Seorang laki-laki berusia 20 tahun yang memiliki rambut hitam berantakan serta berpakaian tidak rapih, berjalan menyusuri koridor kampusnya. Matanya yang tajam menatap para mahasiswa di sana yang membuat mereka bergidik ngeri dan segera menjauh darinya, dialah Adriano, mahasiswa pembuat onar yang sulit di atur.
•
•
•
Adriano mengikuti kelas seperti biasa, menguap dan tidak memperhatikan Dosen saat sedang menerangkan sebuah materi. Dia bersandar pada kursi sembari menatap keluar jendela, berharap kelas yang membosankan ini segera berakhir secepatnya. Tidak ada yang mencoba menegurnya karena semuanya sudah lelah terhadap kepribadiannya yang acuh tak acuh, namun beberapa Dosen ada yang takut terhadapnya karena sifatnya yang kasar dan mudah untuk bermain tangan.
Begitu kelas selesai, Adriano lekas bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dengan kedua tangannya di dalam saku. Dia berjalan menuju samping kampus dan berkumpul bersama mahasiswa pembuat onar lainnya, dia mengeluarkan sebungkus rokok dan menyalakan salah satunya. Dia menghisap rokoknya, sementara teman-temannya yang lain tertawa dan sesekali menggoda mahasiswi yang lewat.
"Kenapa hidup ku sangat membosankan sekali? Rasanya seperti tidak ada tantangan apapun," Adriano membuka suara, yang di ikuti oleh tatapan teman-temannya ke arahnya. "Kupikir kau bisa mencoba memukul pak Arnis, dengan begitu kehidupan mu yang menantang akan dimulai, bukan?" Jawab salah satu temannya yang di iringi dengan gelak tawa.
Adriano mengeluarkan dengusan geli mendengar saran dari temannya, dia menghembuskan asap rokoknya dan menoleh sedikit pada temannya, "Jika aku melakukan itu, aku tidak akan pernah tenang seumur hidup ku, pak tua itu bisa membunuh ku sekarang juga." Mereka semua tertawa bersama, namun salah satu dari mereka tiba-tiba berhenti tertawa, keringat dingin mengucur dari dahinya saat dia perlahan melangkah mundur.
Melihat perubahan aneh dari salah satu temannya, Adriano menatapnya dengan keheranan. "Kenapa dengan mu? Kau seperti melihat hantu saja," tanyanya dengan bercanda, temannya yang terus melangkah mundur itu menunjukan ke belakang Adriano dengan jarinya yang gemetar. "Ini lebih menyeramkan dari hantu manapun," katanya.
Adriano serta teman-temannya yang lain dengan bingung menoleh ke belakang, semuanya langsung membeku di tempat saat melihat seorang pria tua berdiri dengan pemukul kayu di tangannya, dia menatap mereka dengan matanya yang tegas, salah satu dari mereka berseru. "Pak Arnis!" Tepat setelah seruan itu, mereka semua berlari menjauh dengan saling mendorong satu sama lain, meninggalkan Adriano dengan pak Arnis.
Pak Arnis menepuk-nepuk pemukul kayu itu pada telapak tangannya sembari menatap Adriano, sementara Adriano dengan santainya membuang rokok tadi ke tanah, "Yo pak Arnis, kepala bapak semakin bersinar saja, ya?" Dia tersenyum polos.
Pak Arnis memicingkan matanya saat mendengar ucapan Adriano, kepalanya yang setengah botak berkilau di bawah sinar matahari. "Anak ini, sepertinya aku harus mengajarkan sopan santun lebih dulu padamu sebelum menghukum mu."
Adriano mengangkat bahu acuh tak acuh, dia berbalik, "Saya tidak takut pak, lagipula kenapa bapak tidak diam saja di rumah dan mengasuh cucu-cucu anda daripada mengajar? Anda, kan sudah tua," jawabnya dengan santai.
Pak Arnis mengulurkan tangannya untuk meraih kerah baju Adriano, namun gerakan tersebut terhenti saat Adriano berlari. Pak Arnis menghembuskan nafas berat sembari mengusap wajahnya. "Anak-anak zaman sekarang memang tidak bisa menjaga ucapannya, semoga saja dia tidak mengalami nasib buruk atas perbuatannya."
•
•
•
Adriano berlari hingga dia menjauh dari kampus, dia tidak melihat teman-temannya di manapun. Dia pun menghentikan langkahnya sejenak untuk menarik nafas panjang, dia mengeluarkan rokoknya lagi dan menyalakannya. Sembari menghisap rokok, dia berjalan menyusuri jalanan. Banyak kendaraan yang berlalu lalang, matanya menatap malas pada orang-orang yang berjalan di sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exchange of two different souls
ActionFOLLOW DULU YUK AKUN AUTHORNYA^^ Mengisahkan dua jiwa yang tertukar, dua jiwa yang saling bertolak belakang.