KJ - 1

40 6 0
                                    

Sebuah kisah kuno menceritakan suatu peristiwa berdarah berupa perang besar yang terjadi karena keserakahan hati manusia. Perselisihan tersebut menyebabkan rakyat menjadi tersiksa dan sengsara hanya karena kerakusan para pemimpin mereka.

Penderitaan rakyat terus berlanjut untuk rentan waktu yang cukup lama. Begitu banyak dari mereka yang terkena dampak hingga menjadi korban dari perang ini. Satu satunya yang dapat mereka lakukan hanya berdoa agar kesengsaraan ini cepat berakhir.

Setiap harinya orang-orang akan berkumpul untuk berdoa dan meminta bantuan pada roh leluhur mereka. Walaupun keadaan tidak berubah secara signifikan mereka tetap yakin bahwa para pendahulu mereka akan menunjukkan jalan keluar dari masalah ini.

Semua orang terus bedoa secara rutin, berharap sebuah perubahan akan terjadi. Sampai suatu hari, dua malaikat turun ke dunia manusia melalui permohonan pada doa mereka. Orang-orang merasa bahagia dan juga takut secara bersamaan, karena penampilan kedua malaikat tersebut yang terkesan berbeda dari sudut pandang orang-orang pada era tersebut.

Mereka mencoba mengabaikan itu karena hanya kedua malaikat itu saja sisa dari puing-puing harapan yang mungkin dapat mengakhiri segala bentuk penderitaan yang melanda mereka dikala itu.

Menurut catatan sejarah umat manusia, kedua malaikat tersebut diberi nama Needlo serta Remiel yang dipercaya pernah turun ke bumi ratusan tahun dahulu dengan alasan yang masih abu-abu kebenarannya.

Kedua malaikat itu tidak mengambil tindakan begitu saja dan lebih memilih untuk membantu para penduduk terlebih dahulu. Needlo lebih condong tidak terlalu banyak bertindak dan lebih memilih mengamati situasi disana.

Sementara Remiel mengambil lebih banyak ruang untuk bertindak, selain itu ia juga mengikat sebuah janji bahwa dirinya pasti akan mengakhiri penderitaan semua orang dengan menghukum mereka yang bersalah secara pantas.

Oleh karena itu kepercayaan semua orang padanya terus bertumbuh. Dibalik perawakannya yang menakutkan, itu semua sudah tidak dipermasalahkan lagi oleh masyarakat disana. Kini Remiel terasa bagaikan cahaya mentari hangat yang menembus gelapnya awan badai pada musim dingin.

Sekian lama berada disana untuk menstabilkan situasi, semuanya kembali berjalan dengan baik. Pada saat itu Remiel memiliki tujuan tersendiri untuk segera mengakhiri perang ini karena setiap harinya ia selalu melihat sekian banyak nyawa melayang, seakan membuat perasaannya bergejolak tanpa henti ketika menyaksikan seluruh jiwa malang tersebut binasa begitu saja.

Ketika waktu telah dirasa tepat, Needlo menyamar sebagai seorang utusan lalu memulai rencana perdamaian dengan cara menawarkan kedua belah pihak untuk berhenti. Di satu sisi raja Alaric menerima perjanjian perdamaian dengan senang hati karena sejak awal tujuannya adalah mempertahankan istana serta rakyatnya.

Sementara raja Mordin menolak mentah-mentah perjanjian perdamaian yang diajukan olehnya serta mengecamnya dengan berbagai hinaan. Namun Needlo sama sekali tidak bergeming dan berharap ia dapat dengan perlahan merubah pola pikir raja Mordin.

Mengetahui rencana tersebut, Remiel tidak setuju dengan cara berfikir Needlo yang berniat mengubah pola pikir manusia serakah yang bahkan tidak ada apa apanya bagi mereka. Ia berfikir tidak akan ada yang peduli jikalaupun raja Mordin mati ditangannya saat itu juga.

Kini Remiel condong lebih berpihak pada seluruh rakyat raja Alaric dan tidak lagi menjadi netral seperti sebelumnya. Needlo memperhatikan perubahan sikap Remiel lalu menanyakan alasan mengapa ia menjadi berbeda, namun jawaban yang diberikan olehnya hanya menambah perselisihan diantara mereka.

Remiel mengutarakan pendapatnya mengenai keserakahan raja Mordin dan juga mengatakan bahwa Needlo tidak perlu membuang waktu untuk memanusiakan manusia sepertinya. Mendengar hal itu Needlo menyinggung kejadian ratusan tahun dahulu, seketika membuat Remiel menutup mulutnya.

Karmatic Judgement [KJ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang