, tenang aja. Ohiya, aku sekalian mau bilang sesuatu sama, om."
"Bilang apa?"
Arhan menarik nafas dalam-dalam sebelum berbicara. "Em, jadi gini, om. Aku mau ngasih tau kalo aku sama Adara pacaran, om." Ucap Arhan gugup, Arhan benar-benar takut jika orangtua nya Adara tidak setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
[POSESIF BROTHER]
Teen Fictionpengen ga sih punya kakak kaya deril? Atau malah sebaliknya? Risih karna selalu ngelarang-ngelarang & ngatur-ngatur?🚷🚻