03.Murid Dan Guru

39 2 0
                                    

Les Sore yang Menghangatkan

Langit sore itu berwarna jingga, semburat mentari menembus jendela kelas, menerangi ruangan yang hanya diisi dua orang, Kwon Soonyoung dan Lee Jihoon. Soonyoung, sang guru muda dengan rambut cokelat yang tersisir rapi, sedang memeriksa tugas Jihoon, sementara Jihoon, muridnya yang tampan dan penuh pesona, duduk di depannya dengan gelisah.

Jihoon memperhatikan Soonyoung dengan seksama. Cara Soonyoung mengerutkan dahi saat fokus pada tugasnya, garis halus di bawah matanya yang terbentuk saat dia tersenyum, dan lekuk lehernya yang terlihat saat dia menoleh. Jihoon merasa hatinya berdebar kencang. Sejak pertama kali bertemu, Jihoon sudah diam-diam tertarik pada Soonyoung.

Soonyoung akhirnya selesai memeriksa tugas Jihoon. "Bagus, Jihoon. Kamu semakin pandai mengerjakan soal-soal ini," pujinya dengan senyum hangat.

Jihoon tersipu. "Terima kasih, pak"

Keheningan menyelimuti ruangan sejenak. Jihoon memberanikan diri untuk memecah keheningan. "Pak, bolehkah saya bertanya sesuatu?"

"Tentu saja, Jihoon. Apa yang ingin kamu tanyakan?"

"Bagaimana... bagaimana rasanya menjadi guru?"

Soonyoung tersenyum. "Menjadi guru itu menyenangkan. Saya senang bisa membantu murid-murid saya belajar dan berkembang. Melihat mereka berhasil mencapai tujuan mereka adalah hal yang paling memuaskan."

Jihoon mendengarkan dengan seksama. Dia bisa merasakan ketulusan dalam suara Soonyoung. "Pak... bolehkah saya bertanya satu pertanyaan lagi?"

"Tentu, Jihoon. Apapun itu."

Jihoon menarik napas dalam-dalam. "Bagaimana... bagaimana rasanya disukai oleh muridnya?"

Soonyoung terdiam sejenak, matanya menatap Jihoon dengan intens. Jihoon merasa jantungnya berdebar semakin kencang.

"Itu... itu tergantung situasinya," jawab Soonyoung akhirnya. "Jika muridnya menyukainya dengan cara yang positif dan hormat, tentu saja itu hal yang menyenangkan. Tapi, jika muridnya menyukainya dengan cara yang tidak pantas, itu bisa menjadi masalah."

Jihoon menelan ludah. "Pak... kalau muridnya menyukainya dengan cara yang... yang pantas?"

Soonyoung tersenyum tipis. "Kalau begitu, itu bisa menjadi hal yang indah."

Jihoon merasakan pipinya merona. Dia tidak berani menatap mata Soonyoung lagi.

"Jihoon," panggil Soonyoung dengan lembut. "Sudah waktunya pulang. Jangan lupa kerjakan PRmu."

Jihoon mengangguk pelan. Dia berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah pintu. Sebelum keluar, dia berhenti sejenak dan membalikkan badannya.

"Pak," bisiknya. "Terima kasih atas pelajarannya hari ini."

Soonyoung tersenyum. "Sama-sama, Jihoon."

Jihoon keluar dari kelas dengan perasaan yang campur aduk. Dia senang karena Soonyoung tidak menolak perasaannya, tapi dia juga gugup memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Langit sore itu semakin indah, semburat jingga bercampur dengan warna ungu. Jihoon berjalan pulang dengan hati yang berbunga-bunga. Dia tidak sabar untuk bertemu Soonyoung lagi besok.

Snapshots of Life : SoonHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang