Decakan kecil keluar dari mulut sang pemuda yang sedari tadi memutar otak untuk pergi dari desa kumuh tersebut, Langkah demi Langkah ia ayuhkan berusaha menerobos kawanan bandit yang mencoba menghadangnya, suara teriakan para bandit mengacaukan suasana, debu mengepul membuat kotor seisi ruangan yang remang, menghalangi indra penglihatan. Reruntuhan debu rontok melayang layang bercampur dengan udara, pasokan udara yang masuk sangatlah sedikit karena kurangnya udara yang tersisa pada ruangan tersebut.
Nafas pemuda itu tersengal, ia mencoba menghirup sebanyak mungkin udara yang masih tersisa, rasa sesak sangat ia rasakan setelah berlarian secepat mungkin menghindari kejaran para bandit yang berusaha memperolehnya. Pemuda itu tetap berupaya berlari sembari menggendong seorang gadis kecil yang menangis sekian lamanya setelah berhasil ia selamatkan dari tawanan para bandit kelas bawah yang hampir melecehkannya. Langkah demi Langkah yang tersisa berhenti setelah pemuda itu berhasil menemukan tempat yang dapat dirinya gunakan untuk bersembunyi sesaat, ruangan remang'' itu lengang hingga suara tarikan nafaspun terdengar begitu jelas.
Pemuda itu mendekap gadis kecil itu, mencoba menenangkan, sesenggukan gadis itu memeluk erat lingga, tubuhnya masih bergetar hebat, padahal sudah beberapa menit yang lalu kejadian itu telah dirinya lewati.
''sudah jangan nangis, dikit lagi kita bisa keluar dari sini, sementara kita diam disini dulu tunggu keadaan sedikit tenang kita lari ya'' ucap , lingga menenangkan, gadis itu mendongakkan kepalanya mendapati lingga yang ikut balik menatap dirinya, ada guratan cemas pada ukiran wajah lelaki itu, namun sangat mudah ditutupi dengan senyum tipis yang tercetak di bibir lengkungnya, gadis itu ikut balik tersenyum tipis, memaksa menenangkan dirinya, meskipun ketakutan masih meraung di hatinya.
Saat itu Lingga tidak sengaja melihat kejadian tersebut ketika ia melewati markas milik bandit yang terkenal keras di pemukimannya hanya untuk mengejar anjing kecil milik paman yang terlepas. Lingga gelabakan ketika anjing itu berlari dengan sengit menuju tempat berbahaya tersebut, pemuda itu tidak dapat membayangkan lagi bagaimana nasibnya berhadapan dengan sekelompok orang-orang yang bisa dikatakan berbahaya tersebut, namun ia lebih memikirkan bagaimana dengan amukan pamannya apabila anjing tersebut tidak lekas ia temukan. Langkah kaki pemuda itu terhenti pada jarak 1 kilometer kala ia mendapati kejadian tidak senonoh yang terjadi tidak jauh dari hadapannya, seorang gadis kecil berusia 10 tahun menunduk mencoba menghalangi tubuhnya yang ditarik oleh sekelompok bandit.
Gadis itu meringkuk, menutupi kain yang ada ditubuhnya, para bandit menarik paksa kerah baju gadis itu hingga tanpa aba'' bajunya sobek pada jahitan bagian bahu, Tawa Bahagia mereka menggelegar memenuhi seisi ruangan, gadis itu berteriak ketakutan ketika para bandit kembali mendorongnya, dengan susah paya ia berusaha merangkak mundur menjauhi mereka yang semakin mendekatinya, Kembali bandit tersebut tertawa puas melihat gadis keadaan gadis kecil itu yang semakin ketakutan, asyah yang bersembunyi disudut ujung tembok tidak jauh dari kejadian itu, wajahnya merah padam karena kesal melihat tingkah murahan yang dilakukan bandit manusia kumuh beban Masyarakat, rahang pemuda itu mengeras, geram menyaksikan pelecehan yang terjadi di depan matanya.
jumlah kawanan yang ada dihadapannya terbilang lumayan banyak sehingga membuat pemuda itu mengurungkan niat untuk bertanding langsung melalui tangan kosong, tidak hanya tinggal diam, pemuda itu mengambil bekas reruntuhan tembok yang berada dekat diujung kakinya, ia melemparkan kepada arah yang berlawanan memancing alih tatapan mereka, tepat pada apa yang lingga harapkan, batu itu lolos memecahkan kaca pada jendela yang refleks membuat para bandit itu berlari untuk mengecek. Menemui kesempatan yang tidak datang kedua kali, lingga berlari pada arah sang gadis itu, tanpa babibu pemuda itu menarik tangan gadis itu untuk segera naik ke atas punggungnya, gadis itu segera melakukan apa yang Lingga pintakan meskipun dirinya tidak mengerti apa yang sebenarnya akan terjadi, siapa sebenarnya pemuda yang ada dihadapannya, apakah salah satu bandit itu merebutkan tubuhnya?, isi pikirannnya kosong, seakan semua digerakkan tanpa ia perintahkan gadis itu pasrah memeluk leher asyah erat, merasa sudah cukup baik pemuda itu lekas beranjak dari posisi jongkoknya, berlari meninggalkan Lorong tersebut membawa seseorang yang dirinya selamatkan setelah kejadian yang tak terduga pemuda itu saksikan secara langsung. Lingga berlari sekuat mungkin hingga jarak yang mulai tercetak berhasil menyadarkan beberapa dari mereka bahwa seorang gadis mainan malam itu telah di bawah pergi.
Para bandit itu berlari mengejar Lingga, namun jarak mereka yang cukup jauh mustahil untuk dapat dikejar dengan cepat oleh beberapa bandit itu. Lingga terus berlari memaksakan dirinya yang mulai kelelahan, menerobos gelap malam yang hanya disinari oleh sinar rembulan yang masuk dari celah tembok. cukup lama setelah 7 menit pemuda itu bersembunyi pada belakang tumpukan drunk.
''kayaknya udah ga ngejar lagi, lo masih kuat ga lari?'' Gadis itu mengangguk memberikan isyarat bahwa dirinya masih sanggup. Ia tidak menyangka bahwa pemuda dihadapannya menolongnya dari perbuatan bejat para bandit itu. Ruangan gelap itu kosong, dingin angin yang berhembus menusuk permukaan kulit namun sedingin udara malam ini tetap tidak dapat menembus rasa pengap pada ruangan tersebut, dibawah tumpukan drunk kosong, di kegelapan malam yang lenyap, kedua pemuda itu saling tatap, sesaat gadis kecil itu mencoba menelisir raut wajah di hadapannya, terbesit rasa yang berbeda di setiap jengkal pengelihatannya pada laki-laki dihadapannya itu, entah apa yang sedang dirinya rasakan saat ini, gadis itu mencoba memperteguh hatinya, berfikir bahwa ia hanya merasa terharu karena berhasil diselamatkan oleh pemuda tersebut.
''bisa, gue masih kuat'' gadis itu berkata mantap
''okay kalau gitu, udah deket sama khawasan pemukiman, tinggal dikit lagi didepan sana ada satu penjaga, gue urus, lo lari sebisa mungkin sampai jalan raya, tunggu gue disana sembunyi dulu, dalam hitungan ketiga lo harus lari sekuat mungkin, jangan berhenti''.
Gadis itu berkata mantap, menelusuri sekelilingnya, semua dirasa cukup aman, tanpa perintah gadis itu berlari menuju sebuah jalan yang terang tidak jauh dari arah pandangnya, asyah mengambil sebilah kayu ikut berlari menyusul gadis itu, 1 meter dari arah jalan yang ia tuju, terlihat seorang pria sedang asik dengan rokok yang dihisapnya, tanpa ia sadar seseorang berlari melewatinya, gadis itu berhasil keluar dari tempat gelap tersebut, sorot bayangnya berhasil menyadarkan pria itu.
Tak lama setelah kesadarannya tadi bandit itu berlari mengejarnya, asyah semakin mempercepat langkahnya berhasil mendekat dan memukul punggung bandit itu kuat dengan balok, seketika bandit itu lunglai, jatuh tak sadarkan diri di lantai yang dipenuhi debu mengepul.
Lingga berlari keluar menyusul.