Group chat Tim Shadow.
Renner Angkasa
Update terakhir besok ya, sebelum gue berangkat buat misi penting.
Jam 9 pagi di Bintang.⏳⏳⏳
09.03
BintangKeesokan harinya, Tim Shadow telah berkumpul di sebuah tempat bernama Bintang, markas mereka yang lokasinya hanya diketahui mereka dan Pak Dewa. Renner memasuki ruangan meeting dan tanpa basa-basi langsung memulai rapat mereka.
"Pagi, geng. Yok, langsung update masing-masing." ujar Renner.
Paul membuka dengan penjelasan singkat mengenai keadaan lapangan, "Sekarang lagi musim kemarau, jadi harusnya aman dan nggak hujan pas hari H. Rencananya nanti, jam 16:00 gue sama Danil udah bakal stand-by di rumah target."
"Gue udah dapet detail object-nya, Bang. Nanti gambarnya gue kirim ke HP lo." gantian Syarla menjelaskan.
"Gue juga udah berhasil masuk ke sistem mereka, Bang. Data yang lo perlu udah ada." ucap Iqbal.
Renner mengangguk, kemudian menoleh ke Danil yang daritadi masih terdiam. Danil tampak kurang suka dengan misi mereka kali ini.
"Gue udah confirm lokasi buat lo besok, ada back-up juga kalo lo perlu. Tapi gue nggak suka deh, bohong-bohong gini." keluh Danil.
"Ini terakhir kok, Nil. Lagian, kalo gue gagal besok, ya batal juga rencana kita buat Hari H." jawab Renner yang disertai tatapan tajam dari seluruh anggota timnya.
"Idih. Kalo udah ngerepotin setim, dan besok lo gagal, meding gue aja sih yang mimpin tim ini." samber Iqbal, kembali dengan mulutnya yang asal. Paul lalu menjitaknya, ia pun meringis.
Sementara Renner tidak protes. Iqbal benar, mungkin ia tak pantas jadi ketua Tim Shadow kalau misinya besok tak sukses.
"Besok flight jam berapa? Dua hari aja disana kan?" tanya Paul.
"Jam 9 pagi. Iya. Sehari recon*, sehari misi, hari berikutnya pulang. Doain gue, ya." jawab Renner, "Dan, sampe ketemu tar malem di rumah." tutup Renner, timnya pun mengangguk.
⏳⏳⏳
19.22
Rumah RennerSabila tiba di rumah Renner lebih dulu dari yang punya rumah. Hanya ada Syarla dan Paul yang telah sampai beberapa menit sebelum Sabila.
"Hai, Kakak....apa kabar?" sapa Syarla hangat, memeluknya.
"Baik kok.." jawab Sabila, membalas dekapan itu lalu duduk di sofa.
"Yakin?" tanya Paul, "Lo sama Renner beneran udah nggak apa-apa?"
Sabila menghela nafasnya. Beberapa minggu ke belakang memang agak berat. Sam pergi dengan tiba-tiba dan cara yang tak terduga pula. Dan Renner cukup kesulitan menerima kematian sahabatnya itu.
"Yah, gue sih nggak apa-apa. Renner...masih pelan-pelan." jawab Sabila.
"Tapi kalo di kantor dia oke aja sih. Profesional, mungkin." ucap Paul, berusaha menghibur Sabila.
"Menurutku kalo Renner dikasih kerjaan lebih banyak, malah dia bisa lebih baik. Karena yang bantu aku banget, fokus kerjaan di IGD. Tapi kan Pak Dewa lagi nggak ngasih kerjaan ya? Terus kerjaan sama Bareskrim lagi slow juga akhir-akhir ini." keluh Sabila.
"Cuma akhirnya besok dia dikasih tugas ke Malang. Syukur deh, biar sibuk dikit." lanjutnya.
Paul dan Syarla saling tatap. Oh, pamit ke Malang. Nggak terlalu salah, sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tim Shadow dan Perintilannya
General FictionOne-shots. Cerita pendek seputar Tim Shadow, Renner, dan Sabila. Sekuel dan prekuel dari "Two Worlds Colliding". Nggak urut.