"Manusia selalu salah mengambil pilihan."
****
Kim Leo pulang ke rumah. Remaja laki-laki itu melihat senyuman manis kakaknya yang menatap lauk-pauk di meja.
"Kamu sudah pulang. Apa hari ini baik-baik saja?"
Kim Leo terdiam. Kakaknya selalu peduli padanya, bahkan untuk hal-hal kecil, Kim Zayyan selalu menanyakan apa harinya baik, ketika dirinya pulang ke rumah. Meski menurutnya, itu adalah hal yang membosankan. Sangat membosankan.
"Leo-ya. Ayo, duduk. Kita makan." Kim Leo memilih untuk duduk, Meksi remaja itu baru saja pulang.
Kakaknya selalu berusaha untuk memasak masakan yang enak dan tidak itu-itu saja.
"Kak."
"Ya?"
"Apa studio hari ini ramai?" Itu adalah kalimat pertanyaan yang baru pertama kali di tanyakan oleh Kim Leo kepada kakaknya.
"Tentu saja. Kamu tau, studio akhir-akhir ini sangat ramai, karena Zuu membantu mempromosikannya."
Kalimat itu tiba-tiba membuat Kim Leo merasa sedih.
Kakaknya yang melihat kesedihan Leo dari pertama datang itu mengerti apa yang di alami adiknya dan apa yang di tutupi oleh adiknya.
"Leo-ya. Besok kita pergi untuk menjenguk Zuu, 'ya?" ucapan dari Zayyan membuat Kim Leo terkejut.
"Bagaimana kakak bisa tau?"
"Kakak sering pergi ke panti asuhan. Untuk membagikan sedikit uang yang kakak miliki, dan kakak berniat untuk berterima kasih kepada Zuu secara langsung, namun kakak mengetahui apa yang terjadi."
"Zuu pasti kesakitan, 'bukan? Kakak berdoa, agar dia cepat sembuh dan ceria seperti biasanya."
Kim Zayyan memberikan potongan telur di mangkuk Leo.
"Sekarang makanlah. Kamu harus makan, meski harimu tidak menyenangkan." ucap Zayyan.
Kim Leo hanya melihat telur di mangkuknya.
"Kak?
"Ya?"
"Apa yang kakak lakukan ketika merasa bersalah dan juga tidak mendapatkan keadilan? Selama ini kakak selalu mendapatkan pembicaraan buruk, meski begitu kakak selalu nampak baik-baik saja dan kuat." remaja laki-laki itu ingin bertanya kepada kakaknya, bagaimana dirinya harus memilih.
"Leo-ya. Kakak berusaha untuk tidak membenci orang lain dan hanya membenci diri kakak sendiri pada awalnya. Namun, sebenarnya kakak sangat membenci takdir kakak,"
"Kim Leo. Jangan berpikir yang tidak-tidak, 'ya. Kakak selalu berdoa agar takdir dan jalan mu selalu baik. Kamu hanya perlu untuk belajar." Kim Zayyan tidak mengerti apa maksud dari adiknya.
"Ketika mereka mencemooh, Kakak. Mengapa kakak tidak melawan? Bukankah balas dendam itu harus ada?"
Kim Zayyan melihat adiknya yang nampak serius itu.
"Leo-ya. Siapa yang kamu benci, apa kamu ingin balas dendam? Kim Leo. Kamu tau sendiri, kita tidak boleh melakukan itu. Kita tidak boleh membalas kejatahan dengan kejahatan. Jika ingin membalas kamu hanya perlu menjadi orang yang hebat,"
"Kamu tau? Mengapa kakak tidak balas dendam? Ketika banyak ketidakadilan yang kakak dapati? Karena kamu hanya akan terjebak dalam kebencian dan pada akhirnya kamu akan menyesali itu."
"Jadi, Leo. Jangan berpikir untuk balas dendam, sesakit apapun hal yang kamu alami, 'ya?"
"Kakak tidak ingin terjadi hal buruk padamu." ujar Kim Zayyan kepada adik satu-satunya.
Kim Leo hanya diam. Sekarang remaja laki-laki itu hanya perlu memilih, pilihan baik atau buruk yang perlu dirinya pilih.
"Kak aku sudah kenyang. Aku akan pergi mandi lalu tidur." Kim Leo tidak menghabiskan makanannya dan memilih untuk masuk kedalam kamarnya.
Kim Zayyan ingin tau, apa yang di sembunyikan oleh adiknya. Meski begitu, dirinya tidak bisa bertanya dan Kim Leo juga tidak menceritakan tentang masalahnya kepada dirinya.
****
Kim Zayyan dan Leo pergi ke rumah sakit, dimana Zuu di rawat disana.
Keduanya dapat melihat jelas kondisi Zuu.Kim Leo berusaha untuk kuat. Meski hatinya hancur.
Remaja laki-laki itu melihat jelas Zuu berbaring tidak berdaya dengan banyak luka memar di wajahnya dan mungkin di seluruh tubuhnya.Keduanya mendengarkan dari ibu panti asuhan Zuu, yang sedang menceritakan apa yang terjadi.
"Bagaimana hal seperti ini bisa terjadi dengan Zuu? Dia anak yang baik, dia hanya ingin bekerja, untuk membantu kehidupan panti asuhan tempatnya tinggal."
"Namun, sekarang dia berada dalam hidup dan mati. Bukankah itu tidak adil?"
"Zuu tumbuh tanpa mengetahui siapa orang tuanya, namun dia tumbuh dengan begitu ceria. Meski dia hanya hidup di panti asuhan dan harus saling berbagi."
Zayyan berkaca-kaca.
Sedangkan Kim Leo merasa sesak. Remaja laki-laki itu berusaha untuk terlihat kuat. Dirinya ingin segera pergi dari sana.
"Pelakunya harus di hukum dengan adil, 'bukan? Dengan begitu, itu akan setara dengan apa yang di alami oleh Zuu."
Kim Leo memilih untuk keluar. Karena semakin lama, remaja laki-laki itu semakin merasa sakit.
Kim Leo keluar dan berusaha untuk mengambil napas sebanyak-banyaknya. Remaja laki-laki itu mengalami sesak napas.
"Zuu-ah. Maafkan aku."
Kim Leo akhirnya terduduk lemas di bangku rumah sakit.
Perasaannya hancur berantakan."Seharusnya hidupnya tidak berakhir seperti ini." ucap Leo.
Kim Zayyan keluar dan melihat adiknya.
"Leo-ya." Kim Zayyan memilih untuk duduk di samping adiknya.
"Apa kamu baik-baik saja?"
Kim Leo menggeleng, kali ini remaja laki-laki itu ingin jujur, bahwa memang dirinya sedang tidak baik-baik saja.
Remaja laki-laki itu menyukai Zuu, dan ketika bersamanya, pemikiran buruknya tentang ibunya yang tidak peduli kepada dirinya dan kakaknya seketika hilang.
Hanya dengan Zuu, rasa sakitnya berkurang.Bagi Leo, perempuan itu adalah obatnya, ketika melihat obatnya tidak berdaya, Kim Leo juga merasa begitu bersalah, seharusnya dia menjawab panggilan pertama Zuu. Karena itu adalah panggilan dimana Zuu dalam posisi berbahaya.
Namun, faktanya dirinya hanya mengabaikannya.
"Kak, apa kita benar-benar tidak boleh balas dendam? Ini tidak adil, 'bukan?"
"Tidak adil, Kak." Kim Leo memeluk kakaknya dengan erat.
Rasanya begitu sakit.
"Leo-ya. Jangan salahkan diri kamu sendiri, 'ya? Kakak mohon."
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik Berandalan || Leo ft Zayyan
Aksi"Menjadi bodoh dan naif bukan jalanku, ini memalukan dan menyedihkan!"