Hari sudah berakhir, hanya cahaya lampu meja belajar remang-remang yang menjadi satu-satunya penerang untuk kamar kecil dengan penuh buku serta catatan berserakan sembarangan itu. Seorang penulis bernama Dysis terjaga semalaman karena menggarap karya terbarunya dan dia baru saja mengunggah bab terakhir dari novel, "Contradict Forever".
Dysis memperhatikan kritik pedas dari pembaca di media sosial yang terus mengalir, rasa lelahnya berubah menjadi kemarahan. Mereka mengumpatinya karena karakter pendukung bernama Lucas yang awalnya diciptakan hanya untuk menambah kompleksitas serta ketegangan dalam alur cerita itu malah bunuh diri akibat penderitaan yang dia tulis.
Dysis tergelonjak karena lampu meja kerjanya padam. Berdiri dengan jantung yang berdegup kencang sembari mencoba meraih senter di atas lemari, tetapi tangannya tidak dapat menjangkau tempat tinggi itu. Gadis itu kemudian ke luar kamar untuk mencari kotak sirkuit di tengah kegelapan. Namun, sebelum dia menemukannya, tiba-tiba terjadi lonjakan listrik. Dysis terasa tersengat dan tubuhnya jatuh menghantam tanah.
"Sepertinya ini adalah akhir bagiku," pikir Dysis saat merasa dirinya mulai kehilangan kesadaran.
Tatkala membuka mata, Dysis tersadar tidak berada di rumah, melainkan sebuah taman. Suasana terasa tenang dengan beberapa bangku dan pepohonan yang menjulang melengkapi pemandangan. Namun, dia tidak mengenali tempat ini. Kebingungan menghampirinya, gadis itu menampar wajahnya seolah memastikan kebenaran, rasa sakit yang menjalar membuatnya yakin bahwa dia sedang tidak bermimpi. Hanya saja, mengapa dirinya bisa ada di sini?
Saat Dysis mencoba memahami keadaan, tiba-tiba sebuah layar transparan muncul di depannya, mirip dengan HUD (Heads-Up Display) dalam sebuah permainan video. Ada pesan dari sistem yang tertulis di sana, "Selamat datang, Penulis. Anda telah memasuki novel yang Anda ciptakan. Misi Anda adalah menyelamatkan karakter pendukung, Lucas, dan mencegah kematian tragisnya. Hadiah yang akan diberikan adalah kembali ke dunia nyata. Hukumannya adalah kematian. Waktu Anda hanya empat hari, semoga beruntung."
Tidak mengerti alasan dia harus bersusah payah membantu karakter yang tercipta dari imajinasinya, terutama Lucas yang pendiam dan sulit didekati. Tunggu, bicara soal hukuman, apa maksudnya adalah kemungkinan kematian dirinya di dunia nyata karena tersengat listrik? Mendadak, Dysis tersentak oleh rasa takut dan kebingungan yang melandanya. Gadis itu tidak memiliki pilihan selain mengikuti perintah sistem.
Langkah pertama ialah menemukan Lucas, Dysis mulai menelusuri jalan. Matanya tiba-tiba terbelak melihat banyaknya dekorasi Hari Raya Natal, teringat bahwa ini adalah saat di mana karakter pendukungnya bunuh diri. Dia mulai berlari, beruntung kota ini dibuat sama persis dengan yang dideskripsikan di dalam novel membuatnya mudah menemukan Lucas.
Angin menghembuskan rambut Dysis ke segala arah dan dengan napas terengah-engah, dia mendekati Lucas yang hendak melompat dari atap bangunan tua. Setelahnya meraih keras tangan pemuda itu, membawanya kembali ke soliditas tanah. Berbisik lirih, "Jangan, Lucas."
Dysis terpaku melihat sosok di depannya, pandangan Lucas terlihat kosong ke horizon yang tidak berujung. Rasa bersalah mendominasi, awalnya gadis itu hanya mencoba mendramatisir cerita dan mengingatkan pembaca bahwa kebanyakan orang memilih mengakhiri hidupnya ketika hari perayaan itu karena dunia seakan mengingatkan betapa sendirinya mereka.
Hari pertama cukup melelahkan baginya, Dysis sekuat tenaga meyakinkan supaya bangkit dari keterpurukan, dia juga mengatakan akan membantu Lucas untuk menemukan kebahagiaan. Belum selesai bicara, pemuda itu seenaknya pergi meninggalkan dirinya setelah sebelumnya marah sebab ditolong. Sangat keras kepala dan kekanak-kanakan. Meski demikian, hal itu tidak akan membuatnya menyerah begitu saja, masih ada tiga hari sebelum waktunya habis. Selama itu pula Lucas harus mengekorinya.
YOU ARE READING
CERPEN
Historia CortaKumpulan cerpen dengan berbagai genre. Copyright August © All right resedver Published 13/08/2022 By NajdahKh