Jeno mengerjap-ngerjapkan kedua matanya dengan perlahan. Kepalanya terasa sangat pusing saat ini. Dan saat ia berhasil membuka kedua matanya, ia langsung di kagetkan dengan kehadiran Mark yang sedari tadi memperhatikannya.
"Apa yang..akh!"
Jeno langsung memekik sakit, saat ia berusaha bangun dari tidurnya. Ia melirik kearah perutnya yang tengah di perban saat ini.
"Apa yang terjadi?"
Tanyanya yang tiba-tiba lupa ingatan."Kau menyelamatkan ku dari penyusup itu"
Ucap Mark sambil mengulurkan air minum untuk Jeno. Jeno menerima air itu lalu meminumnya dengan perlahan."Dimana aku?"
Tanyanya yang mulai sadar jika ia berada di tempat asing."Mansion ku"
Ucap Mark dengan raut wajah datarnya."Ma-Mansion mu?"
Jeno membulatkan kedua matanya lalu menoleh ke sekitar ruangan itu."Astaga, aku berada di sarangnya sekarang"
Gumamnya sambil menepuk jidatnya. Mark menatapnya dengan bingung, namun tidak terlihat jelas."Aku ingin pulang"
Ucap Jeno yang ingin beranjak dari tidurnya. Namun rasa sakit di perutnya kembali menyerangnya."Tetap di sini, sampai kau sembuh"
Ucap Mark. Lalu setelah itu ia pergi meninggalkan Jeno yang masih terbengong di tempatnya."Aku harus apa sekarang!?"
Ucapnya dengan frustasi.Sudah dua hari Jeno di rawat di dalam mansion itu dan tidak pernah keluar dari kamar tidurnya. Selalu ada pelayan yang mengantarkannya makanan dan juga pakaian baru.
Jeno yang baru teringat dengan Yejin memutuskan untuk menghubungi gadis itu. Ia tidak ingin membuat sahabatnya itu khawatir dengannya.
"Hallo"
"Yak! Jung Jeno! Kemana saja kau selama dua hari ini!?"
Teriak Yejin di seberang sana."Astaga kecilkan suara mu, telinga ku sakit"
"Katakan dari mana saja kau!?"
Ucapnya yang masih saja berteriak."Aku sedang ada di rumah boss ku"
"APA!?"
"Yejin.."
"Kenapa kau bisa ada di sana!? Apa kau tidur dengannya!?"
"Jaga bicara mu! Aku terluka. Jadi dia merawatku"
Jeno menoleh kearah pintu kamarnya yang sedikit terbuka. Terlihat seseorang yang tengah berjalan mendekati kamarnya.
"Sudah dulu ya Yejin, nanti ku hubungi lagi"
"Tapi-!"
Sambungan itu diputus sepihak oleh Jeno. Ia langsung membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Dan mengintip dari balik selimutnya.
"Kau sudah makan?"
Itu Mark.
Jeno membuka selimutnya lalu menatap malas kearah Mark.
"Setiap kesini kau selalu menanyakan hal itu"
Mark tidak menjawab.
"Kenapa kau masuk dengan seenaknya ke dalam kamar ku?"
"Kau lupa jika ini rumah ku?"
Jeno menutup mulutnya dengan cepat. Ia terlalu bodoh sampai melupakan kenyataan itu.
"Siapa yang kau hubungi?"
Tanya Mark yang berhasil membuat Jeno membulatkan kedua matanya."Kau menguping?"
Tanyanya menuduh. Namun Mark tidak menghiraukannya."Dia teman ku"
Ucap Jeno."Hanya teman?"
Mark menaikkan sebelah alisnya.Jeno menatap bingung kearahnya.
"Kenapa kau seperti mengintrogasi ku? Dia memang hanya teman ku"Mark mengangguk mengerti.
"Aku akan keluar"
Ucapnya yang kini berjalan kearah meja kecil yang ada di sebelah tempat tidur Jeno."Keluarkan aku dari rumah ini"
Ucap Jeno yang kembali menyelimuti dirinya. Mark menatap kearahnya dengan senyuman tipis di bibirnya."Kau tahanan ku, kau ingat?"
Jeno yang mendengar hal itu langsung mengembungkan pipinya.
Kemarin Mark mengatakan padanya secara terang-terangan jika ia adalah tahanannya. Dan entah untuk alasan apa ia melakukan hal itu!?
Mark menoleh kearah hp Jeno yang masih tergeletak di atas meja itu.
Jeno mengikuti arah pandang Mark lalu menelan ludahnya dengan kasar.
"Kau ingin aku menyita hp mu?"
"Jangan lakukan itu.."
Ucap Jeno sedikit memohon. Mark mendekatinya lalu menyentuh dagu Jeno, memaksanya untuk mendongak menatap kearah wajah tampannya."Maka jangan berulah, kau mengerti?"
Jeno mengangguk pelan.
"Bagus!"
Lalu setelahnya ia pergi meninggalkan ruangan itu. Meninggalkan Jeno dengan wajah penuh dengan kebingungan dan juga ketakutan.
Ia ingin pergi dari rumah ini. Tapi hal itu sangat mustahil mengingat penjagaan rumah ini yang begitu ketat.
VannoWilliamsSuldarta
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Secretary (MarkNo)
Novela JuvenilJeno yang merupakan mantan anggota detektif kepolisian harus rela di keluarkan dari pekerjaannya karena telah menolong seorang anak dari anggota mafia. Namun siapa sangka jika ketua mafia itu malah menjadikan Jeno sebagai sekretarisnya. Story from...