Ini cerita pertama aku. Jadi no bully yeah?
Happy reading, guys!^^*
"Woi, Felly! Ngantin yokk!" suara cempreng perempuan ini menggema ke sela-sela kelas X-IPA-2.
"Lo gila apa? Ini masih jam pelajaran, dhe!" jawab Fellya dengan tenang.
Sahabat Fellya yang bernama Dhea ini langsung duduk di sebelah Fellya yang menatap kosong ke depan.
"Hah, lo takut ngelanggar aturan? Sekali-kali, Fel. Lagian juga kalo kita diatur terus gini yah pastinya kita gak—"
"Huhh, dieman dulu kenapa, sih? Mulut lo nyerocos terus." Dhea terdiam.
Dua perempuan ini baru saja dari laboratorium komputer. Mereka sudah menyelesaikan tugasnya dengan secepat kilat, beda dengan yang lain. Kemampuan Fellya dalam bidang teknologi memang tak di ragukan lagi. Dhea? Dia tak sepintar Fellya, sebenarnya dia mencontek punya Fellya tadi. Karna kecepatan mereka menyelesaikannya, mereka diperbolehkan ke kelas dahulu.
"Terus kita mau gimana, nih? Gak mungkin kita duduk-duduk aja dikelas kek gini, bosen tau gak." ujar Dhea malas.
"Kita kecepetan ngumpulnya, kalo di lambatin dikit pasti kita udah main sama komputer tadi."
"Ahh, untuk orang pinter kayak kita ini memang wajar begini."
"Wait, lo bilang kita? Gue aja kali, lo engga."
"Gini-gini gue pinter juga, Fel."
"Iya, pinter nyontek." Dhea nyengir. "Ahh, yaudah yuk ke kantin. Males gue."
"Tuh kan. Gue bilang apa, enakkan ngantin." Dhea tersenyum menang.
Mereka berjalan ke kantin. Melewati kelas-kelas yang sedang belajar dengan giat. Ekspresi mereka sangat serius dan kewalahan. Fellya tersenyum tipis.
Mereka duduk di kursi kantin dekat lapangan basket, lalu memesan beberapa makanan. Di kantin, banyak kakak kelas yang mungkin sedang bolos pelajaran juga.
Hah, baju mereka dikeluarin, dasi dikendorin, mirip berandal aja. Tapi cool juga, sih. Gumam Fellya
"Lo suka gaya mereka?" ujar Dhea cepat.
"Ha..ah? Mereka a-apaan?" Fellya gelagapan.
"Itu, mereka." Dhea menunjuk kakak kelas yang sedang duduk sembarang di atas meja kantin.
"Hm. Emang kenapa?"
"Lo suka gaya mereka, kan?"
"Lumayan."
Dhea mengeriyitkan dahi sambil menatap Fellya yang tenang dengan tajam, lalu hening. Tak ada yang dari mereka ingin membuka topik baru yang lebih menarik. Mungkin makanan yang didepan mereka lebih menarik.
"Coba gue populer, pasti kakak kelas itu bakalan suka sama gue" ceplos Fellya.
Cepat-cepat, Fellya menggeleng-geleng. Menutup mulut yang asal bilang isi hatinya itu. Dhea terbengong-bengong melihat Fellya yang 'jarang' jujur itu.
"Gak gak. Gue salah ngomong, Dhe." jawab Fellya risih. Masih dengan posisi menutup mulutnya.
"Lo tadi bicara dalem hati, kan? Eh tiba-tiba lo bilang gitu gara-gara salah fokus" Dhea menatap Fellya malas.
"Yee, kalo populer gue juga mau lah, Fel. Apalagi kalo jadi most wanted sekolah. Cihh, pengen banget tau gak dipuji-puji. Yah, apadaya muka kita yang pas-pas'an ini." lanjutnya.
"Gue setuju sama lo. Tapi sih, kalo populer juga gak bakalan ngandali muka doang. Tuh, siapa sih nama nya, emmm, ah! Shella tuh kan muka nya biasa aja. Tapi karna bonyok nya kaya raya dia populer, kan? Beda dengan kita yang kalangan masyarakat biasa aja."
Dhea mangut-mangut. "Hmm, tau lah orang sekarang. Coba yang pinter-pinter itu populer gak? Enggak kan. Yah palingan kalo hari biasa mereka biasa aja kayak kita, tapi pas ulangan wahh, semua orang deketin terus yang pinter-pinter. Aneh gue." Fellya mengangguk setuju.
Fellya menyisir tatapan nya ke lapangan basket. Segerombolan anak sepuluh sedang berolahraga disana, Fellya menatap gerak-gerik mereka. Fellya mendengus kesal.
Hah, kapan gue bisa dianggap ada di sekolah ini?
———————————————————
A/N: iseng nih buat cerbung. Ini cerita pertama sih. Jadi maafkan jika ada kesalahan dan typo dimana-mana. Aku tau ini pendek, anggap saja prolog. Vomments kalian ditunggu dan itu sangat berharga! Don't bully yeah? Thx u readerss!

KAMU SEDANG MEMBACA
Fellya
Подростковая литератураFellya Nanda Reysta. Cewek biasa dari sekolah biasa. Ingin sekali menjadi populer disekolahnya, tapi come on, this is a dream! Hah, baru saja ingin bermimpi populer, ia juga baru saja melihat cogan yang menjadi most wanted sekolah itu, tentu saja di...