🟢Bab 45

397 21 2
                                    

Halo, kembali lagi dengan saya.

Udah kangen Erwin belum?

Btw, udah mulai konflik-konflik. Makin seru gak nih?

Kira-kira ntar tamatnya bab berapa ya?

Yok, langsung baca😉

Hari mulai gelap, Erwin dan Thalita sudah pindah ke tempat lain yang biasa menjadi tempat favorit orang-orang kencan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari mulai gelap, Erwin dan Thalita sudah pindah ke tempat lain yang biasa menjadi tempat favorit orang-orang kencan. Ya, pasar malam.

Thalita kecewa jika mengingat percakapan mereka di mobil ketika dalam perjalanan tadi. Kala itu, Thalita berkata dengan antusias, "Ayo kita jalan-jalan! Ke tempat yang paling seru!"

"Ke mana?" tanya Erwin datar. Pandangannya fokus ke banyaknya kendaraan yang saling menyalip di depan mobil mereka.

Thalita berpikir sejenak, lalu menjawab, "Terserah."

"Hah?" pekik Erwin.

Thalita merapatkan jaketnya karena kedinginan, sembari memiringkan kepalanya serta menyipitkan mata. Dia berpikir keras, tapi hasil yang keluar dari mulutnya hanya, "Hampir semua tempat seru yang aku tahu udah pernah aku datangi."

"Sendiri?" tanya Erwin.

"Enggak," jawab Thalita, dia sepontan berkata, "Dengan Irwan."

Hening. Erwin gelisah mendengar nama Irwan, rasa penyesalannya sulit untuk dijabarkan. Yang pasti, dia berharap waktu sedikit lebih lama jika Irwan masih hidup. Erwin berandai bisa minta maaf dan memperbaiki hubungan mereka. Tapi, kesempatan itu gagal Erwin dapatkan.

Menyadari respon Erwin dan ekspresi cowok itu, Thalita merutuki perkataannya. "Tapi lebih banyak bareng Dona sih."

Erwin tak membalas, masih fokus menyetir dengan ekspresi dingin yang sama.

Thalita menambahkan, "Kamu ingat Dona? Dia yang antar aku ke arena balap kamu malam itu, dan itu tanpa sepengetahuan aku! Gila kan dia?"

Karena tak mendapati respon dari sang lawan bicara, Thalita semakin merasa bersalah. Dia bertanya dengan hati-hati, "Kamu marah?"

Erwin menoleh sejenak sambil tersenyum tipis, lalu menjawab, "Gak marah."

Thalita menghela napas lega. Dia menatap ke luar jendela, melihat papan iklan yang menampilkan video iklan parfum. Thalita kagum dengan kecantikan sang aktris yang menjadi BA produk tersebut.

Thalita tak sengaja melihat sisi lain jalan yang ramai orang juga polisi, berakibat kondisi macet di jalan tersebut. Thalita bersyukur kejadian itu tidak berada di jalurnya.

"Jadi ... ini mau ke mana?" tanya Erwin, membuyarkan lamunan Thalita.

"Terserah kamu, aku ngikut aja," jawab Thalita, acuh.

ISTRI RAHASIA ERWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang