"Hey pemuda bertahi lalat di dagu, apa sih yang sebenarnya loe lihat?" Si pemuda yang berada pada kasur sebelah terheran melihat rekan satu kamarnya yang selalu menengok keluar kamar setiap pagi
"....." hening!! Si pemuda bertahi lalat di dagu itu seolah tak menghiraukan ke-kepoan si rekannya yang telah satu bulan satu kamar dengannya, yaitu ruangan cemara no 5 Rumah Sakit Cipta Utama. Mungkin ia terlalu asik melihat pemandangan yang ada di balik jendela
"Hayolah Biet, ceritain sama gue apa yang lagi loe lihat disana dan apakah ada sesuatu yang baru dibalik jendela sana?" Bujuknya. Ya ternyata selama satu bulan mereka berada pada satu ruangan yang sama,mereka sering berbagi cerita. Setiap hari si pemuda bertahi lalat di dagu itu -sebut saja Obiet- selalu menceritakan apa yang ia lihat dibalik jendela pada si pemuda yang kini sedang melawan penyakit kanker tulang pada kakinya, Rio.
Obiet merapikan posisinya seperti semula. Ia tersenyum, menatap langit-langit kamar yang harum obat-obatan.Sedangkan Rio yang sedari tadi berbaring mulai menunjukkan wajah penuh harapnya sambil menolehkan pandangannya pada Obiet yang kini kembali memandang keluar jendela. Tentunya kedua pemuda itu berada dalam kondisi berbaring.
"Ada tiga buah bebek di dalam kolam. Mereka terlihat sangat bahagia" Kini Obiet mulai berkata kemudian menceritakan apa yang ada dibalik jendela kamarnya tanpa menoleh kearah Rio, seperi biasanya.
"Loh? Bukannya kemarin loe bilang sama gue kalau bebeknya ada dua?" Rio heran. Memang, kemarin Obiet bercerita bahwa ada 2 bebek sedang berenang di kolam, kupu-kupu yang beterbangan mengitari bunga, dan masih banyak keindahan lain yang tentunya ciptaan TUHAN YME.
"Loe inget kan beberapa waktu lalu gue sempet cerita kalau ada salahsatu bebek yang terlihat lebih besar?"Obiet masih asik dengan yang berada diluar jendela
"Jadi maksud loe?"
"Ya itu anak bebek" Obiet berhasil membaca pikiran Rio. Kemudian Rio terkekeh.
"Ingin rasanya gue ngelihat apa yang seriing loe lihat diluar sana. Tapi sayangnya kaki kanan gue baru aja di amputasi jadi gue gak bisa berjalan kearah loe untuk mengintip keluar jendela. Dan ironisnya, kalau kali ini gue gak bisa melawan penyakit ini gue harus kehiangan kaki kiri gue" nada bicaranya melemah tatkala megucapkan kalimat terakhir yang terlontar dari mulutnya
"Loe bisa kok melawan penyakit loe. Asal loe yakin dengan kekuasaan TUHAN YME" Untuk pertama kalinya ia menolehkan pandangan pada Rio.Namun ada sau hal ganjil yang didapat Rio dari tatapan itu.
***
Keesokan harinya ....
Rio tersenyum kearah kasur tempat rekannya terbaring yang kini sudah terlihat rapi tak berpenghuni. Obiet telah pulang,pulang ke rumah yang sesungguhnya. Tepatnya pukul 01.00 WIB malam tadi Obiet menghembuskan nafas terakhirrnya karena gagal melawan penyakitnya yang memang sangat langka dan tak jarang orang yang berakhir karena penyakit tersebut.
"Suster tolong bawa aku menuju jendela!!!" Suster mematuhi keinginan Rio, kemudian membantunya untuk duduk pada kursi roda hingga akhirnya kini ia berada di tempat yang tak jauh dari kasur tempat Obiet berbaring.
Rio heran. Ia begitu heran atas apa yang dilihatnya dibalik jendela.
"Mana bebek? Mana kolam? Kupu-kupu dan semua keindahan yang sering diceritakan oleh Obiet?"
"Tidak ada kolam disana, tidak ada kupu-kupu dan yang lainnya" Jelas suster yang berada disamping Rio
"Tapi Obiet banyak bercerita mengenai sema keindahan yang berada disana" Rio menunjuk keluar jendela yang mana disitu hanya ada sebuah tembok pembatas saja
'Hmmm....kamu bodoh Yo!!!"
"Maksud suster?" Rio menolehkan pandangannya pada suster yang kini menatap lurus keluar jendela
"Obiet buta..." Jelas suster yang berhasil membuat Rio membisu
Pada dasarnya semua yang diceritakan Obiet merupakan rekayasa semata. Ia hanya ingin memberikan sebuah SEMANGAT untuk rekannya yang sedang terpuruk karena kehilangan kaki kanannya. Dengan kata-katanya Obiet berhasil membangkitkan semangat Rio untuk tetap bertahan dan berusaha melihat keindahan semu itu.
YOU ARE READING
Keindahan Semu di balik Jendela Rumah Sakit
Short StoryKisah dua pejuang hebat (Obiet dan Rio) yang terbaring diatas kasur rumah sakit untuk mempertahankan hidupnya.