" Hono ku tunggu di lantai 3. Jangan lupa bawa buku gambar lebih dan juga lebih baik kalau kau mau membawa kanvas."
" Run serius ?! Kanvas?! Kita hanya perlu membuat sketsa kasar !"
Hikaru merengut saat Hono membentaknya dari ujung lain sambungan telepon.
Dia melirik ke jam dinding di kamarnya dan kaget saat waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi.
" Sial ! Hono aku duluan!"
Hikaru memutuskan sambungan dan segera menyandang ranselnya.
Setelah memastikan tak ada yang tertinggal Hikaru segera menuju halte, dimana dia sedang beruntung karena bus yang dia tunggu datang beberapa saat setelah dia sampai di sana.
Ya... semoga ia bisa menyelesaikan tugas kali ini agar bisa mendapatkan beasiswa ke Perancis.
Semoga saja...
" Ten? Kau baik-baik saja? Masih merasa mual?" Karin menggeser satu cangkir teh hangat ke depan.
Penerbangan dari Paris ke Tokyo memang lazim membuat Jet lag karena perbedaan waktu yang cukup signifikan.
" Aku baik-baik saja ..." sahut Ten pelan. Karin mengangguk.
" Baiklah, jadi kau akan ke Museum hari ini? Aku bisa mengantarmu sekalian karena searah dengan kantor kerjaku."
Ten menyesap tehnya sambil mengangguk.
" Ide bagus. Aku akan bersiap~"
--
Hikaru menunjukkan surat pernyataan dari Universitasnya yang menjelaskan jika dia akan mengambil gambar salah satu karya di museum dan di gambar ulang untuk tugas tertentu.
Sang Manajer Museum tersenyum dan membaca surat itu sekilas.
" Baiklah, silakan kerjakan tugasmu."
Hikaru menerima kembali surat itu dan membungkuk dengan sopan.
" Terima kasih atas kerja samanya."
Si Manajer mengangguk sambil tertawa.
" Kau tahu hari ini kami juga akan mendapatkan tamu besar dari salah satu Universitas Seni dari Perancis. Kau akan beruntung jika bisa bertemu dengannya."
Hikaru undur diri dari hadapan Manager museum dan segera menaiki eskalator menuju lantai 3.
Dari yang dia tahu ada satu patung pahatan klasik berbentuk seorang gadis cantik yang memegang gelas anggur.
Baru saja langkah kaki memasuki tempat itu, matanya sudah melihat patung yang ia incar.
Indah
Sangat indah
Bentuk muka, hidung dan mata itu...
Hikaru mendekat dan duduk di kursi yang di sediakan.
Dia mulai mengeluarkan perlengkapannya, saat suara lembut beraksen khas Inggris menggema di sekitar situ,
" Ah ya, ada apa? Hm? Ah—mungkin aku baik-baik saja, tidak terlalu panas di dalamnya "
Hikaru berdoa semoga dia tidak berliur bak anak balita, ia menelan ludah melihat sosok yang berdiri di depannya.
Tidak, tidak benar-benar di depan Hikaru gadis itu berdiri beberapa meter di depan.
Bibirnya bergerak sesuai irama dan terlihat lembut, wajah itu terangkat beberapa derajat untuk menatap lukisan yang tergantung membuat dagunya terekspos angkuh, mata itu menuangkan beberapa kali seolah memotret lukisan itu dan menyimpannya dalam ingatan.
Indah
Sialan...
Hikaru menunduk kearah buku gambarnya hanya untuk mendapati tangannya secara lancang sudah menggambar sketa kasar dari si Gadis.
Mulai dari bahu, rambut yang panjang menutupi telinga, wajah dan bibir itu.
Hikaru ingin menggigitnya!
Tangannya kali ini bergerak secara sadar, ia mulai menggambar tangan dan pinggang itu.
Hikaru berani bertaruh jika lengannya akan terlihat cocok mengitari pinggang cantik itu.
Sketsa kasar itu kini terlihat semakin jelas dan halus, Hikaru menggambarkan latar belakang berupa beberapa lukisan tergantung di belakang sang objek utama.
Hikaru menahan nafas, kali ini karena melihat bagaimana jari itu melewati kaca pelindung lukisan.
" Sial ..." umpat Hikaru pelan, ia baru kali ini menggambar objek hidup dan sialnya benar-benar hidup dalam artian bergerak.
Mata Hikaru kembali fokus, ia menggambar garis-garis lurus dan melengkung yang menjadi satu saat melihat lengkungan tubuh yang indah dari objek gambarnya saat objek itu berputar, berputar perlahan.
Dan saat itu juga Hikaru menyadari sosok itu sejak tadi menyembunyikan sesuatu.
Tidak
Jangan!
Dia mendekat
Omong kosong!
Hikaru kelabakan saat sadar sepenuhnya dan sosok itu mengambil lebih dari 10 langkah dari tempat duduknya,
" Hai, apakah kamu ... sedang membuat sketsa ... aku ?"
Hikaru berdiri memasukan peralatan sketsanya ke dalam tas dan langsung berlari dari sana.
" Maaf !! Lekuk tubuhmu yang indah membuatku lepas kendali."
Baiklah... setidaknya ia hanya kabur...