Setelah sampai di depan mansion, Felix buru-buru keluar dari dalam kereta kuda dengan menggendong Evelyn masuk ke dalam mansion. Ia menyuruh salah satu pelayan yang akan lewat untuk segera memanggil dokter keluarga. Walaupun pelayan itu terperangah melihat Felix datang sambil membopong Evelyn, pelayan itu hanya mengangguk tanpa memberi pertanyaan lebih lanjut. Ia segera pergi memanggil dokter, sementara Felix berjalan cepat menuju sebuah kamar.
Para pelayan yang menyaksikan langsung Evelyn digendong oleh Felix memasang ekspresi wajah terkejut, mereka tak menyangka kalau Felix akan melakukan hal sejauh itu untuk Evelyn, pelayan yang baru saja dipecat karena mencuri barang milik majikannya.
Sampai di sebuah kamar, Felix membaringkan tubuh Evelyn di atas ranjang dengan perlahan. Tak lama kemudian kepala pelayan datang dengan tergesa-gesa setelah mendapat laporan dari salah satu pelayan. Felix menyuruhnya untuk mengganti pakaian Evelyn yang basah dengan pakaian kering. Margaret mengangguk kemudian keluar mengambil pakaian untuk Evelyn kenakan.
Setelah Margaret menggati pakaian Evelyn, Felix dan dokter yang sudah menunggu di luar masuk ke dalam dan memeriksa keadaan Evelyn.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Felix dengan raut wajah cemas pada dokter yang baru saja memeriksa Evelyn
"Saat ini demam nona cukup tinggi. Ia pingsan karena kelelahan, tidak ada penyakit yang serius. Saya akan meresepkan obat untuk nona saat ia sudah bangun nantinya" tutur dokter
Setelah memberikan resep obat untuk Evelyn, dokter itu keluar dari kamar. Sedangkan Felix masih setia duduk di tepi ranjang Evelyn.
Felix memegang dahi Evelyn yang terasa sangat panas, ia kemudian mengelus surai hitam gadis itu perlahan seraya memandangnya dengan tatapan sendu.
"Maafkan aku, lagi-lagi aku tak bisa melindungimu" Felix meraih tangan Evelyn dan mencium punggung tangannya, ia menyesal lantaran selalu terlambat dan membiarkan Evelyn menderita sendirian.
***
Evelyn menyapu pandang di sekelilingnya dengan tatapan heran, ia tak melihat benda apapun, hanya kabut putih yang menyelimuti dirinya, dimana sebenarnya ia sekarang.
Ia terus berjalan tak tentu arah untuk mencari jalan keluar dari sana, namun sejauh ia mencari, ia tak menemukan jalan untuk keluar dari tempat asing itu.
Evelyn menyipitkan matanya, didepan sana terlihat dua sosok yang berjalan kearahnya. Awalnya ia tak mengenali kedua orang itu karena kabut yang tebal, tapi setelah kedua orang itu mendekat, baru ia tahu siapa mereka.
Ia terbelalak setelah menyadari kalau kedua orang itu adalah ayah dan ibunya. Tanpa pikir panjang, Evelyn berlari kearah kedua orang itu dan memeluk mereka dengan erat.
"Ibu, ayah aku merindukan kalian" ungkap Evelyn dengan mata berkaca-kaca, ia sangat senang akhirnya bisa bertemu dengan kedua orang tuanya lagi setelah sekian lama
"Kami juga merindukanmu Evelyn" timpal ayahnya dengan suara lembut, ia mengelus pelan puncak kepala Evelyn
Evelyn melepaskan pelukannya, ia menatap bergantian kearah ayah dan ibunya dengan tatapan penuh kerinduan dan kebahagiaan, sekaligus memastikan apakah benar kalau kedua orang dihadapannya ini adalah orang tuanya.
"Evelyn maafkan kami karena telah membuatmu seperti ini, kami menyesal" ibunya menatapnya penuh arti sembari mengusap air mata yang mengalir di pipi Evelyn
"Iya, maafkan kami Evelyn, karena kesalahanku kau jadi hidup menderita seperti ini" ungkap ayahnya, sorot matanya menatap Evelyn dengan penuh penyesalan.
"Andai saja kami jujur padamu dan menceritakan semuanya, pasti tidak akan jadi seperti ini" ungkap ayahnya dengan mata berkaca-kaca.
Evelyn mengernyitkan keningnya "Apa yang sebenarnya kalian maksud?" ia masih tak mengerti mengapa kedua orang tuanya meminta maaf padanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex-Fiance's Obsession
Historical FictionKehidupan Evelyn yang sempurna berubah setelah kematian kedua orang tuanya. Ia harus menjual harta dan kediamannya untuk membayar hutang keluarga. Setelah kehilangan rumahnya, evelyn dan kedua adiknya tinggal disebuah rumah kecil yang ada di pinggir...