XIV. Gantian mas

104 8 0
                                    

Shalina sudah melakukan pekerjaannya dengan baik, skerang sudah pukul 20.00 berarti sudah saatnya untuk Shalina pulang. Hari ini di kafe tidak ramai seperti kemarin, lebih tepatnya ramai di sore hari bukan di malam hari seperti kemarin.

Shalina bergegas untuk membereskan barang bawaannya, dan ia langsyng menuju tempat dimana motornya parkir.

Shalina hendak keluar, namun ia melihat Romy yang sedang bingung dan kesal. Shalina menghampiri Romy dengan sepeda motornya.

"Ada apa mas? kok kaya bingung gitu?" tanya Shalina

"Iya duh, aku mau pulang. Ibu saya katanya sakit. Tapi ini ban mobil kempes, terus juga ini saya pesen ojek tapi di cancel terus. Kamu mau pulang Lin?" Tanya Romy juga

"Yauda bareng aku aja mas kalo gitu, iya ini aku mau pulang kok" jawab Shalina

"Ah engga deh Lin, kesananya beda arah soalnya" Tolak Romy halus

"Gapapa mas, nanti mas boleh pake motor aku dulu aja. Kemaren kan mas juga udh nolongin aku untuk sampe rumah, ya sekarang itung-itungan gantian lah aku nolong mas" kata Shalina

"Yauda boleh deh kalo kamu maksa hehe" kèkèh Romy "Saya juga pengen tau keadaan Ibu saya bagaimana"

Akhirnya Romy pun menaiki motor Shalina dan Romy yang mengendarai motor itu. Mereka berdua berbincang-bincang seperti biasa.

"Shal untuk bekel makanan yang tadi makasi loh, enak rasanya" kata Romy

"Jadi kamu makan mas?" tanya Shalina

"Ya jadilah, masa udah saya pinta bekel itu gak dimakan sama saya sih" kata Romy

"Kirain formalitas doang supaya tadi pagi saya bisa sarapan bareng" jawab Shalina

"Ya enggaklah, tapi beneran nasi goreng kamu enak banget tau, persis kaya buatan ibu dan nenek saya" kata Romy

"Lebay ah mas, mujinya terlalu berlebihan" kata Shalina

"Saya serius Shal, ngapain juga saya bohong" timpal Romy

"Hehe iya makasi ya mas, udah bilang masakan saya enak" kata Shalina

"Yoi, kapan-kapan boleh ya bagi bekelnya lagi buat saya hehe" kata Romy

"Siap pak boss! nanti kalau aku bawa bekel lagi, aku lebihin deh" kata Shalina

"Saya tunggu loh" kata Romy

"Oh iya mas, saya mau nanya deh. Mas kok tadi tiba-tiba bisa jadi dosen di kelas saya?" tanya Shalina

"Ya enggak tiba-tiba dong, panjang prosesnya" jawab Romy

"Ya iya juga sih, mas tuh bukannya seumuran sama mas Pasha ya?" tanya Shalina

"Engga, saya sama Pasha beda 2 tahun" kata Romy

"Kirain seumuran mas Pasha, soalnya kan kalian bisa kenal akrab gitu" kata Shalina

"Emang Pasha belum cerita tentang saya ya?" tanya Romy

"Belum sih, belum sempet juga kayaknya. Soalnya kan mas Pasha juga belum lama pulang dari Indonesia, terus pas mas Pasha disini, saya kerja. Waktu itu di mall juga saya baru bisa main lagi sama dia. Jadi, yaaa emang belum banyak ngobrol lagi sih" jawab Shalina

"Oh gitu ya pantes aja kalau gitu, saya sama Pasha tuh baru bertemenan ketika kita di Belanda. Kita 1 kampus disana, saat itu Pasha yang baru masuk semester 1 untuk S1nya, dan saya juga Semester 1 untuk S2 saya" jawab Romy "Saya sama Pasha tuh awalnya gak sengaja ketemu di salah satu event acara untuk orang Indonesia gitu, eh gataunya baru ngobrol sebentar kita klop gitu yauda deh jadi selama saya masih disana kemana-kemana sama si bule itu. Awalnya saya kira si Pasha tuh asli Belanda bukan campuran, gataunya dia lebih fasij bahasa Indonesia dibanding Belandanya" ucap Romy

"Ohh gitu ya mas, aku kira juga mas Romy sama mas Pasha tuh emang temenan di Indonesia" timpal Shalina

"Ah enggak, saya ketemu si bule di Belanda" timpal Romy

Saking asiknya mengobrol, sampai tak sadar sudah sampai di rumah Panti. Shalina turun dari motornya

"Shal ini beneran saya gapapa pinjam motor kamu?" tanya Romy

"Gapapa mas, bener deh" kata Shalina

"Yasudah kalau begitu, saya pinjam dulu ya. Besok saya jemput lagi seperti tadi" ucap Romy

"Iya siap mas" kata Shalina

"Kalau gitu saya pamit, Assalamualaikum" ucap Romy sembari meninggalkan halaman rumah tersebut

"Hati-hati mas, Waalaikumsalam" kata Shalina

Setelah kepergian Romy, Shalina melangkahkan kakinya ke rumah untuk beristirahat di kamar tidurnya.

Namun, tanpa Shalina sadar. Ternyata, ada seorang pria lain yang melihat Shalina tengah berboncengan dengan Romy. Pria itu mengintip lewat gordyn di Rumab uatam dengan raut wajah kecewanya.
.
.
.
Don't forget to vote, comment, and follow

SHALINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang