Buaian musik klasik mengiringi megahnya pesta besar yang diselenggarakan di manor mewah untuk merayakan jabatan baru sang kepala keluarga trah Balderic.
Riuhnya perbincangan serta tawa-tawa ringan terdengar begitu menyenangkan namun tidak untuk bocah laki-laki dengan setelan jas putih yang berdiri didekat tangga. Ia menatap liar diantara kerumunan orang-orang penting tersebut.
“jangan hanya diam.” ucap seseorang membuat bocah laki-laki itu tersentak. Ia menengok kebelakang dan melihat sang kakek berdiri menatap datar padanya.
“sapa para tamu, tunjukkan sikap baik dan manismu didepan mereka. Jangan hanya berdiri seperti anak bodoh, aku tidak suka.” tegas Hendri pada cucunya.
“maaf kakek.” kata Chai menunduk kecil lalu berjalan ke tengah-tengah pesta dengan nafasnya yang terasa begitu berat sebab ini pertama kalinya dia bergabung diacara besar.
“selamat malam paman.” sapa Chai pada seseorang dan beberapa orang disekitarnya nampak memperhatikan. “perkenalkan saya Earl Chai Balderic, cucu kedua kakek Hendri. Terimakasih atas waktu luang anda menghadiri pesta sederhana ini.” ujar Chai sopan dan semua nampak menatapnya dengan sorot kagum.
“oh tuhan… kau begitu tampan nak, tata kramamu begitu mengesankan.” puji seorang wanita didekat Chai.
“sungguh sebuah kehormatan mendapat pujian dari anda, nyonya Galvin.” ucap Chai yang telah menghafal semua orang-orang penting yang berhubungan dengan keluarganya.
“oh astaga… kau tau aku?”
“tentu nyonya, bagaimana aku tidak mengenal wanita hebat yang barusaja menjabat sebagai duta pariwisata dan tuan Galvin sendiri menjabat sebagai menteri keuangan.”
“ya Tuhan… kau putra tuan Briano, bukan?” Chai mengangguk tersenyum.
“hai anak manis…” sapa seorang pria yang baru datang.
“selamat malam tuan Eliot, senang dapat berjumpa dengan anda malam ini.” balas Chai ramah.
“kita tidak pernah bertemu tapi kau tau namaku?”
“bahkan saya juga tau anda barusaja mendirikan pabrik kain yang cukup besar tuan.” jelas Chai dengan nada lembut.
“hahahaha itu bukan apa-apa nak…”
Semua orang nampak begitu tertarik pada Chai kecil sebab ia hafal dengan nama serta kelebihan para tamunya, membuat mereka-mereka yang haus pujian seakan dibuai tinggi dengan kalimat-kalimat indah dari Chai kecil.
"maaf tuan dan nyonya, saya pamit toilet lebih dulu." pamit Chai sopan dan semua mengangguk.
Bocah laki-laki itu segera menjauh dari kerumunan dan mengamati sekitar, ia segera berjalan cepat menuju toilet saat melihat kakek, paman dan ayahnya sedang berbincang dengan seseorang.
Chai memasuki toilet dan segera mencuci wajahnya lalu menatap dirinya di pantulan cermin besar, entah mengapa ia merasa tubuhnya sedikit kurang nyaman dan nafasnya memburu perlahan padahal sebelumnya ia tidak merasakan apapun.
Chai keluar dari toilet dengan wajah yang mulai pucat menuju taman belakang untuk menghindari keramaian yang membuatnya lelah.
“anda ingin kemana tuan muda?” tanya Anna saat tuan mudanya menjauh dari area pesta. Chai berbalik tubuh lalu meletakkan telunjuknya di depan bibir.
“aku ingin mencari angin, didalam terlalu sesak.” ucap Chai lalu mempercepat langkahnya dan duduk di kursi panjang area taman belakang.
Chai membuka dua kancing kemejanya saat merasa semakin panas dan sesak namun dia tidak tau apa yang terjadi dengan tubuhnya.
“hai boleh bergabung?” ucap seorang gadis dan Chai mengangguk.
“kenapa kau disini? Apa kau tidak suka pesta sepertiku?” tanya gadis itu.
“panas.” singkat Chai.
“ya benar, di dalam memang sangat panas.” balas gadis itu.
Gadis cantik itu mengendus pelan saat mencium aroma feromon yang begitu manis dan ia menatap Chai saat yakin aroma itu berasal dari orang disampingnya.
“kau heat? Cepat cari maidmu agar dia mengurusmu. Maidku selalu mengurusku saat aku Rut___”
Ucapan gadis itu terhenti tatkala Chai tiba-tiba menerjangnya lalu melumat bibirnya. Gadis cantik itu nampak memberontak namun ia belum dapat mengendikan feromon alphanya membuat Chai semakin kuat menempel padanya.
“Chai..!!!!” bentak Hendri memisahkan Chai dari gadis itu.
“kau tidak apa-apa nak...?” tanya seorang pria.
“ayah hiks… aku tidak melakukan apapun, dia yang tiba-tiba menyerangku ayah, aku takut ayah.” adunya menangis terisak.
“Theo aku mohon maafkan putraku.” ucap Briano.
“PENGGAL DIA…!!!” teriak Hendri begitu memekakkan telinga.
“bawa dia ke pavilliun Anna.” titah Briano dan Anna segera membawa Chai ke Pavilliun.
“JANGAN BERANI-BERANINYA KAU MEMBAWANYA...!!!” peringat Hendri pada Anna.
“pergilah.” sambung Robin dan Anna segera memapah Chai yang nampak berantakan.
“tuan muda kau tidak apa-apa?” tanya Anna membuka pintu pavilliun.
“Anna tubuhku sangat panas. Ada apa ini?”
“mohon tahan sebentar tuan muda.” ucap Anna membawa Chai menuju kamar dilantai dua.
Anna merebahkan Chai diatas ranjang, melepas seluruh pakaiannya dan hanya menyisakan kaos tipis serta boxer. Ia selimuti tuannya lalu keluar dari kamar sedangkan Chai nampak begitu tersiksa dengan gejolak yang dirasakan.
FLASHBACK OFF
"dan setelah itu aku benar-benar tidak diizinkan keluar dari pavilliun bahkan menyentuh pintu utama pavilliun saja sebuah larangan keras untukku." ucap Chai tersenyum tipis.
"apa salahnya menjadi omega?" tanya Axel penasaran.
"trah yang ku sandang sangat mengagung-agungkan alpha dan mewajibkan keturunannya harus seorang alpha. Bahkan hal itu dicatat dalam peraturan buku besar trah Balderic, jika keturunannya seorang omega maka dia harus di bunuh karena itu termasuk aib bagi keluarga."
"apa otak nenek moyangmu sakit? Aku tidak percaya ada peraturan semacam itu." ujar Axel dan Chai terkekeh.
"apa itu alasanmu kabur?""bisa dikatakan iya, bisa juga tidak." Axel mengerutkan alis mendengar penjelasan Chai.
"sebenarnya aku tidak terlalu masalah dikurung di pavilliun meskipun hal itu membuatku rindu udara luar. Tapi alasan besarku karena aku di jodohkan dengan seorang alpha dan itu yang membuatku merasa kebebasanku benar-benar di renggut paksa.""dan kau memilih kabur, berkeliaran ditengah hutan belantara lalu hidup susah denganku?"
"tapi itu membuatku jauh lebih bahagia, aku bisa melakukan apapun yang aku mau sejak dulu dan kau selalu mengizinkannya." ungkap Chai dan Axel terkekeh.
"kemarilah manis... Kau telah melewati hari-hari yang berat dan biarkan aku memelukmu." ucap Axel merentangkan tangan dan Chai terkekeh lalu menghambur ke pelukan Axel.
"ucapanmu seperti nenek Galia." celetuk Chai dan Axel terbahak lantang lalu mengecup puncak kepala Chai beberapa kali.
"berjanjilah ini yang terakhir kalinya kau menangis." ucap Axel dan Chai mengangguk.
"asal denganmu aku tidak akan menangis lagi." jawab Chai dan keduanya tersenyum.
~¤¤~
TERIMAKASIH😍JANGAN LUPA VOTE & KOMEN💛
SEE YOU NEXT CHAPTER🐣
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY || JOONGDUNK🔞
FanfictionSeorang putra bangsawan di kucilkan di sebuah paviliun area belakang mansion sejak dia berusia 12 tahun karna insiden yang tak di sangka. Sang ayah memberi kabar tuan muda akan di jodohkan dengan putri seorang bangsawan yang lebih tinggi derajatnya...