01 :: Joshua Dananta

43 8 0
                                    

— 💐 ▪︎ 💐 —

Disuruh pulang ke rumah menjadi hal yang tidak biasa bagi seorang Mahasiswa yang tinggal jauh dari rumah seperti Joshua Dananta. Joshua atau sering dipanggil Jo, terus memikirkan beberapa kemungkinan mengapa ia disuruh pulang dari awal ia di perjalanan sampai kini berhadapan dengan mamanya.

Jo memang jarang disuruh pulang, kecuali ada hal penting yang harus dibicarakan. Lagian Jo juga tidak tertarik untuk terus pulang, mengingat jarak rumah dari kampus itu sangat jauh, maka dari itu ia memutuskan tinggal di kosan.

Asik berkutat dengan pikiran sendiri sampai bosan, Jo akhirnya menatap sang mama yang ternyata malah asik memainkan ponselnya. Ia menghela nafas. "Mama mau ngomong apa sih?"

Mama Jo mengerjap sadar, ia tertawa kecil. "Gak apa-apa, mama cuma kangen sama kamu."

Jo menyipitkan matanya, "Gak mungkin."

Mama Jo tertawa lagi, ia kini menyimpan ponselnya dan menatap Jo dengan serius. "Jo, kamu betah tinggal di kosan?"

Pertanyaan yang aneh membuat atensi Jo kini terfokus pada sang mama. Selama ia tinggal di luar, Jo tak pernah diberi pertanyaan seperti ini dari mamanya.

"Jo?"

Jo mengerjap kemudian berdehem canggung, "Betah-betah aja sih ma, kenapa emangnya?"

Sudut bibir sang Mama naik sebelah, ia menatap Jo dengan tatapan yang terlihat senang. Jo menelan ludahnya kasar, pikiran-pikiran negatif tiba-tiba memenuhi kepalanya. Jo tidak bisa berpikir jernih tentang rencana Mamanya sekarang.




"Kamu pindah rumah ya?"



"Hah?! Aku diusir?!"



— 💐 ▪︎ 💐 —


Malik tak berhenti tertawa saat ia melihat Jo membereskan barang-barang di kosnya dengan raut yang kusut. Bahkan tak segan laki-laki itu sedikit mebantingkan bajunya kasar ke koper.

"Lo beneran diusir dari rumah?"tanya Malik sedikit mengejek.

Jo mendengus, "Berisik lo, mending bantuin gue beres-beres."

Jangan salah paham, Jo tidak diusir kok-- ya.. Mungkin. Katanya sih, Mama Jo sudah membeli kembali rumah yang dulu mereka tempati saat Jo masih kecil. Rumah itu sebelumnya dibeli oleh kerabatnya, tapi sekarang dibeli lagi oleh keluarga Jo. Entah apa tujuan mamanya mengasingkan, tidak, kata mengasingkan rasanya terlalu kejam, menyuruh Jo pindah ke rumah itu.

Mamanya hanya bilang, sayang jika rumah itu tak ditempati, kerabatnya sudah pindah. Meski Jo tahu sebenarnya rumah itu bisa saja dijual kepada orang lain, tapi Jo hanya manut saja apa kata Mama, daripada ia jadi anak durhaka.

Oke, kembali pada masalah Jo sekarang.

Mengemas barang-barang bukanlah hal yang mudah, apalagi barang Jo di kosan ini sudah terlampau banyak. Jo tak tahu kalau akhirnya ia akan pindah, tahu begini Jo tak membawa banyak barang dari rumah.

Malik masih berdiri di ambang pintu, menonton kegiatan Jo sambil terus cekikikan karena tadi temannya itu bilang kalau dia diusir dari rumah. Tentu sebagai teman sejati, Malik akan menertawakannya daripada membantunya.

"Btw, nanti lo pindah ke mana Jo?"

"Ke rumah lama gue,"sahut Jo yang sedang melipat bajunya.

Three Ways to Fallin LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang