Bab 8. All in

102 21 5
                                    


****

"Harus banget nih berhenti disini?"

Song Kang menghentikan mobilnya, jarak ia berhenti dengan gerbang sekolah masih sekitar 100 meter namun Dahyun menyuruhnya untuk berhenti saja

"Iya, Om. Aku ngga mau nanti siswa lain pada heboh kalau aku berangkat sama Om"

"Emang kenapa?"

Dahyun menghela nafas panjang seraya menguatkan tangannya agar tidak menonjok wajah Song Kang. Muka polos Song Kang yang seperti tak tahu apa-apa itu sangat membuatnya geram ditambah dengan bibirnya yang maju beberapa senti.

"Om kenapa sih, mukanya gitu banget. Ngeselin ih" Dahyun melengos, memilih melihat siswa yang masuk ke lingkup sekolah.

"Kamu tuh kenapa? Udah diijinin buat ngga masuk sekolah tapi tetep kekeh sekolah. Padahal kamu kan masih pengantin baru harusnya kita habiskan waktu berdua bukan justru sibuk sendiri"

Dahyun langsung menoleh cepat, "Om yakin ngomong gitu?"

Songkang mengangguk. "Kita kan udah suami istri harusnya kita lebih dekat kan? Harusnya waktu-waktu kaya gini bisa buat kita dekat lho biar tau satu sama lain"

"Curiga, om jangan-jangan udah suka aku dari lama ya? Makanya sekarang ngebet banget"

"Enggaklah. Saya tuh cuma ingin menjalani takdir yang ada. Mau saya mengelak sekalipun kamu itu sudah jadi istri sah saya dan saya ngga akan ngelepasin kamu gitu aja. Justru saya akan buat kamu jatuh cinta sama saya"

Dahyun tertegun, bohong jika dia tidak merasakan desiran-desiran didalam dirinya. Ia manusia, ia seorang perempuan yang mudah lemah dengan kata-kata romantis seperti wanita pada umumnya.

"Tapi kalau aku punya niatan buat cerai gimana?"

"Ngga bolehlah, cerai itu dilarang agama"

"Tapi kalau ngga cocok gimana om"

"Ya dicocokim jangan buat semuanya sulit. Jadi mulai sekarang kamu harus terbiasa dengan sikap saya"

Dahyun mengerucutkan bibirnya. Ternyata berbicara dengan Song Kang membutuhkan energi yang ekstra juga.

"Terserahlah, aku mau masuk dulu"

Song Kang menjulurkan tangannya membuat Dahyun yang melepas seatbelt nya jadi menoleh dengan wajah bingung.

"Apa? Minta uang"

"Salim, kamu harus salim sama saya"

Setelah beberapa detik mengernyitkan keningnya, Dahyun akhirnya menarik tangan Song Kang dan menempelkannya di kening.

"Udah, ada lagi?"

Song Kang menipiskan bibir, mencoba menyembunyikan salah tingkahnya.

"Udah. Oh ya uang jajan kamu udah saya taruh di tas kamu tadi. Kalau kurang kabarin aja"

Dahyun melongo segera ia membuka tasnya dan benar di sana ada beberapa lembar uang berwarna merah.

"Ini beneran? Ini banyak banget om"

Uang yang diberikan Song Kang memang banyak bahkan bisa dibilang melebihi uang sakunya dalam satu minggu.

"Buat sebulan apa gimana?"

"Buat sehari, besok saya kasih uang saku lagi. Kamu udah tanggung jawab saya kalau ada keperluan apapun kamu bilang saja sama saya"

Boleh ngga sih Dahyun baper, boleh tidak jika Dahyun terkesima dengan kedewasaan Song Kang. Sebenarnya sah saja tapi entah kenapa Dahyun masih saja membatasi hatinya, perpisahan kemarin bukan hal mudah untuknya dan membuka hati untuk orang kembali rasanya juga masih sulit. Masih banyak kekhawatiran dan juga takut didalam diri Dahyun untuk membangun sebuah hubungan kembali.

Let's falling loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang